19. HERO

235 29 0
                                    

Gibran dan Kiana pulang dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran terpatri di wajah mereka. Prabhu menoleh ketika pintu kamarnya dibuka kasar, ia pikir pintunya akan menangis jika ia bisa berbicara. Gibran menarik kursi meja belajarnya untuk duduk di samping kasur, Kiana langsung berhamburan memeluk anaknya.

“Kenapa?” Tanya Kiana, pada Prabhu yang masih di pelukannya.
“Ah, Prabhu demam” Kiana langsung melepaskan pelukannya, dan menggeleng.
“Bukan itu, kenapa Prabhu mau nolongin Lui?” Tanya Kiana.

“Pra, resikonya-“
“Iya, resikonya emang besar, Pa. Bisa aja Prabhu yang gantiin posisi Lui disana” Gibran menggigit bibit bawahnya.

Tapi Prabhu kebingungan dengan kedua orang tuanya, ia bahkan tak dimarahi. Melainkan mengintrogasi penuh seperti bertanya apakah dirinya yakin bisa keluar dari dunia itu jika melakukan itu. Terpintas pemikiran jika memang dirinya lah yang harus membantu Lui, jika tidak siapa lagi.

“Ma, Prabhu setiap hari kerumah sakit buat liatin Lui dengan banyak selang. Sama seperti Prabhu dulu. Prabhu gak tega liat dia begitu, orang tuanya hampir tiap hari matanya sembab dan terus-terusan meminta keajaiban sama yang di atas buat bangunin Lui. Sakit dengernya, Ma. Prabhu juga ngerasa bersalah, karena sebelum Lui kecelakaan Prabhu berdebat sama Lui. Prabhu cuman ga mau teman Prabhu ga balik, itu aja” Kiana mengelus surai putranya.

“Terus kalau kamu meraga sukma begitu, emang ga kayak Lui? Kalau Lui balik tapi kamu ga balik, sama aja kan?” Kiana meminta pengertian anaknya untuk tidak melakukan hal aneh.

Bukan Kiana ga mau, tapi Prabhu putra semata wayangnya yang ia sayang. Cukup anak pertamanya yang pergi, Prabhu bahkan hampir pergi dimasa kecilnya. Itu membuat trauma besar pada orang tuanya. Bahkan melarang Prabhu untuk tidak menyebrang sendirian. Tapi Kiana merasakan apa yang di rasakan orang tua Lui.

“Tapi, kalau bukan Prabhu yang nolong? Siapa yang bisa bantu? Mereka jelas orang luar, sudah pasti tidak percaya dengan hal begituan. Percuma kalau Prabhu bilang ke orang tuanya, Panggil orang pintar. Yang ada ntar papanya bawa professor” Ucap Prabhu menyelipkan candaan dalam ucapannya.

“Prabhu yakin sanggup?” Tanya Gibran yang mendekatkan badannya pada anaknya.

Prabhu menatap wajah papanya ragu, Ia ingin mengatakan iya tapi ia tidak bisa janji. Prabhu kemudian menatap mamanya, mata mamanya berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu mengangguk kaku.
Gibran beranjak kemudian mengeluarkan hpnya, ia menelpon seseorang sebelum keluar dari kamar Prabhu. Kiana hanya menatap anaknya tak percaya, dan mengelus punggung putranya sambil bergetar. Entahlah Prabhu juga merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Prabhu menunduk, ia menangis dan merasa ia harus mampu.

Dokter Ray dan satu perawat datang dan beberapa alat seperti monitor bed-side tiang infus dan tabung oksigen sudah di taruh samping kasurnya. Prabhu bahkan menatap Papanya tak percaya, lalu menatap dokter Ray yang masih berbincang pelan dengan asistennya yang mencatat apa yang beliau ucapkan. Kiana duduk di kursi sebelahnya terus-terusan menatap putranya yang kebingungan.

Akhirnya, seluruh alat sudah terpasang di tubuh Prabhu. Prabhu bahkan sudah berbaring di kasurnya dengan posisi yang sedikit bersandar pada bantalnya. Dokter Raymond mengangguk memberikan tanda pada Gibran, lalu keluar dari kamarnya dan diikuti oleh asistennya.

“Papa ingatin lagi, mau gimanapun itu. Kamu harus balik, terserah seberapa lama. Tapi tetap harus balik. Jangan dengerin hal aneh atau ikutin sesuatu disana yang bikin kamu penasaran” ucap Gibran.

“Pra, balik ya nak. Balik secepatnya” Prabhu mengangguk patuh.

Prabhu kemudian menutup matanya dan memfokuskan dirinya untuk meraga sukma. Ia berhasil, bahkan kakek sudah menunggunya untuk mengantarkannya ke antara dua dunia. Prabhu melakukan apa yang disuruh kakek. Setelah ia membuka matanya hanya kegelapan dan dingin yang ia rasa. Bahkan kekuatannya untuk mengeluarkan gelombang sukma jadi lemah, namun dengan susah payah ia kerahkan gelombangnya untuk medapatkan gelombang Lui. Sinyal samar dari gelombang Lui ia dapatkan, dengan cepat ia berlari mengikuti keberadaan Lui.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang