Tempat awal

1.1K 30 9
                                    


Labschool Yayasan Pendidikan Narina adalah sebuah sekolah swasta binaan Universitas Negeri Kenamaan. Sekolah yang terdiri dari SD sampai SMA dengan kualitas pendidikan terbaik yang bisa diberikan. Kepala yayasan saat ini dikenal sebagai sosok yang bisa membangun ini semua dengan bantuan dari Universitas kenamaan di kotanya. Dengan bantuan ini Labschool Narina menjadi sekolah elit di kota itu. Kepala yayasan tersebut bernama Sutrisno Hadinata, kerap kali dipanggil Pak Hadi.


Jujur tidak banyak yang bisa diketahui dari sosok yang membuat hal tersebut menjadi kenyataan. Bisa dikatakan awal kehidupannya adalah orang biasa hingga ia tiba-tiba naik menjadi pengusaha. Sebagai pengusaha ia cukup berhasil dan kekuasaannya bertumbuh terus. Namun mungkin karena ia sadar sudah tidak bisa berkembang lebih jauh, beberapa tahun kemudian ia  membuka sekolah. Ia juga dikenal memiliki hati yang mulia yang peduli akan pendidikan. Yayasan yang dipimpinnya sering memberikan beasiswa kepada orang yang tidak mampu sembari menjaga prestis sekolahnya selalu.


Sekarang di ruangannya yang sepi, sang kepala yayasan melihat keluar jendela ruangannya. Ia melihat jauh seperti mengingat-ingat sesuatu yang telah terjadi. Terkadang ia tersenyum, terkadang ia nampak menyesal, terkadang ia tertawa kecil dengan getir. Orang yang sedikit gendut itu duduk kembali. Kacamatanya sedikit mengembun karena suhu AC yang dingin. Sedangkan kulit sawo matangnya terlihat makin keriput terkena suhu yang dingin itu.


"oh temanku Purwoko Pranoto, dulu dirimu bertemu aku dan membawakanku sebuah kekuatan yang luar biasa. kukira kau hanya orang sinting sampai kau mendemonstrasikan kekuatan itu. Kau hanya menikmati kekuatan itu dan bersenang-senang sampai kau berhenti demi menikah. Sedangkan aku memanfaatkan kekuatan itu lebih jauh. Setelah aku membangun perusahaan besar aku sadar bahwa aku harus berhenti. Makin banyak pengusaha lain yang bisa mendeteksi dan menangkal kekuatan ini... Termasuk keluarga yang kau kacaukan karena tidak direstui menikahi anak gadisnya," kata Hadi lirih sambil menggenggam gagang kursinya erat, tatapannya kosong menembus jendela.


Hadi menghela nafas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum melanjutkan, "Huh... kekuatan ini harus disembunyikan dari keluarga Kusumawardhani." Hadi terdiam sejenak, memutar-mutar cincinnya yang tersemat di jari manisnya, seolah mencari kekuatan mengingat kenangan masa lalunya.

Pak Hadi memutar kursinya kembali menghadap jendela yang ada di belakangnya. Ia menyentuh kaca jendela dengan jemarinya yang gemetar, seolah mencoba merasakan kembali kenangan yang jauh di sana. Pikirannya melayang pada masa mudanya, saat pertama kali ia menemukan kekuatan itu. Matanya menerawang, menatap burung-burung yang terbang di kejauhan, membawa pikirannya terbang bersamanya.


"Aku pun menggunakan kekuatan itu lagi untuk membuat universitas terbaik di kota ini dengan mendukung pembangunan sekolah ini. Aku ingin bertaubat dari masa laluku dan membersihkan diriku dari rasa bersalah menggunakan kekuatan ini. Hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk menyembunyikan mantra-mantra itu dan memisahkan mantra-mantra itu menjadi lebih kecil. Aku taruh di gudang buku tua gedung ini agar termakan rayap dan perlahan hilang," kata Hadi dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca mengenang perjalanan hidupnya.


Hadi memutar kembali kursinya kembali dan melihat satu-satunya kertas yang ada di mejanya. Dia mengambil kertas itu, menatapnya dengan cermat, seolah-olah mencari jawaban yang tersembunyi di balik tulisan. Tangannya gemetar saat ia menyentuh sudut kertas itu, seolah merasakan kehadiran temannya di sana.


"Kukira akan begitu... Ternyata memang anak dari garis keturunannya akan kembali... entah mengapa... sungguh kekuatan yang sangat misterius," Hadi sempat berhenti sejenak, menatap kertas itu dengan tatapan kosong sebelum kembali melanjutkan, "Kenapa wajahnya bahkan begitu mirip denganmu? Bahkan tahi lalat kecil di sebelah telinga kanannya." Suaranya nyaris berbisik, seolah-olah berbicara dengan arwah masa lalunya.

Angan AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang