Part 2 : Rain

294 12 0
                                    

"Ada yang menghindari hujan karna takut sakit
dan ada yang bermain hujan karna untuk
Menghilangkan rasa sakit, itu saya,
Hujan itu penenang yang menyakitkan bagi saya"

_Revan Zefano Radinka_

...

"Sesuka apapun kamu dengan hujan berteduhlah Jika kondisi mu tidak memungkinkan, Hujan itu mengalirkan setiap kenangan bukan Hanya genangan, aku menyukai hujan bukan karna hujan memiliki sejuta ketenangan, Tapi karna hujan aku bertemu denganmu"

_Nayra Agatha Khanza_

_HUJAN BERCERITA_

HAPPY READING 🥀
.
.
.
.
.

Langit mendung mulai menyapa bumi yang menciptakan setetes demi setetes air yang turun dengan perlahan kemudian berlomba lomba turun dengan derasnya tepatnya dikota Jakarta yang padat akan kemacetan, Cuaca di pagi hari ini di Jakarta memang tak baik baik saja, tapi mampu menciptakan kesejukan dan ketenangan bagi siapa saja yang bermalas malasan.

Tapi tidak dengan gadis yang bernama Nayra dia terjebak akan derasnya hujan sampai sampai teman di tokonya pun berulang kali menelpon nya

"Aduhh... nayra kemana sihh lama banget deh, di luar hujan lagi, di telpon kagak aktif bingung deh gue, masak gue harus jaga sendirian sihh" berdecak dengan sebalnya

"Telpon lagi dehh" sambil terus menelpon nayra

"Nahh... Akhirnya diangkat juga" ucapnya dengan tersenyum
"Hallo... Hallo nayra... Lu lama banget dehh gue sendirian nihh" ucapnya sambil berdecak sebal dan mengomeli nayra

"Iya... Iya ini gue lagi di jalan Risa, masak gue harus nerobos hujan sihh basah basahan dong nanti gue ke tokonya" ucapnya dengan nada kesal karna temannya ini tak henti hentinya untuk menelponya

Dia Risa teman nayra lebih tepatnya sahabat sihh, Risa Zafira Aulia teman akrab nayra sedari mereka SMP, dia seumuran dengan nayra, Risa memang bekerja bersama nayra, sebenarnya dia bisa saja bekerja di perusahaan papahnya tapi Risa tak mau, entah lah apa yang buat dia tak mau.

"Tapi nay... pesanan customer kemarin gimana gue bingung nihh" sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali

"Aduhh... Risa bisa gak lu yang handle dulu, sekarang gue lagi urgent nihh" dengan sebal nya karna sahabat ini tak kunjung mengerti

"Urgent urgent... Yaudah deh lu hati hati ya deres banget soalnya, karna gue sahabat yang baik jadi gue yang handle hari ini" sambil mengehela nafasnya

"Iya... Iya lu emang paling the best dehh makasih yah" sambil menyengir

"Elahh lu mah gitu kalau ada maunya aja muji muji yaudah gue tutup telpon nya dah..."

"Dah..." sambil menghela nafasnya gusar karna dia harus menunggu hujan yang begitu derasnya.

Di tempat lain
Tepatnya di perusahaan pak Hadi sedang ada acara untuk merayakan keberhasilan kerja sama perusahaan pak Hadi dengan perusahaan besar lainnya.

Tapi tidak dengan laki laki yang saat ini berdiri dengan gusarnya, dia memegang kepalanya yang agak sedikit pusing karna kata kata para karyawan papa nya saat pertama kali melihatnya

"Ehh itu bener anaknya pak Hadi"

"Gak tau dehh tapi kayaknya iya dehh"

"Emang kenapa sihh?"

"Yah gakpapa sihh cuman sayang aja masih muda udah gak bisa liat aja"

"Ssttt gak boleh gitu itukan anak bos kita"

"Iya deh gue diem nihh"

Seperti itulah kira kira perkataan para karyawan papanya yang pertama kali melihat Revan datang ke perusahaan

Saat ini revan sedang ada di ruangan papanya dengan papanya yang masih selalu memaksanya

"Pah kepala Revan pusing Revan mau pulang" ucapnya dengan memegang kepalanya

"Enggak kamu harus ikut papa AYO CEPET ke ruang meeting..." Mencekal tangan revan

"Enggak pah revan mau pulang sekarang" menyentak tangangan papa nya dengan kesar

"REVAN KAMU SUDAH BERANI SAMA PAPAH?" dengan raut wajah yang marah

Revan hanya diam tak menjawab tapi dia dengan hati hati mengayunkan tongkatnya kesana kemari untuk menemukan pintu keluar.

"REVAN" teriak papanya

"YAUDAH KAMU SILAHKAN PULANG SENDIRI JANGAN PERNAH MINTA ANTAR SUPIR" dengan teganya papa revan menyuruhnya untuk pulang sendiri

"Iya Revan pulang sendiri" iya terus keluar dari ruangan itu

Sesampainya dibawah
Hujan masih turun dengan derasnya
Tapi Revan sudah tak peduli lagi dia langsung menerobos hujan itu sambil memegang kepalanya yang begitu sakit

Bayangan demi bayangan kejadian 8 tahun yang lalu terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak

Di saat kecelakaan itu terjadi
Revan yang masih berumur 15 tahun itu harus menyaksikan mamanya yang telah berlumur darah dengan pengelihatan dia yang sudah mengabur

"Mah... mama bangun mah" dengan terus menangis sambil menggoyangkan tangan mamanya

"Pah mama gimana pah... Mama banyak darah pah " menggoyangkan tangan papa nya dengan lemah

Lalu Revan memegang kepalanya dan pengelihatan yang mengabur itu kini menggelap lalu Revan tak sadarkan diri

Flashback off

Revan terus berjalan sampai di kursi taman dia duduk disana sambil memegang kepalanya yang begitu sakit dan berdenyut, Revan terus termenung dan meresapi rasa sakit dengan setiap air hujan yang turun

"ARGGHHH" teriak Revan dengan kerasnya

_HUJAN BERCERITA_

Maaf jika masih banyak typo
Author hanyalah manusia biasa yang
Tak luput dari salah dan dosa hehe..😂
Ig author : @ndfnisya

.
.
.
.
_TERIMA KASIH_
JUMPA LAGI

See you again
Bay bay 👋

Rabu 29 Mei 2024

HUJAN BERCERITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang