21. DEVA, MAKASIH

295 31 7
                                    

Langit sudah menampakkan warna jingga keoren-orenan, Lui, Radeva dan Joel sudah berkumpul didepan Prabhu. Entah ini ide siap, awalnya mereka sedang berkumpul di lapangan basket seperti biasa untuk bermain basket, namun ide itu terlontar dan membuat mereka bergegas dan tiba-tiba mereka sudah sampai. Radeva membuka pagar rumah Prabhu dan mempersilahkan Lui dan Joel untuk memarkirkan motor mereka didepan garasi.

Radeva menutup kembali pagarnya dan segera menuju pintu utama rumah Prabhu. Ia mengetok dan menunggu seseorang membuka pintu rumah tersebut. Joel dan Lui bahkan sudah berdiri dibelakang Radeva.

CKLEK!

Suara kunci terbuka membuat Radeva menarikkan ujung senyumnya. “Selamat Sore tante ki, Prabhu ada?” Tanya Radeva ketika pintu terbuka dan menampilkan Kiana dengan baju rumahan dengan rambut yang tergerai dan hanya setengah di ikat cepol.

“Eh, Aska. Masuk nak, sorry ya lama tante sibuk tadi di dalam” Radeva mengangguk.
“Masuk-masuk” Ucap Tante Ki merangkul ketiga teman putranya untuk masuk.
“PRAAA, NAK INI ADA TEMANNYA!!” Teriak Kiana, ketika mereka sampai di ruang tamu dalam atau ruang keluarga.
“Duduk dulu ya, tante panggilin Prabhu dulu”

“Tante ki biar Aska aja yang manggil” Kiana mengangguk.
“Tolong ya, Ka. Tante kedalam dulu” Kiana pamit untuk kembali ke dapur, tak lupa mereka bertiga mengiyakan ucapan Kiana.
Radeva membuka tasnya dan jaketnya dan menaruh di sofa,lalu bergegas ke kamar Prabhu.

TOK TOK!

Radeva mengetuk lebih dulu lalu membuka pintu kamar Prabhu dengan perlahan, aroma obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ia mengkerutkan dahinya dan spontan menahan napasnya sebentar. “Pra” Panggil Radeva sedikit pelan karena takut menganggu Prabhu.

Radeva berjalan menuju gundukan selimut yang berada di kasur, suhu di kamar Prabhu cukup dingin sehingga membuat Radeva berinisiatif menaikkan suhu ruangan. dan berjalan ke araha gundukan selimut, menyentuh dengan pelan lalu menggoyangkan apa yang ia pegang.

“Pra bangun” Radeva melepaskan tangannya ketika Prabhu menggerang dan menurunkan selimutnya dan menampakkan muka bantalnya dan menatapnya sebentar lalu menaikkan kembali selimutnya hingga menutupi lehernya dan menyisakkan kepalanya.

“Eh, bangun dulu Pra. Ada Joel sama Lui di bawah” Radeva menduduki kasur di samping Prabhu tidur.

“Iya lima menit” Ucap Prabhu dengan suara khas bangun tidurnya dan mata yang masih terpejam.

“Aku tungguin” Radeva pun mengambil hpnya dan memainkan sambil bersandar pada sandaran kasur.

Suara dengkuran halus mengisi ruangan, Radeva menatap Prabhu sebentar lalu kembali memainkan hpnya. Tak lama ia menelisik ruangan yang sudah lama ia tak masuk, tak banyak yang berbeda hanya aroma dan beberapa peletakkan barang yang berpindah. Hingga tatapan Radeva jatuh pada kasur sisi kiri, terdapat peralatan rumah sakit seperti tabung oksigen, monitor bed-side, dan tiang infus.

Prabhu menggerang dan merenganggkan badannya, tangannya yang ia naikkan mengenai badan Radeva. Prabhu sedikit terkejut dan langsung mendongak, “Lo ngapain?” Tanyanya heran. “Tungguin lo bangun” Ucap Radeva. Prabhu merubah posisinya menjadi duduk, “Hai, Deva. Apa kabar?” Ucapnya sambil mengucek-ngucek matanya.

“Baik, lo apa kabar?” Tanya Radeva dengan perasaan yang sedikit mellow. Jika bisa di bilang ingin rasanya Radeva langsung menerjang memeluk sahabat dari oroknya, namun ia terlalu gengsi. Entahlah mungkin faktor pubertasnya sehingga ia merasa sudah tak perlu melakukan itu.

“Gue baik banget, sehat juga. Lo keliatan berisi sekarang, syukur deh. Kayaknya si kakek bakal suka liat lo yang sekarang” Ucap Prabhu.

Radeva yang mendengar sedikit merasa janggal, namun ia tepis itu. “Gue gendut lo bilang?” Prabhu tertawa dan menggeleng, “Lo berisi bukan berarti gendut” Ucap Prabhu. “Udah ah, lo tadi bilang Joel sama Lui datang kan, lo tungguin di luar aja” Ucap Prabhu, ia bangkit dan segera menuju toilet.

HIS LOST SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang