22. Ujian Semester ganjil

93 55 16
                                    


"Semangat ujiannya, sayang 🫶🏻
Pulang bareng aku,ya! Nggak ada penolakan?!" Skay tersenyum saat membaca lipatan stick note tersebut.

Ia menoleh menatap Zero yang tersenyum ke arahnya. Kemudian mengedipkan sebelah matanya genit.

"Brakk" suara gebrakan meja mengalihkan pandangan semua orang menatap Selena.

"Kenapa Len.? Cemburu lo, belum bisa dapetin Zero.?" Tanya Ajil

"Apaan sih, orang tadi ada nyamuk" alibi Selena.

Eghisa tersenyum mengejek "lo itu bukan cinta, tapi terobsesi sama Zero"

"Adik, kakak, sama aja," sindir Selena kesal.

"Pindah!" Titah Selena pada Ayra.

"Lah, kok jadi gue.?"

"Buruan! Gue nggak mau duduk samping dia." Ujar Selena menatap Eghisa sekilas.

"Tambah bro," teriak Ajil tanpa ada yang tau maksud ucapannya kecuali Zero.

"Selamat berjuang kesayangan nya Zero" ucap Zero tersenyum membrikan kiss bye untuk Skay. Dan hal itu semakin membuat Selena panas.

"Ngerti juga lo ternyata," bisik Ajil terkekeh.

"Jelaslah! Uadah berapa abad kita temenan.?"

"Selamat pagi anak-anak" ucapan pak Nas membuat kelas menjadi hening sejenak.

Hanya sejenak. Keheningan itu tak akan berlangsung lama jika di kelas 12 IPA 1 ini. Contohnya seperti saat ini.

Seluruh kelas di Hitz School tampak sepi seperti kuburan, kecuali kelas 12 IPA 1 yang tak ada bedanya sama seperti hari-hari biasanya, selalu saja ramai, ribut dan berisik bahkan di saat ujian seperti ini.

"Ya Allah, angkanya banyak banget, kayak dosa gue," teriak Ajil.

"Banyakan dosa lo kali, daripada angka-angka ini," sahut Rizki.

"Diem lo monyet, sok tau banget jadi hamba. Raqib, Atid bukan," balas Ajil.

"Cucunya kali," timpal Zero membuat tawa seisi kelas pecah seketika.

"Husssttt" tegur pak Nas.

"Dari sekian banyaknya kelas yang bapak ajar, cuman kelas ini yang kurang ajar."

"Padahal kalian kelas unggul lho, bisa-bisanya kayak gini bentukannya.? Heran saya.?" Sambung pak Nas menggeleng menatap para muridnya.

"Pak, apa-apa itu di lihat dari atasannya. Kalo bawahannya aja kurang ajar, apalagi atasannya.?" Ujar Ajil santai.

"Kamu ngatain bapak kurang ajar.?" Bentak pak Nas bangkit dari tempat duduknya.

"Maksudnya pak, bapak kekurangan ngajarin kita. Keburu ujian kayak gini,"

"Makanya kalo kalian nggak paham itu di tanyain, jangan diam-diam bae, kayak bebek, celingak-celinguk" ujar pak Nas melangkah menuju meja-meja para muridnya.

"Ternyata pak Nas, nggak sepintar yang gue kira," bisik Zero.

"Hati-hati lo, di denger, mampus lo." Tegur Arel membuka suara.

"Skayla udah selesai.?" Tanya pak Nas beralih ke meja Skay.

"Belum pak, dikit lagi."

"Lanjut, kerjakan!"

"Zer, nomor 20 apa.?" Tanya Ajil menoleh kebelakang menatap Zero.

"Pak, apa hukumnya nyontek.?" Tanya Zero pada pak Nas.

"Dosalah. Siapa yang nyontek, Zero.?"
Jawab pak Nas balik bertanya.

"Di_awww" ucapan Zero terpotong saat Ajil menendang aset berharga nya di bawah sana.

Skay And The Hitz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang