3. Kemah Blok

397 38 0
                                    

Ada perdebatan antara Prabhu dan Mamanya, Gibran hanya mencoba melerai mereka. Prabhu tetap bersikukuh untuk pergi kemah blok sedangkan mamanya melarangnya. Ini sudah biasa terjadi, tiap ada perkemahan mamanya melarangnya untuk ikut.

"Sudahlah, Ma. Prabhu bisa jaga diri" Ucap Prabhu yang masih membereskan barang-barangnya.

"Jaga diri dari apa, Pra? Kemarin kamu ga ingat, kamu pulang-pulang dalam keadaan sakit? Sekarang udah mau ikut kemah? Kamu masih sakit, Pra" Prabhu berdiri dan menghadap ke arah mamahnya.

"Prabhu sehat, Ma. Prabhu bisa buktiin kalau pulang juga bakal sehat!" Prabhu menaikkan nada suaranya.

Gibran masuk dan melerai mereka berdua, ia menyuruh Prabhu untuk cepat-cepat berberes. "Sudah tenang, Ki. Aku juga yakin, Prabhu bisa jaga dirinya. Kalau kamu gini, kapan Prabhu berkembang" Ia memeluk istrinya.

Prabhu menunduk sambil mengepalkan tangannya dalam diam, ia juga sebenarnya tidak mau mengikuti kegiatan yang membosankan ini. Barangnya telah selesai ia bereskan, "Pa, Prabhu udah siap" Ia menggandeng tasnya dan mendekat ke orang tuanya.

"Ma, maafin Prabhu. Tadi ga bermaksud bentak mama, cuman sehari aja ma. Prabhu yakin, Prabhu bakal pulang dengan keadaan sehat" Ucapnya sambil menyalim tangan mamanya.

Badan Kiana bergetar, ia memeluk putranya. Kiana mengelus punggung putranya, lama mereka berpelukan bahkan Gibran ikut masuk dalam pelukan mereka. Keluarga cemara satu ini benar-benar romantis.

"Oke, sudah waktunya berangkat. Nanti, Prabhu telat" Ucap Gibran mengelus surai istrinya dan anaknya.

Kiana melepaskan pelukannya, ia menatap putranya. "Ayo mama antar ke bawah" Ucapnya. Ia merangkul punggung putranya, Prabhu tersenyum.

Sepanjang keluar kamar hingga garasi, Kiana hanya mengkhawatirkan Prabhu. Ia bahkan mempertanyakan hal yang sama berulang-ulang kali. Tapi, Prabhu tetap menjawab mamanya dengan senyuman manisnya.

Gibran membukakan pintu untuk Prabhu, "Ma, Prabhu jalan. Jangan lupa doain Prabhu" Ucap Prabhu lalu masuk ke dalam mobil dan pintu di tutup pelan oleh Gibran.

"Aku jalan dulu, Ki" Gibran memeluk sekali istrinya dan mengucapkan kata kata penenang untuk istrinya.

Gibran menyetir mobilnya, tak lupa klakson menandakan ia akan berangkat kepada istrinya. Kiana melambaikan tangannya dengan senyuman yang ia sedikit paksakan.

Sesampainya Prabhu di sekolah, ia lekas turun dari mobil. Gibran juga ikut dari mobil, "Pra, tunggu" Ia berlari mengejar putranya.

Prabhu menaikkan alisnya bingung, apakah ia lupa pamitan pada Papanya. Ia berjalan pelan mendekati Papanya, "Kenapa Pa?" Gibran merogoh-rogoh saku celananya.

"Nih, dipakai terus" Gibran memberikan karet gelang berwarna hitam, seperti gelang hitam umumnya namun ini sedikit agak nyentrik karena ada permata yang sedikit berwarna kehijauan seperti warna emerald.

"Buat apa, Pa?" Tanya Prabhu sambil melihat-lihat gelang itu.

"Tidak apa-apa, udah sana masuk" Gibran membalik putranya dan sedikit mendorong putranya.

Prabhu menoleh ke belakang sambil jalan, "PRABHU, JANGAN LUPA MINUM OBATNYA. KALAU UDAH GA KUAT KASIH TAU PEMBINANYA" Teriak Gibran. Prabhu mengangguk menjawab Papanya. Ia lalu berlari dan menyari dimana Radeva. Karena kunjung tak dapat ia lekas menuju kelasnya.

"Eh, Pra!" Sapa Rionald, ia melambaikan tangannya.

"Tas kita di taruh di kelas dulu, soalnya belum dibagiin kelompok tendanya. Kita upacara dulu" Prabhu mengangguk, ia masuk dan menaruh tasnya dibangkunya.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang