28. Almost...again

1.8K 175 15
                                    

"Yang tadi lo bilang ke Mark, itu beneran? Lo sekarang sama kaya Haechan?" Hendery bertanya dan pertanyaan itu buat suasana makin canggung.

Sedikit demi sedikit, tangan  Renjun melepaskan diri dari Hendery.

Apalagi sorot mata Renjun yang tak bisa di artikan olehnya, buatnya jadi gak enak.
"M-maaf, duh pasti tadi lo cuma bohong biar Mark stop ya? Sorry, gue kira lo beneran ubah haluan karena gue." Hendery garuk tengkuknya yang tak gatal, dia salah tingkah cuy!
Pasti sekarang Renjun berpikir dia udah kepedean.

"Kalau misal itu bener gimana?" cicit Renjun, menundukkan wajahnya yang memerah malu.

"Hah? Gimana?!"

"Nggak! Bukan apa-apa. Mana mungkin gue pindah haluan gara-gara lo, kan  lo suka sama adek gue, emang gue cowok apaan?" Renjun tertawa hambar, tatap lurus ke tembok bercat hitam di depannya.

"Kalau bener juga gak papa, gue suka sama lo Huang Renjun." timpal Hendery tanpa aba-aba apapun dia tarik tengkuk Renjun untuk di satukan dengan bibirnya, menjadikan nyata hal yang jadi kesalahpahaman Mark.

Cuma nempel aja kok, gak lebih. Gak lama Hendery pisahkan bibirnya dari bibir Renjun.
"Maaf."

Gak pernah dia duga sebelumnya, setelah kata maaf terucap, Renjun lah yang mulai lagi penyatuan bibir mereka.

Merasa memiliki rasa yang sama Hendery tak lagi ragu untuk mencecap manisnya bibir tipis sang submisif.

Submisif.
Bisakah dia sebut si manis di sisinya ini sebagai submisif-nya sekarang?

💓

Jaemin udah ketar-ketir, tapi pas Haechan bilang alasan Daddy telepon adalah untuk memberitahu kalau mommy dan daddy bakal pulang telat karena terjebak hujan deras disana.

Cowok itu langsung hela napas lega, usap-usap dada nya yang deg-degan kenceng banget.
"Kata daddy, bakal pulang telat soalnya bahaya kalau nyetir pas hujan sederas itu." lanjut si manis beri informasi.

Jaemin jatuhkan keningnya lagi di bahu si manis yang duduk di depannya dengan kondisi masih naked.
"Hampir aja, aku takut banget kalau tiba-tiba beliau udah di depan rumah, bisa di banting aku sama bapakmu."

Haechan terkekeh sambil usap leher belakang pacarnya, "Kayanya ini memang kesempatan buat kita, Abang juga gak pulang-pulang dari tadi. Pasti dia nginep di apartemen kalau jam segini gak balik ke rumah."

"Jadi, Nana. Ayo lanjut, punya kamu udah keras." Haechan genggam kejantanan sang dominan yang telah mengeras.

"Sayang, jangan sekarang. Aku was-was banget kalau tiba-tiba Daddy Jo atau Abang kamu datang."

"Ish, jarang-jarang tau kita ada waktu yang berdua banget kaya gini, pas banget bibi di rumah pulang kampung. Kita bener cuma berdua, kalau di apartemen kamu ada trio barongan itu."

Ada benarnya kata Haechan, walaupun di apartemen mereka bisa bebas lakukan apapun, tapi kucing-kucing itu suka berisik dan ganggu.
"Punyamu udah tegang gini lho, emang enak kalau gak di masukin?" Haechan usap kejantanan Jaemin dengan gerakan naik turun, buat sang pemilik mendesis menahan desah nikmat.

"Chanie..."

"Hum? Aku udah keluar, kamu belum kan? Gak adil dong, masa aku aja yang enakin." Haechan lanjutkan aksinya, mendorong bahu kokoh itu hingga jatuh terlentang di atas kasur empuknya.

Dia ambil posisi mengangkang di atas paha Jaemin. Jangan tanya kenapa dia mesum, gimana gak mesum kalau punya cowok modelan Jaemin yang mana tubuh atletisnya selalu buat dia berdesir hebat setiap mereka ketemuan dan ciuman.

Am(ig)o'r? [NAHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang