9. TIME SKIP

300 32 1
                                    

Tak terasa mereka sudah masuk kelas 2 SMA, Prabhu bahkan sudah memiliki teman yang banyak di sekolahnya. Selama ia kelas 1 SMA di pagi hari sebelum keluar rumah ia akan memakai gelangnya untuk keluar, dan sampai sekarang ia seperti itu. Prabhu keluar dari kamarnya dengan seragam putih abu-abunya, di padukan dengan leather jaket berwarna hitam dan kacamata yang bertengger di hidungnya. Btw, kacamatanya bukan kacamata minus melainkan kacamata gaya.

“Prabhu berangkat!” Pamitnya pada Gibran Kiana yang duduk di teras rumahnya sambil menyantap kopi dan melakukakn kerjaan masing-masing.

“Hati-hati bawa motornya, jangan ngebut” Prabhu mengangguk.

Jika di tanya apakah Radeva berangkat bersama dia, jawabannya tentu tidak. Radeva juga membawa kendaraannya sendiri, sehingga mereka akan bertemu di sekolah. Sesekali Radeva akan kerumah Prabhu jika waktunya senggang. Namun, tugas mereka saat ini sangat menumpuk bahkan lebih banyak tugas kelompok daripada tugas individu. Radeva sekarang lebih sering bersama Joel, namun mereka berempat selalu berkumpul di kantin jika istirahat. Lutfhi sudah pindah sekolah karena diharuskan pindah mengikut orang tuanya yang pindah tugas.

Prabhu sampai di sekolahnya, “WEDEHH, PRA!” Teriak Rio, Prabhu melepaskan helm full covernya dan tersenyum ke arah Rio. Mereka tidak bersahabat, tapi Rio selalu menemaninya selama di sekolah. “Gue duluan ke kelas” Rio menepuk pundak Prabhu, lalu meninggalkan Prabhu dengan teman-temannya yang lain.

“PRABHUU!!” Teriak Radeva yang habis balik dari kantin.

Prabhu sedikit berlari ke arah Radeva dan mencomot satu risol mayo yang dibeli Radeva, “Heh, enak aja. Bayar” Radeva meyentil jidat Prabhu. Prabhu cengengesan dan mengeluarkan uang dua ribu. “Lo tumben baru sampai?” Tanya Radeva yang mensejajarkan langkah kakinya dengan Pra.

“Biasalah, kaos kaki gue hilang satu” Ucap Prabhu.

“Gue duluan ya” Ucap Prabhu lalu diangguki Radeva, segera Prabhu berlari. Ia menghindari pak Ari. Wali kelasnya selama ini.

Pasalnya rambut Prabhu panjang, dan ini hari pertama pembelajaran kelas 2. Sudah tentu masih di adakan razia, Radeva juga termasuk anggota osis mungkin piketnya bukan hari ini sehingga Prabhu masih selamat.

Prabhu sesekali menoleh ke belakang, jaga-jaga jika ketahuan pak Ari. Padahal jika guru lain tau, bisa-bisa rambutnya sudah pitak hari ini juga.

“Excuse me, where is ruang kepala sekowlah?” Prabhu menoleh ke depan.

Didepannya berdiri bule dengan pakaian sekolah lain, berbicara kepadanya. “Masa iya gue masih bisa liat hantu, gue ga pake gelang?” Ia mengangkat lengannya dan menyingkap lengan jaketnya. “Engga ah, wahh ini nih kata dokter  Ray, halusinasi semata” Ia menggelengkan kepalanya dan berlalu mempercepat langkahnya.

“HEII!” Teriaknya, Anak bule itu menatap punggung Prabhu yang semakin menjauh.
Ia menggeelengkan kepalanya, “Weirdo” Ucapnya lalu bergegas mencari ruang kepala sekolah.

Prabhu bernafas lega setelah ia berhasil menduduki bangku di kelasnya. Ia membuka leather jaketnya dan melipatnya di meja. Suasana kelas berbeda seperti dulu, mereka juga sudah pindah dari kelas suram. Kelas kali ini cukup bisa bikin Prabhu bernafas lega, Prabhu melepas gelangnya dan meletakkannya di saku. Ia mengambil airpods dan memasangnya di kedua telinganya.

“BAAA” Oscar tiba-tiba muncul dengan terbang di luar jendela. Prabhu menoleh, ia terkekeh.

Oscar terbang masuk menembus kepala Prabhu yang membuat Prabhu merinding, “Hah.. Kamu makin ganteng, hantu-hantu disini naksir tuh sama kamu” Oscar duduk bersantai di kursi samping Prabhu.

Pubertas yang dialami Prabhu cukup meningkat, dari tinggi badan, ketampanannya, sikapnya. Yah walaupun bisa dibiling sikapnya masih fifty fifty orang aneh. Sehingga kharisma yang terpancar membuat beberapa teman dan hantu naksir padanya.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang