4. SUARA MERDU

352 40 0
                                    

“Kamu tau, Joye baik banget tau. Kamu harus temanan sama dia, dia bisa jaga rahasia kamu juga pasti” Ucap Radeva.

Mereka duduk di depan musholla sambil memesang sepatunya, Prabhu hanya berdeham. “Kalau Rio, aku agak aneh sama dia. Tapi gapapa, dia kan teman kamu” Prabhu menolehkan kepalanya pada Radeva, Radeva mengangkat alisnya bingu.

“Dia bukan teman gue” Ucap Prabhu lalu kembali memasang sepatunya.

“Kalau bukan teman berarti… JOYE!” Radeva berdiri dan melambaikan tangannya pada Joye.

Joye membalas lambaian tangan Radeva dan berlari mendekat, “Lo habis darimana?” Tanya Prabhu yang baru selesai memasang sepatunya. “Dari belakang” Ia menunjuk gedung yang tak terpakai di belakang.”Oh ya? Disana ada apaan?” Tanya Radeva sungguh-sungguh.

Joye tertawa, “Cuman gudang” Ucapnya.

”Kalian mau kemana?”Joye menganti topik pembicaraan.

“Balik ke tenda” Ucap Prabhu dan diangguki Radeva.

Prabhu merogoh kantongnya dan mengambil airpodsnya, lalu memasangkan di telinganya. “Dah, gue duluan” Ucap Prabhu. Ia tak sadar ada yang jatuh dari kantongnya, “Pra tungguin, Joye ayooo!” Radeva mengejar Prabhu.

Joye memungut benda milik Prabhu dan mengejar mereka berdua, tak lupa ia mengantongi benda Prabhu ke dalam sakunya. “Kita makan apa?” Tanya Joye selepas berhasil mengejar mereka.

Prabhu tampak memikirkan jawaban dari Joel, Radeva menepuk tangannya. “Ada yang mau makan nasi goreng? Aska buatin” Ucapnya sambil menatap Joel dan Prabhu. Prabhu menoleh dan menatap Joel, “Lo mau engga? Masakannya enak” Ia menunjuk Radeva yang menyengir setelah di puji Prabhu. “Boleh deh” Radeva bertepuk tangan riang lalu segera menarik Prabhu dan Joel berlari ke tenda.

Beruntung Lutfhi membawa kompor, mereka sudah kebingungan saat Radeva bingung ketika bertanya “Kita masak pakai apa, Aska ga bawa kompor”. Radeva asik memasak di samping tenda di temani Joye dan Lutfhi. Prabhu duduk di pintu tenda, menatap gedung-gedung sekolah yang ramai. Ia tersenyum dan menutup mata ketika ada sosok anak kecil menatapnya.

“Senyam-senyum sendiri ae, kesambet mampus” Rio datang dari tempat Radeva memasak dan menepuk pundaknya. Ia ikut duduk di samping Prabhu, ikut menatap gedung-gedung di depannya. Mereka di larang menyalakan selama kegiatan, kecuali jam istirahat begini. Mereka sudah boleh memainkan handphone mereka.

“Lo denger ga, berisik banget” Ucap Prabhu.

Rioland mengangguk, “Iyalah berisik, tuh mereka bukannya masak malah gosip” Tunjuk Rio ke Radeva dan Lutfhi yang saling bertukar cerita.

Prabhu menghela nafas, sudah lelah ia menangani anak seperti Rioland. “Pra, Rio piring kalian mana, Aska udah selesai masak” Joye datang dan masuk ke dalam tenda. Ia membuka tasnya, Radeva dan Lutfhi untuk mengambilkan piring dan minuman mereka. Prabhu dan Rio ikut masuk dan mengambil keperluan makan mereka. Prabhu memberi piringnya pada Joye, setelah alat makan telah berada di tangan Joye. Joye kembali keluar dan kembali ke Radeva.

“Kegiatan habis api unggun apa?” Tanya Prabhu pada Rio, mereka sudah kembali ke posisi awal. Di pintu tenda, Rio yang menikmati malamnya sedangkan Prabhu yang menikmati keberisikan malam ini, padahal ia sudah memakai airpodsnya walaupun sebelah setidaknya itu membantunya menghalau suara yang penuh di telinganya.

“Kalau ga salah ingat, Pensi terus di lanjutin renungan malam atau jurit malam ya. Ga tau deh, intinya gitu kalau bukan renungan dulu ya pensi, balik-balik aja dah tuh” Ucap Rio sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti mempresentasikan apa yang ia ucapkan.

“Makanan sudah siap!” Teriak Radeva yang membawakan piring Prabhu, lalu diikuti Joye yang membawa piring Rio dan Lutfhi yang membawa lauk.

Mereka membuat lingkaran di depan tenda, “Sebelum makan, jangan lupa berdoa dulu” Ucap Lutfhi, lalu memimpin doa makan. “Selamat makan!” Seru Rio lalu melahap makanan. Ia bertepuk tangan riang ketika makanan yang di masak Radeva enak.

“WAHHH, INI ENAK BANGETT. SUMPAH LO BISA JADI CHEF, KA” Puji Rio, hiperbola.

PLAK

Joye memukul lengan Rio, “Lebay!” Ucapnya, wajah Rio yang tadinya sumringgah lalu berubah mengejek-ngejek Joye. Yang lainnya tertawa, Prabhu hanya tersenyum.

“Tapi makasih loh pujiannya” Ucap Radeva lalu tersenyum ke Rio.

Setelah selesai makan, piring dan sendok mereka biarkan bertumpuk di depan tenda. “Ini ga ada yang mau cuci piring?” Tanya Prabhu saat ingin memakai sepatunya. Joye dan Lutfhi menggeleng, “Mager, Pra. Wcnya juga jauh” Ucap Rio sambil mengelus perutnya, kenyang.

Prabhu menghela nafas, ia menyimpun piring-piring dan membawanya. “Waduh, jangan ngambek atuh Pra” Prabhu menghiraukan Lutfhi dan bergegas ke WC.
Ia memasang airpods pada dua telinganya, ia mencuci piring di westafel laki-laki. Di setiap wc di sekolahnya tentu ada kaca. Prabhu bersenandung mengikuti aliran lagu yang terdengar di telinganya. Prabhu bahkan tak mengindahkan sosok anak kecil yang ia senyumin tadi berdiri di sampingnya sambil menghadap dirinya, banyak sosok di sekitarannya bahkan ada yang memantaunya dari dalam kaca. Dengan susah payah Prabhu menetralkan degup jantungnya. Setelah selesai mencuci piring, ia lekas keluar dari wc. Namun, tanpa sengaja ia bertatapan dengan anak kecil tersebut. Pikiran Prabhu ngeblank, pandangannya tiba-tiba hitam.

“Ada yang liat Pra, gak?” Tanya Radeva yang baru keluar tenda, karena sehabis menyusun tas milik mereka untuk bisa bergerak leluasa dalam tenda.

Ia menoleh ke Rio, Rio langsung menunjuk lorong. “Tuh di WC” Ucap Rio, Radeva duduk di samping Rio. “Ngapain?” Tanya Radeva.

“Cuci piring” Ucap Lutfhi.
“Sendirian?” Lutfhi mengangguk.

“HAH? Joye mana?” Radeva panik, ia melihat berdiri dan melihat sekelilingnya.

“Ga tau, waktu Prabhu pergi gak lama Joye ikutan pergi, katanya mau keliling liat tenda yang lain” Radeva kembali terduduk dan mengurut kepalanya.

“Semoga ga ada kejadian aneh deh, Pra” Batinnya.

Langkah sepatu terdengar mendekat, Radeva dengan cepat menoleh. “Prabhu!” Ucapnya Riang. Ia bahkan menghela nafas lega.

“Sorry lama, nih piring kalian” Ucapnya lalu memberi piring kepada mereka masing-masing.

“Punya Joye taruh aja disana” Ucap Radeva, waktu mereka masuk dan menaruh barang mereka dalam tas. Setelah mereka menaruh barang mereka, mereka lekas kembali keluar dan duduk di depan tenda seperti posisi makan kecualikan Joye. Prabhu melepaskan airpods pada telinga sebelah kanannya dan menaruh pada tempatnya lalu menaruhnya di saku celananya.

Ia langsung berdiri dan merogoh kantong kanan kirinya, gelangnya hilang. Ia kembali masuk, mencari dalam tasnya. Barang-barangnya bahkan berhamburan, tak ada. Ia bahkan keluar dan berlari ke WC, meninggalkan barangnya yang berantakan di dalam tenda.

“PRABHU!” Panggil Radeva, namun Prabhu tetap berlari.

“Nyari apaansih, barangnya ampe berantakan gitu” Ucap Lutfhi melirik ke dalam tenda mereka.

“Tau nih” Rioland masuk dan membereskan barang-barang Prabhu dan meletakkan kembali tas Prabhu dalam keadaan rapi lalu kembali keluar.

Adzan isya kembali berkumandang, mereka bertiga merenung mendengarkan adzan. Sampai Joye yang datang dan duduk di samping kiri Rio tak ada yang sadar.

PROK

Joye menepuk tangannya, “Jangan melamun” Ucapnya. Semua cengengesan lalu melihat ke arah Joye.

“Darimana lo?” Tanya Rio.
“Dari tenda sana” Tunjuk Joye pada tenda ujung dekat tiang basket.
“Teman lo?” Tanya Rio lalu di angguki Joye.
“Prabhu mana?” Tanya Joye yang menoleh ke dalam tenda, “Masih cuci piring?”Lanjutnya.

“Ga tau, tadi lari habis berantakin barang-barangnya” Ucap Radeva.
“Kayaknya dia nyari sesuatu, pasti lagi di WC tuh nyari barangnya yang jatuh” Ujar Lutfhi menekukkan kedua kakinya lalu memeluknya.

Joye merogoh kantongnya, “Ini yang dia cari?” Tanya Joye pada ketiga temannya, yang lain hanya menggedikkan bahunya.
“Kalau emang ini, kenapa ada sama kamu?” Tanya Radeva mengernyitkan alisnya.

“Tadi jatuh pas dia keluarin airpods waktu habis sholat” Ucap Joye.

Prabhu datang dengan bercucuran keringat, ia kembali masuk ke dalam tenda dan tidak mengindahkan teman-temannya yang melihatnya penuh kebingungan. “Lo nyari ini?” Tanya Joye.

Prabhu menoleh, ia segera keluar dan melihat gelangnya ada di tangan Joye. Ia segera mengambil gelangnya dengan sedikit kasar, “Ternyata sama lo” Ucapnya lalu duduk di samping Joye. Ia memasukkan kembali gelang tersebut kedalam kantong.

“Kenapa di kantongi, ga dipake?” Tanya Lutfhi.
“Nanti disita” Ucap Prabhu yang duduk dengan nafas yang tersenggal-senggal.
“Sorry, tadi jatuh pas kalian habis sholat” Prabhu mengangguk.

Setelah jam istirahat mereka selesai, pengumuman kembali terdengar untuk menyuruh mereka segera berkumpul. Mereka berlima yang tadi berpisah segera bertemu di tempat mereka baris sesuai panduan pembimbingnya. Radeva dan Prabhu yang habis sholat, Joye dari tenda temannya, Rio dan Lutfhi dari tenda, berbaris dengan Joel paling depan karena dari mereka berlima Joye paling tinggi, dan diakhiri Radeva paling belakang.

“Lut, gue di depan Aska. Tukaran” Ucap Prabhu.

Lutfhi hanya mengangguk, tak mempermasalahkan hal tersebut sebab tinggi mereka hampir sama, mungkin jika rambut Lutfhi sedikit lebih panjang tingginya dengan Prabhu bakal sama. Api unggun berjalan lancar, walaupun Prabhu menutup matanya saat lampu dipadamkan ia tak ingin dikegelapannya malah banyak yang berdatangan dengan wujud aneh. Dan membuka matanya saat lampu sorot untuk pensi dinyalakan, pentas seni sudah berjalan yang di mulai dengan kelompok 1 putri lalu dilanjutkan kelompok 1 putra, begitu seterusnya. Hingga akhirnya kelompok Prabhu di panggil, Radeva dan Rio berdiri. Joye dan Lutfhi berteriak histeris mendukung mereka, sedangkan Prabhu bertepuk tangan sebagai backsound teriakan mereka.

Rio mengangguk, iringan suara merdu milik Radeva menuai perhatian dari seluruh orang yang ada di lapangan, hingga petikan dari gitar masuk dan menghanyutkan atmosfer. Bahkan teriakan bergemuruh dari perempuan, meneriakkan nama Radeva dan Rio secara bergantian lalu bernyanyi menyamakan suara Radeva.

Radeva membawakan lagu runtuh - febyputri, entah kenapa ia memlih lagu itu. Tapi, sepertinya bukan hal yang buruk karena banyak yang tau lagu ini. Dan juga, Radeva menyukai lagu tersebut. Hampir setiap hari ia menyanyikan lagu itu baik di sekolah maupun di rumah. Prabhu yang awalnya memandang Radeva yang menghayati lagu yang ia nyanyikan beralih pandang pada sosok di sebelahnya.

Sosok disebelahnya adalah perempuan menggunakan pakaian putih, wajah pucat dan terjetak jelas kesenangan di wajahnya, rambutnya tak terlalu panjang hanya sedada. Bahkan bibirnya yang pucat dan sedikit kering itu bersuara menyamakan nada nyanyian dari Radeva. Prabhu terpesona saat pertama kali ia melihat sosok ini, Prabhu bahkan tetap menatapnya saat ia bertatapan.

Prabhu membuka matanya kaget, ia berada di rumah sakit sekarang. “Itu aku” Ucapnya yang berdiri di samping Prabhu dan menunjuk orang yang sedang terbaring kaku diatas brankar. Ternyata mereka sekarang diruang mayat, tapi ia tak melihat sosok lain disini. Dia lupa, jika ia tertarik masuk ke masa lalu perempuan itu.
“Akhirnya dia mati, harta warisan orang tuanya akan jatuh di tanganku” Ucap pria yang berdiri di samping tubuhnya yang kaku, ia menunjukkan raut kesenangan bahkan tertawa.

Lalu tiba-tiba mereka berpindah dimana perempuan itu masih kecil, ia diselilingi dengan keluarga yang harmonis. Prabhu seperti menonton film dalam masa lalu anak ini, ia menjadi yatim piatu setelah orang tuanya mendapatkan kecelakaan pesawat. Hingga akhirnya, seluruh harta warisan jatuh di tangan si perempuan. Ia berasal dari keluarga yang sangat berada, rumah yang besar, halaman yang luas, bahkan hangatnya keluarga masih ia dapatkan ketika orang tuanya ada. Namun, semua itu sirna saat ia menjadi yatim piatu. Keluarganya mengejeknya dan menjauh, seperti anak yang terbuang. Orang-orang yang perhatian hanya haus akan harta warisan yang ditinggalkan orangtuanya, sehingga ia jatuh sakit dan dinyatakan tidak dapat bertahan dalam beberapa bulan. Benar yang dikatakan dokter, sebulan kemudian setelah diagnosa, perempuan itu menghembuskan nafas terakhirnya. Harta warisan orangtuanya terluntang lantung, namun manusia tetap manusia. Keluarganya memanipulasi harta warisan tersebut, dan jatuh ketangan orang yang memang haus akan kekuasaan harta.

Prabhu kembali sadar, ketika Radeva menepuk pundaknya. “Prabhu, are you okay?” Prabhu mendongak dan mengangguk. Ia kembali menoleh ke perempuan itu, “Kamu terlihat senang, karena kamu akhirnya pergi dari sekumpulan manusia haus harta?” Perempuan itu mengangguk senang. “Aku tinggal menunggu dijemput mama sama papa, jadi buat apa aku sedih” Ucapnya lalu berdiri dan menghilang.

“Aneh” Ucapnya.

Radeva yang duduk di sebelahnya menghela nafas, “Kamu lagi interaksi ya? Ga liat aku nyanyi?” Radeva bersedekap dada.

“Iya, tapi aku liat kok. Udah jangan cemberut” Ucapnya sambil menyenggol Radeva. Prabhu mendekatkan dirinya ke Radeva dan berbisik, “Deva keren, sampai hantu aja tertegun liat lo” Prabhu lalu terkekeh. Radeva berkedip berkali-kali, lalu menoleh ke Prabhu dengan wajah takut.
“Pra, habis ini aku ga di ganggu kan?” Sial Prabhu lupa, ia terlalu jatuh sama pesona hantu perempuan tadi. Tapi, ia lupa jika memberitahukan pada perempuan untuk tidak memberitahu sosok yang lain jika ia habis berinteraksi dengan manusia. Prabhu mengurut kepalanya, sepertinya malam ini ia tak bisa tidur.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang