23. The Hitz bubar.?

82 45 24
                                    

Selamat malam boss 🫡🫡
Udah siap nerima takdir The Hitz kalo The Hitz bubar.??

Komen yaa!!
Takdir pembubaran The Hitz tergantung jawaban kalian!!

Jangan lupa votenya woke 👌🏻 🤭 🤗😘😘😘

     Happy reading bossque 🤗 😉

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Saat ini, Arel hanya terdiam melamun sembari menatap langit-langit kamarnya, dan sesekali menatap bingkai foto yang ada di atas nakas. Ia merindukan kedua orang tuanya yang ia tidak tahu dimana keberadaan mereka. Tapi disisi lain, ego nya mengalahkan rasa rindu itu.

Ia bangkit dari tidur nya, menyambar kunci mobilnya dan melangkah keluar dari apartemen nya. Daripada bosan di kamar sendirian, mending ia ke rumah Vinesya alias Skay, mengajak gadis itu jalan-jalan.

Mobil jazz hitam itu mulai melaju membelah jalan raya malam ini. Suasananya tak terlalu ramai, dan tak terlalu sepi juga. Ia terus menjalankan mobilnya dengan ditemani suara Justin Bieber yang menemani rasa bosannya.

Tak lama kemudian, mobil jazz hitam itu mulai memasuki pekarangan mansion Skay. Ia segera turun dari mobilnya lalu memencet bel rumah dan tak lama kemudian, seorang asisten membuka pintu tersebut.

"Cari siapa den.?" Tanya wanita paruh baya itu

"Nesya-nya ada bi.?"

"Owh non Nesya, baru aja keluar tadi den, dijemput pacarnya," jawab bibi itu jujur sesuai apa yang ia ketahui.

"Nesya udah punya pacar bi.?" Yanya Arel merasa sesak di dadanya.

"Udah den, namanya den Zero."

"Hah.?" Beo Arel kaget.

"Orangnya suka pake headband nggak bi.?" Tanya Arel memastikan apakah Zero yang bibi ini maksud adalah Zero sahabatnya.?

"Headband itu apa den.? Bibi nggak tau.?" Jawab bi Rahma balik bertanya.

"Itu lho bi, kain yang di ikat di kepalanya!"

"Owh, iya! Bibi pernah liat. Tadi pulang sekolah dia nganterin non Nesya, den Zero pake headband, kalo nggak salah, tulisannya The Hitz. Bibi samar-samar liat tadi, soalnya ketutupan rambutnya" tutur bi Rahma.

"Bangsat," maki Arel dalam hati.

"Yaudah bi, saya balik dulu. Makasih ya," ujar Arel pamit pergi.

🌞🌞🌞

"The Hitz cafe"
Tulisan itu tertera jelas di atas bangunan aesthetic ini.

Arel melangkahkan kakinya memasuki cafe. Sebenarnya, ia ingin ke club tadi, tapi saat ia melihat mobil kuning yang sangat ia kenali itu terparkir di parkiran cafe, ia menunda tujuannya sebentar, hanya untuk memastikan apakah berita dari bibi itu benar atau tidak.

Ia tersenyum sumbang saat melihat kedua insan itu tertawa bahagia di meja paling pojok. Arel mengepalkan tangannya kuat. Ia benci dengan Zero.

"Jangan harap The Hitz bakal bertahan selamanya. Lo bangsat Zer, mentingin perasaan lo doang tanpa lo pernah berfikir orang-orang di sekitar lo bagaimana, anj*ng," batin Arel kemudian melangkah keluar dari cafe.

"Dasar playboy. Lo pacarin Skay, dan disisi lain lo deketin Nesya.? Padahal lo tau, gue suka sama dia! Dan lo, nggak bakal kenal Nesya kalo bukan dari gue." gumam Arel sembari menjalankan mobilnya menuju ke club.

Seperti ia akan minum banyak malam ini untuk menenangkan pikirannya. Ia stres, ia kecewa, ia dihianati, ia dibohongi, ia sakit, benar-benar sakit. Jika bisa memilih antara sakit hati atau sakit gigi, mungkin Arel akan memilih sakit gigi, walaupun itu juga benar-benar sakit.

Skay And The Hitz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang