Fourteen

18.5K 75 1
                                    

***

Begitu ramai jalan pulang menuju rumah. Lagu-lagu AC/DC menemaniku sepanjang perjalanan menuju kampung halaman, aku merasa ada secercah bahagia yang begitu sederhana di hati.

Ya, bahagia memang sederhana. Life is simple in the moonlight. Begitu kata salah satu lagu The Strokes. Kalau kita mensyukurinya banyak, kita pun bakal merasakan bahagia yang banyak. Namun, misterinya masih terus menyimpan tanya, aku biarkan mengalir ... let it flow.

Sedang asyik-asyiknya aku menikmati lagu lagu Rock favoritku, tiba-tiba ada telepon masuk. Aduh, Agnia cantik rupanya. Kukecilkan volume musikku, kuangkat teleponnya.

"Assalamualaikum, Aa."

"Waalaikumsalaam, Agnia."

"Aa udah nyampe belum?"

"Aa masih di jalan."

"Dih, lagi nyetir, ya? Jangan nelepon ah kalau nyetir, konsentrasi, Agnia tutup."

Agnia menutup teleponnya. Begitu khawatirnya dia ketika tahu kalau aku sedang di perjalanan, dan posisi menyetir pula.

Aku tersenyum sambil melihat ponselku, Agnia mengirim pesan.

Agnia
Aa hati-hati di jalan ya, jangan suka angkat telepon kalau lagi nyetir, hati-hati. Nanti kabarin.

Makin ke sini, kita berdua makin dekat. Manakala kami tahu ketika dekat seseorang yang spesial, semua terasa beda. Mudah-mudahan ini pertanda baik. Tuhan selalu punya cara tersendiri dalam mempersatukan dua insan yang memang berjodoh.

Yah, kalau Agnia jodohku syukur, kalau tak jodoh pun ... ya harus jodoh, dong!

Aku memang tak pernah merencanakan sesuatu terlalu muluk.

"I'm the man with no plan ... i'm just ... do things."

Aku hanya mengerjakan apa yang mesti dikerjakan, nanti ada jalannya, cukup dijalani dengan sebaik mungkin. Karena aku tahu, bahwa rasa sakit itu merupakan rutinitas sehari-hari. Namun, bahagia adalah intro yang jangan kita lewatkan sedetik pun ketika dia datang.

Just keep moving forward.

Dan ... boom!

Hal-hal yang tak disangka selalu terjadi.

Memang butuh perjalanan 4 jam lamanya sebelum sampai ke kampung halaman. Senyumku terbit di ujung sisi bibirku melihat rumah ini.

I'm home.

Rumah tingkat yang terlihat asri. Pohon mangga yang masih rindang itu masih terlihat hijau dan indah, knggrek kesukaan ibuku juga masih menggantung di sana.

Dan ya, bengkel kenangan tak berubah sedikit pun. Sangat ramai oleh mobil pelanggan yang datang silih berganti.NTerlihat pegawai lamaku si Kebo yang masih bekerja di bengkel itu.

"Waduh, Pak Manajer pulang woi! Udah jadi Bos properti sekarang mah!" teriakan si Kebo itu terdengar oleh yang lain, sehingga semua pegawai berhamburan menghampiriku.

"Wahahahaha. Sekarang mah udah jadi Bos properti euy, kirain lupa sama yang di bengkel."

Mreka sahut-menyahut menyambut kedatanganku. Ada Elin, adikku yang perempuan sedang jaga.

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang