19. Rain

2.3K 185 14
                                    

Gada yang spesial
Sorry for typos and so on

Haechan dan Renjun lagi jalan  sambil ngobrol-ngobrol, Renjun masih penasaran detail kabar Mark di putusin Haechan soalnya.

Renjun sudah tau sih sejak kemarin-kemarin cuma kronologinya belum tau secara rinci, soalnya setiap di kampus Haechan langsung buru-buru pulang buat jenguk Jaemin yang sakit.

"Huh, sorry." Renjun hela napas waktu dengar cerita Haechan yang di paksa Mark.

"Kenapa? Kan yang salah Kak Mark kenapa Njun  yang minta maaf? Agak sedih sih, pengalaman pertama gue pacaran jelek banget kesannya, tapi ya gimana ya, gue gak nyaman sama dia. Ternyata rasa suka aja gak cukup buat jalanin hubungan."

Fyi, Renjun belum cerita soal Mark yang suka sama dia dan manfaatin Haechan.

Haechan heran banget kenapa temannya minta maaf?
"Ternyata sama Mark, gue gak nyaman, gak sepenuhnya salah dia sih, tapi tetep salah! Kan posisinya belum lama pacarannya tapi dia udah maksa banget minta cium!" tambah si manis.

"Lah, lo sama Jaemin aja sering ciuman kenapa sama pacar sendiri gak mau?"

"Gak nyaman, Njun! Paham gak sih?!"
Haechan gregetan, Renjun lebih gregetan sebenarnya.

Renjun ajak Haechan menepi dulu untuk duduk di bangku panjang,
"Kita tunggu Abang lo disini." saran Renjun, karena Haechan juga emang lagi nunggu Hendery yang tadi di titipin buku dia yang ketinggalan, salah dia sendiri sih tadi buru-buru pas mau berangkat padahal kakaknya yang punya kelas di jam yang sama nyantai aja.

Si pemilik nama lewat di depan mereka pas sekali waktu namanya sedang di perbincangkan, seketika Haechan palingkan wajahnya.

Sekali lagi, bukan karena benci!
Tapi, entahlah dia merasa malu pada dirinya sendiri pernah jadi pacar Mark, padahal Mark bukan sosok yang memalukan sih, keren, kaya, pintar.

Tapi, entah lah. Namanya sudah jadi mantan pasti muncul rasa-rasa gengsi kan?

Apalagi dulu dia pernah sesuka itu pada Mark untung dia duluan yang minta putus, kalau misal dia di campakan duluan kan, gimana yah? Harga diri, cuy!

Mark dapati Haechan yang tak pernah mau melihat ke arahnya acap kali mereka bertemu.
Mark cuma kurang pandai mengolah emosi dan mengatur strategi.

Andai dirinya tidak gegabah dan asal bicara mungkin saja, Renjun tidak se-ilfeel itu padanya.

Dan andai saja hari itu dirinya tidak merasa terendahkan hanya karena Jaemin yang nampak akrab dengan Haechan maupun Renjun, pasti Haechan takkan sekesal ini padanya.

Inti dari semuanya adalah rasa minder yang muncul gara-gara Jaemin!

Niat mau pakai satu untuk mancing yang lain, eh malah kehilangan dua-duanya.

"Gimana? Bagus gak ending permainan lo ke adek gue?"
ujar Hendery yang tiba-tiba muncul sambil tepuk kuat pundak Mark.

Senyumnya tampak meremehkan sang lawan bicara.

"Sorry, Der. Ego gue udah kelewatan, gue gak mikirin hubungan kita sebagai sahabat dan keluarga kita juga."

"Gak segampang itu gue kasih maaf. Ini adek gue, bro! Harusnya lo mikir sebelum berbuat, gue tau lo cowok baik, tapi demi Renjun lo lakuin ini ke adek gue, adek gue loh, adek dari sahabat lo." selesai keluarkan unek-unek, Hendery melengos dan lanjut jalan buat samperin Haechan yang sekitar sepuluh meter dari tempat Mark berdiri.

Mark cuma bisa berdiri kaya orang bodoh, di temani angin taman kampus yang menyapu wajahnya disaat dia hanya bisa memandangi interaksi adik dan kakak itu sekaligus crush-nya dari kejauhan.

Am(ig)o'r? [NAHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang