Nineteen

14.8K 54 0
                                    

***

Sore harinya, aku menunggu Mang Ujang di kantor pemasaran.

Sembari membunuh rasa bosan, aku melihat-lihat foto Ryan Junior yang dikirimkan May kepadaku. Hm, aku begitu hidup melihatnya.

Aku sudah membuatkan asuransi untuk masa depannya kelak sebagaimana yang aku bicarakan ke May. Aku tahu, tak ada yang bisa kulakukan saat rindu dengannya.

All my love just for him.

Meski Ryan Junior tidak tahu siapa aku, aku tetap ingin memastikan bahwa dia baik dan sehat.

Meski Ryan Junior tidak tahu siapa aku, aku akan memastikan kalau dia bahagia kelak.

Kadang aku kembali ke perasaan awalku dengan May. Bila dasarnya aku memang sudah sayang, akan terus perasaan itu datang dan menetap. Akan tetapi, aku tidak mau memulai. Ini semua demi kebaikan May dan aku. Aku hadapi situasi rumit ini dengan kedewasaan.

***

Mang Ujang sudah menghampiri meja dudukku. Aku bentangkan denah tanah site Plan B yang akan kubuat. Aku memakai tema proyek baruku dengan tema "home in the forest".

Karena memang lokasinya agak ke dalam dan sengaja aku tidak memangkas pohon-pohon rindang yang di sana. Biarkan tumbuh natural, dan biarkan para pelanggan merasakan sensasi hunian yang tenang, asri, sejuk dan bisa mendatangkan kebahagiaan untuk keluarganya.

Sasaran pemasarnnya adalah kalangan menengah ke atas. Aku jelaskan ke Mang Ujang tentang ukurannya. Dari modelnya sampai ornamen ornamen unik di dalamnya. Aku ingin proyek baruku diminati banyak orang.

Mengingat pesanan sudah banyak, Mang Ujang berkata, "Bahan materialnya udah di kalkulasikan, Bos?"

"Udah tadi. Udah bilang ke Koh Lius. Dia siap hunting barang, yang penting sekarang kita cari rumah yang modelnya unik. Mang Ujang bisa gambar nggak?"

"Mamang mah nggak bisa atuh, Yan, paling si Lela dia bisa."

"Teh Lela bisa gambar?"

"Pinter, Yan, dia gambarnya. Kan dia jadi staff di kepolisian, suka bantu bikin sketsa wajah gitu," tutur Mang Ujang.

Aku berdecak kagum. "Serius, Mang? Panggil atuh Teh Leha-nya kesini."

"Bentar, Mamang telepon dulu. Mungkin udah pulang dinas."

Mang Ujang menelepon istrinya. Dia ajak istrinya ke kantor pemasaran untuk menemuiku.

Selesei menelepon, Mang Ujang memberikan hasil karya gambar akun Instagram Teh Lela.

"Ckckck! Berbakat banget, Mang." Aku berdecak kagum.

"Iya lah, istrinya siapa duluuu ... Mamang ...." Ucap Mang Ujang, sedikit sombong.

Kuambil ponsel itu, kulihat gambar-gambar sketsanya. Tak sengaja aku geser feed Instagram-nya lebih ke bawah. Ada deretan foto Teh Lela yang seksi meski tertutup jilbab. Begitu menggelembung susunya. Duh, mantap sekali istri Mang Ujang ini.

"Udah berapa lama, Mang, si Teteh di kepolisian?" tanyaku.

"Sudah hampir 10 tahun, Yan."

"Oh. Kalau gambar rumah bisa nggak?"

"Gambar orang lewat cerita aja bisa, gimana gambar rumah."

Aku mengacungkan jempolku. "Sip, lah."

Tak lama, Teh Lela pun datang dengan motor matic-nya. Dia masih memakai pakaian dinasnya. Begitu cantik dengan jilboobnya yang nonjol, berikut bibir merahnya yang seksi. Dia masih nampak awwt muda walau sudah punya satu anak.

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang