Two

65.9K 180 2
                                    

***

Pada suatu hari yang biasa saja, aku ingin mengadakan syukuran di rumahku. Kalau menurut adat di sini, syukuran itu disebut ngeriung atau ngariung.

Adalah sebuah acara orang-orang yang ingin merayakan rasa syukur atas hasil yang dicapai atau pesta perayaan hari besar dan semacamnya, yang biasanya diisi doa-doa.

Cluster-ku setelah sudah laku dua belas unit. Atas rasa syukur inilah aku ingin mengadakan acara pesta ngeriungan di rumahku. Tentu saja, acara syukuran itu tak lepas dari yang namanya persiapan makanan sampai bingkisan.

Oleh karena, aku mengundang seluruh warga kampung. Dsri Pak RT, Pak RW, tokoh masyarakat, para pelangganku, saudara-saudaraku, sampai kenalan-kenalanku. Aku kabari semua orang lewat jalur chat WhatsApp. Selain membantu meramaikan, aku butuh tenaga untuk mensukseskan acara.

Aku melihat semua kontak WhatsApp-ku. Aman. Semua sudah aku kabari. Terlebih, ada nomor baru yang tersimpan. Ya, ada Bu Haji Tobrut di sini. Nomornya kusimpan dan otomatis masuk daftar kontakku.

Ketika aku mengirim undangan ke juragan pasir langgananku, Pak Imron, dia pun menyambutnya dengan gembira.

Ryan
Pak, lagi belanja mau bikin berkat, nih. Nanti datang, ya?

Pak Imron Pasir
Siap, Bos Ryan.

Ryan
Ajak si Ibu juga ya, Pak, siapa tahu bisa bantu-bantu bikin berkat.

Pak Imron Pasir
Siap, Bos. Buat pelanggan saya mah pasti datang, lah.

Aku pun ganti mengirim pesan ke Bu Ainun.

Ryan
Bu Haji, permisi. Nanti malem ada undangan syukuran di rumah saya. Kiranya bisa hadir nggak, Bu?

Sembari menunggu balasan Bu Ainun, iseng kubuka foto profilnya. Duh! Bulatan payudaranya yang besar mengundang birahi. Sampai ke mukanya yang kelihatan putih, manis, anggun, dan menenangkan.

Saat aku masih menatap fotonya dengan pikiran yang tidak-tidak, ada balasan chat dari Bu Ainun.

Bu Haji Tobrut
Oh, alhamdulillah. Siap atuh, Ryan, kalau mau syukuran. Boleh-boleh, nanti saya pasti datang sama si bapak.

Ryan
Mohon bantuannya, Bu, supaya bareng-bareng bikin berkat.

Bu Haji Tobrut
Siap, Bos Ryan.

Ryan
Makasih, Bu.

Bu Haji Tobrut
Sama-sama, ganteng.

Hah? Bu Ainun bilang aku ganteng? Tidak salah nih bini orang itu menggoda jomblo sepertiku? Duh, otakku jadi travelling ke mana-mana, dan mulai berpikir macam-macam.

***

Sore pun tiba.

Acara sengaja kumulai selepas maghrib supaya tamu-tamu yang agak jauh bisa prepare pada sore hari.

Sekitar pukul lima sore, datang mobil warna silver ke rumahku. Aku ingat, itu seperti mobilnya Pak Imron.

Dan ternyata benar. Beliau datang beserta istri dan kedua anaknya. Anak perempuannya yang bernama Aulia sudah SMP. Kalau yang laki-laki bernama Kido, masih terlihat kecil, mungkin tingkat SD. Mereka turun bersama-sama, lalu mendatangiku.

"Assalamualaikum, Pak Ryan. Ini sengaja kita datang jam segini mau nurunin si Ibu supaya Ibu bisa bantu-bantu di sini. Saya sama anak-anak mau main dulu, ke mall. Nanti abis maghrib saya nyusul ke sini lagi." Pak Imron berkata panjang lebar.

Ryan 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang