34. Perang [2]

1.6K 222 25
                                    

꧁ ༺ Chapter 34 ༻ ꧂

꧁ ༺ Chapter 34 ༻ ꧂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

꧁ ༺༻ ꧂

Langit saat itu sangat biru tanpa sedikitpun awan yang mengganggu. Sinar matahari menyengat dengan kuat hingga dapat membuat mata menyipit dan kulit terasa terbakar. Matahari telah terbit dengan penuh, memantulkan sinarnya yang panas kepada tanah gersang di bawahnya. Menerpa prajurit Kerajaan Elemen Tanah yang saat ini telah bersiap dengan serangan dari Kerajaan Elemen Api.

Wen Junhui menatap datar pada pemandangan panas di depan sana. Pemandangan yang hampir seperti refleksi cermin karena panasnya udara. Pria Wen dengan kulit putih yang mencolok, garis wajah yang tegas dan kuat, tubuh berotot yang tinggi. Mengenakan pakaian Kerajaan Elemen Tanah yang menampakkan perutnya. Dia terlihat bersinar di bawah matahari.

Menunggangi kudanya dengan gagah berani. Matanya yang terkesan sayu dengan sabar menanti kedatangan musuh. Namun hingga matahari hampir tenggelam, para pasukan Elemen Api belum juga terlihat.

Wen Junhui merasakan kejanggalan. Ketika para prajurit Kerajaan Elemen Tanah berisitirahat dan membangun tenda, pria bermarga Wen dengan tubuh tinggi itu tetap terjaga dengan lambang angin di keningnya. Sekilas cahaya berwarna putih melewati bola matanya dan Wen Junhui mengangkat tangannya.

Angin panas bergerak di hadapannya, membawa pasir-pasir gurun. Semakin besar dan besar, hingga permukaan tanah gersang itu terbang bersama anginnya. Dahi pria itu terlihat berkerut saat melihat mayat-mayat yang terbang bersama pasir dan anginnya.

Junhui menurunkan tangannya dan mayat-mayat itu pun terjatuh bersamaan dengan tanah gersang. Dengan langkah kaki kuat, Junhui berjalan mendekati mereka. Tanpa menyentuh mayat-mayat itu, Junhui memperhatikan kondisi tubuh mereka. Menghitam dengan mulut terbuka dan mata yang membelalak.

Menyadari sesuatu, Junhui mengangkat tubuhnya hingga kini ia melayang di udara. Mayat-mayat itu mengembung dan bertambah besar, bau menyengat tercium dari mereka.

Melihat hal itu, Junhui membangunkan prajurit yang di pimpinannya.

“BANGUN!”

Angin kencang berhembus ke tenda prajurit dan menerbangkan benda itu. Para prajurit bergegas keluar dari dalam tenda dan meraih senjata masing-masing. Berdiri dengan siap siaga menunggu perintah dari pemimpin mereka.

Junhui melihat mayat hitam yang semakin menggembung itu, “Bangun tembok tanah!”

Para prajurit khusus yang memiliki tingkat Pengendali Tinggi maju ke depan, mereka mengangkat kedua tangan mereka dan dengan perlahan lapisan tanah gersang di bawah mereka terangkat naik membentuk benteng dari tanah yang terlihat sangat kuat. Tanah tinggi yang dibangun bagai istana besar yang gagah berani khas Pengendali Tanah.

Wen Junhui yang masih melayang di hadapan benteng itu, mengangkat tangannya dan membentuk pusaran angin di depan benteng tersebut. Pusaran angin yang semakin lama, semakin kuat dan besar. Siapapun yang terkena pusaran angin itu dapat dipastikan akan mendapatkan tubuh mereka hancur berkeping-keping.

Stairway to Heaven [CheolHan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang