13. RUMAH SAKIT

360 31 0
                                    

Prabhu perlahan-lahan membuka matanya, sinar cahaya masuk menghalau pandangannya. Ia berkedip-kedip agar pandangannya fokus, hal yang pertama ia lihat adalah langit langit ruangan berwarna putih dan menyilaukan.

“Ini dimana?” Prabhu bergumam dan bangkit dari tidurnya.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan tak menemukan siapapun di ruangan itu kecuali dirinya, “Hah.. Rumah sakit lagi” Ungkapnya dan menghela nafas.

CEKLEK

Pintu terbuka dan menampakkan Kiana dengan wajah terkejutnya lalu menjatuhkan tas ia pegang dan berlari memeluk Prabhu. Kiana menangis di pelukan Prabhu, Prabhu membalas pelukan erat mamanya dan mencium pundak mamanya, ia merindukan aroma Kiana.

Apakah ia tertidur begitu lama sampai ia juga merindukan mamanya, atau ini hanya ikatan batin seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya.

Gibran yang baru masuk tersenyum melihat pemandangan keluarganya, ia memungut tas milik Kiana dan menaruhnya di sofa lalu ikut memeluk istri dan putranya. Pelukan hangat itu berhenti ketika Gibran melepaskan pelukannya. Kiana menatap wajah pucat pasi putranya lalu mencubit wajah tirus putranya.

“Masih tetap bandel ya anak mama” Prabhu terkekeh.

“Maaf, Ma” Prabhu melepaskan cubitan dipipinya dengan pelan lalu mengelusnya kembali.

“Sudah lewat berapa hari?” Tanya Prabhu pada kedua orang tuanya.

“Sebulan”Ucap Gibran spontan dan membuat Prabhu melotot kaget menatap Papanya tak percaya.

“Kamu mau aja di bohongi papa kamu” Kian memukul lengan Gibran pelan.

“Tiga hari” Prabhu menunjukkan raut kesal sekaligus menatap wajah papanya dengan tajam.

“Ma, Prabhu haus” Ucapnya lalu terbatuk-batuk.

Tengorokkan terasa perih dan gatal, Kiana dengan telaten membantu Prabhu meneguk minuman di gelas yang selalu Kiana taruh setiap harinya hingga habis. Kiana kembali menaruh gelas di atas nakas dan mengelus punggung putranya dengan lembut.

“Hari ini di jagain papa ya, Mama ada janjian ketemu sama Oma” Prabhu mengangguk paham.

Kiana bangkit dan mengelus surai putranya, “Cepat sembuh, Pra” Ucapnya lalu mengecup sebentar kening putranya.

Kiana pamit pada suami dan putranya untuk pergi bekerja. Gibran, dengan bijak, mengantar istrinya ke basement. Ruangan yang sebelumnya ramai oleh kehadiran keluarganya kini terasa sunyi kembali.

“Tapi kenapa tiba-tiba dada gue sakit ya, kayak kena serangan jantung” Ia lalu terduduk dan menggeleng.

“Enggak-enggak, yaallah amit-amit” Ucapnya panik.

“Mata batin gue tertutup apa gimana dah?” Ia melirik kanan kirinya, benar-benar tidak ada siapapun yang bisa ia lihat. Pikirannya langsung tertuju pada pergelangan tangannya, “Ternyata udah balik” Ucapnya lalu mengelus gelangnya.

Ia kembali menoleh ke arah nakas samping kasurnya dan tak menemukan hpnya, ia turun dari kasur tak lupa tiang infusnya ikut kemana ia pergi, ia mencari ke meja sofa, lemari bahkan laci nakas.

“Pra, cari apa?” Tanya Gibran yang baru kembali dan menemukan Prabhu berjongkok di samping kasurnya.

“Hp, Pra dimana, Pa?” Tanya Prabhu menutup laci terakhir dan berbalik ke arah papanya.
Gibran berjalan ke arah sofa dan membuka tas yang di bawa Kiana tadi. “Nih” Gibran membawa hpnya mendekat ke arah Pra, Pra menerimanya tak lupa berterima kasih dan kembali ke ranjang rawat inapnya.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang