14. KEADAAN

277 32 6
                                    

Lui yang sedari tadi memegang kantong belanjaan mereka segera menaruh belanjaannya di atas meja, “Eh lo mau makan kan, tuh di meja” Tunjuk Prabhu ke arah meja makan dekat pintu. “Weitss, thank you bro” Lui segera beranjak dan menarik meja makan mendekat ke arah kasur, segera ia makan makanan yang masih berbungkus plastik.

“Gi-“ Joel dan Prabhu kompak bersuara menimbulkan tatapan bingung dari Radeva.

“Lo dulu aja” Prabhu mempersilahkan Joel untuk mengucapkan apa yang ia mau bilang.

Joel tersenyum, “Keadaan lo gimana? Masih sakit dada lo? Udah kayak orang sakaratul kemarin” Ucap Joel sambil menaikkan alisnya, Prabhu menatap Joel kesal setelah mendengar ucapan akhirnya.

“Sudah aman, ga Papa, ga lo. Sama aja pertanyaanya” Ia menyenderkan punggungnya dan menghela nafas pelan.

“Ya kan, lo tiba tiba sesak napas terus pingsan apa kami ga panik” Ucap Radeva dan mendapat lirikan dari Prabhu.

“Tiba-tiba banget ya? Gue aja juga kaget pas Papa ngasih tau palpitasi jantung. Kek helooo, gue masih delapan belas tahun, ga ngerokok dan ga minum-minum tetap kenaa?!” Ujarnya dengan penuh emosi.

“Oh, iya gimana keadaan di sekolah masih sering kesurupan?” Tanya Prabhu pada mereka berdua, Lui ga diajak dia masih asik makan sendiri.

Radeva mengambil minuman yang ia beli dalam plastik belanjaan, membuat Joel dan Prabhu ikut mengambil apa yang mereka mau.

“Cuman sehari itu aja, dari rumor yang beredar Rio yang ngelakuin. Soalnya hantunya ngaku pas lo datang?” Tanya Joel pada Prabhu, lalu diangguki Prabhu yang mengunyah jellynya.

“Dia curi sesuatu, tapi gue juga ga tau apa” Jawab Prabhu.

“OH IYA PRA, DAPAT SALAM DARI PAK ARI DIA BILANG CEPAT SEMBUH” Teriak Lui disela-sela makannya.

“Iya, bilangin salamnya di terima kalau Pra ga dibotakin” Radeva dan Joel tertawa.

“Emang bisa gitu ya, dunia mistis sama dunia kita tuh bersinggunggan banget. Kayak kayu rapuh, sekali di pijak patah. Ya kalau kita ganggu sekali mereka marah” Ucap Joel santai.

“Jadi lo balik kapan, Pra?” Tanya Radeva menatap Prabhu penuh harapan.

“Ga tau, tunggu kesepakatan dokter Ray plus dokter jantung” Ucap Prabhu sambil mengelus dadanya.

“Pengen pulang!!” Ucap Prabhu dengan nada merengek.

“Cepat sembuh makanya” Ucap Radeva.
Mereka berempat memutuskan menghabiskan waktu bersama, saar mereka asyik bercanda dan berbicara, Prabhu merasa beruntung memiliki teman-teman seperti mereka yang selalu menemaninya, walaupun mungkin faktor utama stressnya ada pada mereka.

Beberapa hari berlalu, kondisi Prabhu sudah semakin membaik walaupun beberapa hari sebelumnya ia sempat drop. Dokter jantung dan dokter Ray sepakat untuk memberikan izin Prabhu untuk pulang. Dengan syarat rajin kontrol dan memberikan pantangan makanan, Kiana membantu Prabhu mengemas pakaiannya dan berpamitan pada dokter dan suster disana. Gibran tidak bisa ikut menjemput putra semata wayangnya karena bertabrakan dengan jadwal meeting. Namun, ia berusaha pulang lebih cepat agar bisa merayakan kepulangan anaknya.

“WELCOME BACK HOME, ANUGRAHA PRABHU ANAK PAPA YANG PALING PAPA SAYANG” Teriak Gibran yang baru tiba di rumah, dan melihat Prabhu duduk anteng di depan tv.

“ANAK PAPA CUMAN PRABHU, YA JELAS LAH PRABHU ANAK KESAYANGAN” Gibran yang memeluk anaknya langsung terkekeh, ia melepaskan pelukannya dan menatap mata Prabhu.

“Loh anak Papa ada dua, Aska kan kakak kamu” Prabhu memutar bola matanya dan menjauhkan dirinya dari papanya.

“SUDAH JANGAN KELAHI, SINI MAKAN. MAMA ADA BUATIN KESUKAAN KAMU” Teriak Kiana dari dapur, segera Prabhu dan Gibran beranjak dari sofa ruang tamu dan duduk di meja makan.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang