Seventeen

30.8K 109 2
                                        

***

Aku ingat sekali sewaktu aku genap berumur 20 tahun, Ibuku pernah menasihatiku. "Nak, suatu saat nanti kamu pasti bertemu dengan seorang pendamping hidup. Perih bahagianya kamu harus lewati bersama. Pendamping hidup bukan tentang pasangan yang sama-sama sempurna, tapi tentang pasangan yang saling melengkapi, juga saling mengerti. Dan akan sangat membahagiakan kalau kamu bertahan sampai punya cucu banyak nanti."

Itu adalah nasihat emas yang sampai sekarang masih tersimpan di hati. Waktu itu aku belum matang secara sikap dan hanya mengartikan nasehat tersebut secara harfiah semata.

Namun sekarang ... i fully understand.

Hal-hal seperti itu tidak perlu ditunggu, dengan sendirinya datang menghampiri. Terbukti banyak orang yang ngapel sampai keluar kota.

Eh, ternyata jodohnya sama tetangga sendiri. Teman waktu mengeluarkan ingus bareng lagi.

Seperti aku pernah bilang, life could be funnier ... just keep moving forward to be a better person and better future.

Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan kita temui, kita mungkin teringat dengan film "Forest Gump" yang diperankan oleh Tom Hank.

Kisah nyata seorang yang bodoh, namun dia bisa menjadi seorang yang berprestasi, menjadi seorang yang kaya raya, bisa bertemu dengan presiden, bahkan menjuarai pertandingan turnamen ping pong dunia.

I'm gonna use that movie's quote.

Di dalam film itu ada pesan yang aku kutip, "Life is like box of chocolates, you never know what you gonna get."

Artinya, kamu tidak akan pernah tahu apa yang kamu dapatkan. Namun, harapan untuk selalu dapet coklat atau kebahagiaan itu besar.

Itu dia kenapa rahasia hidup seseorang itu masih menjadi misteri, kita tidak pernah tahu kapan, dimana, oleh siapa, dengan siapa, bakal seperti apa.

Namun, seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, bahwa bahasa hidup itu hanya satu: jalani.

***

Saatnya aku berusaha mencari "silver line" antara aku dan May. Bukan garis hitam bukan pula garis putih. Namun, garis pertengahan yang dinamakan "silver line". Karena yang tengah-tengah itu lebih seru. Tujuannya agar aku tenang, May pun bisa santai.

Sehari setelah sesiku dengan May, aku merasa lepas dan bebas. Tak ada beban, tak ada uneg-uneg, malah yang ada aku bisa terbebas dari jiwa baper masa lalu.

Aku berkata ke May untuk mengurangi rasa bersalahku selama ini, aku ingin memberi cinta kepada Ryan Junior. Aku akan menjamin masa depannya. Pendidikan, kesehatan, dan masa depannya biarlah menjadi urusanku. Aku bahkan sudah membicarakan tentang rumah yang akan dia huni manakala sudah besar nanti.

May tersenyum mendengarku.

Aku dan May cuma berharap bahwa si lucu itu bahagia dengan hidup yang diinginkannya. Dan aku berterima kasih kepada May karena memberiku kesempatan ini.

May sangat mengerti. Dia benar-benar seorang wanita yang tau apa yang mesti dilakukan, sampai dia berkata, "Sekarang Aa udah tenang, udah lepas. Yang jelas, masa lalu udah diperbaiki. Sekarang May pengen ngelihat Aa bahagia. Aa cepetan nikah, dong."

"Hahahaha. Doanya aja, May, ya. Mudah-mudahan nggak lama lagi."

"Sama siapa tuh?"

"Sama yang udah jadi suratan yang udah diatur dari atas, hehehe."

May tersenyum mendengarku. Dia memberiku alamat rumahnya. Dia bilang, A Nden menanyai kabarku karena cerita waktu pertemuan kemarin.

Aku berujar sambil becanda, "May, kamu cerita nggak kalau kemaren ngejerit di atas kasur?"

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang