5. Malam Renungan

331 37 0
                                    

Pensi berakhir, namun panitia tidak membubarkan para peserta. Bahkan kobaran api unggun masih nampak jelas, dan membuat malam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam menjadi sedikit terang. Beberapa lampu masih di matikan, Prabhu mengengam erat tangan kanan Radeva. Setelah kejadian tadi, benar-benar banyak sosok disekitaran mereka. Prabhu membangun pertahanan diri dengan cara menghindari interaksi, bahkan beberapa kali ia mencoba fokus untuk tetap berbicara pada dirinya sendiri.

Telinganya dipenuhi bisikan-bisikan, “Jangan berinteraksi?, kamu harus berinteraksi” Sosok-sosok itu mencoba menghasut Prabhu dengan membalas batin Prabhu. Prabhu bahkan sedikit mentransfer energinya pada Radeva, agar ia tidak di ganggu.

Malam renungan di mulai, semuanya dalam keheningan. Hanya satu, yaitu moderator yang menjadi peran utama dari renungan malam ini. Hampir 15 menit renungan di jalankan, sudah banyak suara tangisan terdengar. Bahkan sosok-sosok yang berada disekitarannya sudah hilang mencari mangsanya.

“Orang yang sedang lemah baik batin maupun fisik adalah mangsa yang gampang mereka dapatkan” Ucap Prabhu yang masih memegang erat tangan Radeva.

Prabhu dan Radeva yang sejak tadi memejamkan matanya segera membuka matanya ketika ada satu orang yang berteriak. Prabhu menoleh ke Radeva yang gemetar ketakutan, “Dev, jangan takut” Ucapnya sambil merangkul pundak Radeva.

“Ingat tarik nafas, buang pelan-pelan. Orang yang takut juga mudah untuk mereka rasuki. Pokoknya, jangan takut” Ia berbisik lagi di telinga Radeva.

Radeva menunduk dan meremat celananya, “Aku kuat, aku ga takut” Batinnya.

Sudah hampir 5 orang yang kerasukan, dan tentu semuanya perempuan. Namun, renungan tetap tidak di hentikan. Prabhu mengurut keningnya, ia tiba-tiba merasa pusing. Tak mungkin jika ia ikut kerasukan sekarang, bisa-bisa Radeva jadi target selanjutnya. Prabhu dan Radeva tidak mendengarkan moderator sama sekali, Prabhu yang sibuk memperkuat dirinya sedangkan Radeva sibuk menghalau rasa takutnya.

“Pra, aku mual” Ucap Radeva menutup mulutnya.

Prabhu menepuk pundak Lutfhi di depannya, jadi setelah Radeva selesai tampil ia memilih duduk di samping Pra. Karena duduk tidak sesuai barisan sudah di perbolehkan asal tidak bergabung di kelompok yang lain.

“Bilangin ke Joye kasih tau ke pembimbing, Aska mau muntah!” Bisiknya, Lutfhi menyampaikan pesan secara estafet, dari Lutfhi ke Rio dan Rio ke Joye. Joye mendongak ke pembimbingnya yang sedang berdiri di depannya, Ia menarik celana pembimbingnya pelan “Kak” Panggil Joye sedikit berbisik.

Pembimbingnya menoleh dan berjongkok di hadapan Joel, Joel segera membisikkan ke pembimbingnya pesan dari Prabhu. Pembimbingnya segera menghampiri Radeva, beruntung pembimbingnya adalah cowok. Jadi tanpa babibu, Radeva di papah menuju UKS.

Prabhu berdecih, kondisi sekitarannya menjadi tak kondusif. Sudah banyak yang kerasukan dan renungan masih berlanjut. Kerasukan ini mirip virus, cepat menular. Jika ada yang kena sampingnya pasti ikutan kena tak lama kemudian. Hingga akhirnya kondisi benar-benar gawat, renungan di akhiri. Semua yang masih sadar disuruh balik ke tenda. Kelompok Prabhu kembali ke tenda, “Radeva gapapakan ya?” Tanya Rio yang bertanya pada siapapun di sampingnya.

Mereka sudah di dalam tenda, Prabhu menatap Rio tak suka. Joel hanya menggedikkan bahu menjawab pertanyaan Rio. “Mending kalian tidur deh, daripada kita kena juga. Ga lucu” Lutfhi membaringkan badannya, dan hanyut dalam tidurnya.

“Dia beneran ngantuk banget kayaknya” Ucap Prabhu.

“Kalian ga ada keluhan, pusing atau mau muntah?” Prabhu menatap Rio dan Joel bergantian, mereka menggeleng.

“Syukur deh” Prabhu ikut membaringkan badannya.

Mereka akhirnya hanyut dalam mimpi, Prabu tidur dalam kegelisahan, mimpi buruk ia alami. Ia tiba-tiba bangun, dan keluar dari tenda. Mimpi yang ia dapatkan sangat buruk, jam masih menunjukkan pukul 2 malam. Ia berjalan-jalan menuju UKS, dengan dalih  ingin melihat Radeva.

“Kamu ngapain?” Tanya orang yang menemukannya, Prabhu berjengit dan berdiam di tempat.

“Aku tanya kamu lagi ngapain, denger ga sih?” Prabhu membalikkan badannya, Ternyata kakak pembimbingnya. Ia cengengesan, dan bertingkah aneh. “Saya kebelet kak, mau ke WC” Ucapnya bohong. Pembimbingnya hanya beroh ria lalu melewatinya. “Kak, Aska okey kan?” Marsel, kakak pembimbingnya mengangguk. Lalu masuk ke dalam ruang UKS, ia bisa melihat Radeva berbaring di kasur sebelum pintu tertutup.

Prabhu melangkah tanpa arah, ia bahkan tak tau kemana ia harus pergi. “Keliling-keliling aja kali ya” Ucapnya lalu memasukkan tangannya pada saku celananya.

Mereka bahkan tidak sempat untuk mengganti baju, setelah mereka sampai di tenda mereka langsung pergi tidur tanpa embel-embel berganti baju. Prabhu berkeliling-keliling, mulai dari lorong setelah UKS sampai lantai 3. Jam-jam segini masih jam aktifnya makhluk halus, malah lebih aktif karena tidak adanya kegiatan yang di lakukan oleh manusia.

“Kehidupan mereka sebelas duabelas sama kayak manusia” Ucap Prabhu yang menengok kanan kiri.

Mencari sosok dengan perawakan enak di lihat lebih susah daripada melihat sosok mereka dengan perawakan asli. “Kak” Panggil anak kecil yang bertemu dengannya tadi di WC,Prabhu membalikkan badannya, ia sedikit berjongkok menyamakan anak kecil yang berumur 8 tahun itu.

“Kamu ngikutin aku terus, kenapa?” Tanyanya, beruntung tidak ada orang. Jadi ia bisa berinteraksi secara langsung tanpa takut.

“Gelang di celana kakak, itu bisa bikin kakak berubah” Ucapnya sumringah, mirip seperti Radeva.

Prabhu tertawa kecil, ia berdiri tegak lalu merogoh kantongnya. “Di pakai kak” Ucapnya, membantu Prabhu memakai kannya. Jam segini adalah jam dimana energi mereka lebih besar, bahkan sejak tadi Prabhu di ganggu, Namun berkat anak kecil itu mereka tidak berani mendekat. Bisa di bilang anak kecil itu anak kesayangan tetuah disini. Jika macam-macam, mereka bisa diusir dari sini.

Hening, bahkan hantu anak kecil didepan Prabhu menghilang begitu saja. Sekelilingnya kosong, seperti ini yang bikin Prabhu takut. Bulu kuduknya merinding, segera ia melepas gelang tersebut. “Hello!” Sapa anak itu yang tiba-tiba muncul setelah Prabhu melepas gelangnya.

Anak itu tertawa lepas membuat Prabhu kebingungan, “Kakak takut?” Ucapnya. Prabhu mengangguk takut, tentu saja ia takut. Lebih baik ia bisa melihat sosok dilorong gelap ini daripada ia harus melewati lorong ini sendirian. Walaupun nyalinya sudah besar tetap saja, rasanya seperti aneh saat pandangannya kosong.

“Kamu darimana?” Tanya Prabhu kembali berjongkok. Anak kecil itu menggeleng, “Kakak gimana hidup normal?” Tanya anak itu dengan senyuman manis. “Normal yah…” Prabhu berpikir sejenak. Anak kecil itu berjinjit dan mengelus surai Prabhu, “Aku hidup lebih dulu dari kakak, sudah tentu aku tau rasanya normal. Gelang kakak, gelang itu yang bikin kakak kayak normal lagi tadi”Ucapnya lalu ikut berjongkok di hadapan Prabhu sambil tersenyum.

Prabhu tampak menimang-nimang ucapan anak kecil didepannya, karena ia sudah melihat masa lalu anak ini. Jadi, tak apa jika ia menatapnya lagi karena itu tak akan terjadi dua kali, kecuali si anak kecil ini yang ingin memberikan ingatannya yang lain. Ia menunjuk gelang itu pada si anak dan anak kecil itu mengangguk semangat, Prabhu mencoba memakainya lagi. Benar yang di bilang, seperti inilah orang-orang normal pada umumnya. Ia berdiri dan kembali melihat sekelilingnya

”Wah, aneh” Ia kembali melepas gelangnya. Lalu semua kembali terlihat, “Tapi, Oscar kok bisa tau” Oscar nama anak kecil itu, “Kami bisa rasain energi kak, apalagi sekarang jam aktifnya energi terserap ke kami. Dan gelang itu energinya kuat banget, makanya aku cari tau gelang itu ke tetuah” Ucapnya, ia memegang tangan Prabhu. Prabhu mengangguk dan kembali memasukkan gelangnya dalam kantong celananya.

Mereka kembali berjalan menyusuri gedung sekolahan, Oscar yang memperkenalkan seluruh gedung padanya. Prabhu merasa lelah, sepertinya energinya terserap ke Oscar. Lihatlah Oscar sekarang, ia bahkan tertawa tawa dan mengejek Prabhu yang berjalan lambat di belakangnya. “Kakak masih muda, masa udah kayak tetuah aja. Jalannya lambat” Ucap Oscar lalu kembali melangkahkan lebar kakinya.

“Sudah dulu deh, aku capek. Aku mau balik ke tenda, takut besok kesiangan” Ucap Prabhu, Oscar mengangguk. Ia kembali berlari ke arah Prabhu dan memegang tangan Prabhu lalu mengantarkannya sampai ke tenda dengan selamat. Pasalnya Prabhu energinya sudah terkuras habis, Oscar takut Prabhu malah kerasukan di tempat. Jadi, lebih baik ia mengantarkan Prabhu.

“Makasih” Ucap Prabhu lalu masuk ke tenda, beruntung ia mendapatkan posisi tidur pas depan pintu tenda, jadi tak perlu melangkahi mereka satu-satu.

Kalau di tanya kemana kakak pembimbingnya, mereka sedang mengadakan rapat di basecamp sekolah. Hanya ada 2 yang berjaga satu yang menjaga di uks dan satunya patroli. Beruntung Prabhu tidak ketahuan hingga ia kembali, ia menutup tendanya setelah Oscar pergi. Ia menjatuhkan badannya dan langsung tertidur.

“Lihat mata lo, Pra. Ga bisa tidur lo semalam?” Tanya Lutfhi, Prabhu menoleh dan mengangguk.

Bagaimana tidak, ia benar-benar di ganggu habis-habisan. Dicekik, ditiup, di bisikin, semuanya bikin ia risih. Beruntung ia ingat ada gelang yang di berikan papanya, segera memakainya setelah mengetahui fungsinya, bahkan ketika ia baru tidur beberapa menit adzan subuh sudah berkumandang membuat Prabhu mau tak mau harus bangkit dan menuju musholah.

“Tadi malam habis darimana? Aku kebangun karena kebelet” Tanya Joel.
Mereka sekarang sedang bersiap-siap untuk upacara penutupan. Bahkan mereka sudah menyimpun barang-barangnya tinggal membongkar tenda. “Semalam ke UKS mau liat Aska” Ucap Prabhu lemah, beberapa kali ia menguap.

“Terus baliknya sama siapa? Gue kayak denger lo ga sendiri baliknya. Karena gue baru aja masuk tenda semalam” Mata Prabhu membelalak, ia bahkan terbatuk. Ia menoleh ke Joel, “Sebentar kalau Joel bisa dengar suara langkah kaki gue kan ga papa, tapi masalahnya ini dia ngomong gue ga sendiri berarti Joye bisa denger langkah kaki Oscar juga?” Tanyanya yang bergelut dengan pikirannya.

“Lo ngomong makasi sama siapa?” Tanya Joel, Rio tiba-tiba merangkul Prabhu.

“Lo mah kalau ada cewek bilang aja kali Pra, masa ketemuannya diam-diam. Tengah malam lagi.” Prabhu mengernyitkan dahinya, apa maksudnya. Ia melepaskan rangkulan Rio.

“Ga ada, gue gada ngomong. Tenda sebelah kali, gue balik juga mereka baru balik dari wc dianterin sama pembimbing” Ucap Prabhu dengan nada sedikit ia mainkan agar tidak ketahuan bohong.

Tiba-tiba Radeva datang dan langsung duduk didepan tenda, melepas sepatunya. Raut wajahnya pucat, ia bahkan tak menyapa teman-temannya. “Aska, hai” Sapa Rio, namun sapaanya tidak di sahut melainkan Radeva hanya melirik lalu kembali membereskan barangnya. Bahkan setelah beres, ia langsung mengeluarkan barangnya. “Keluarin barang kalian juga, gerak cepat biar cepat pulang” Ucapnya dengan nada datar.

Prabhu bingung, ia mendekat ke Radeva dan memegang dahinya “Dev, kalau masih sakit di UKS aja” Radeva menatap tajam Prabhu lalu mendorongnya pelan. “Bukan urusan lo” Ucapnya, lalu pergi entah kemana.

Lutfhi, Rio dan Joel juga kaget melihat tingkah laku Radeva dengan Prabhu. Mereka yang selama ini menempel bak prangko malah seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar, “Mungkin sikapnya kalau sakit gitu kali yak?” Tanya Rio pada Prabhu, Prabhu mengepalkan tangannya kuat.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang