"Bisa jadi dari kebetulan-kebetulan itu adalah takdir yang memang sudah tertulis di jalan hidup kita."
———
~~~
Jevan keluar dari toilet sebuah Bar dengan menggunakan seragam karyawan. Dia menghela nafas sejenak, lalu melangkahkan kakinya menuju senior yang sedang menunggu dia. Suasana Bar malam ini sangat ramai. Banyak sekali orang yang bersenang-senang, menyendiri, bahkan berjudi sampai berkelahi.
"Tolong bersikap ramah ya, Jev! Layanin apapun costumer mau." ucap seniornya, yang bernama Ilham.
Jevan mengangguk, lalu mulai bekerja. Mengelap meja, atau bahkan mengantarkan kebutuhan pelanggan. Beberapa jam kemudian, Ilham kembali memanggil Jevan.
"Tolong anterin ini ke ruang VIP ya, di atas. Ini punya bos."
Dahi Jevan menyeringit, "Bukannya tadi bos keluar?"
Ilham mengangguk. "Pemilik Bar ini yang sebenernya bukan Pak Edi. Pak Edi tangan kanan pemilik asli Bar ini. Dia di percayai buat ngatur semua Bar ini." Ilham menjelaskan, membuat Jevan mengangguk-angguk. Meski banyak pertanyaan, tapi dia memilih untuk tidak bertanya lebih banyak.
Dia akhirnya membawa beberapa botol alkohol itu ke ruangan VIP. Jantungnya berdetak cepat, ia hanya takut.
Setelah mengetuk pintu, suara seseorang menyahut dan menyuruh dia masuk. Jevan masuk perlahan, menatap punggung seseorang yang tingginya tidak jauh beda dengan dirinya. Orang itu juga sangat muda, dan tampak tak asing bagi penglihatannya.
"Saya bawa minuman yang Bos pesan." ucap Jevan, membuat seseorang itu menoleh.
"Taro di mej—" ucapan seseorang itu terhenti ketika matanya bertemu mata Jevan. Keduanya sama-sama terkejut.
"Lah, Jovin?!" tanya Jevan.
Jovin menghela nafas kasar, memejamkan mata sejenak, lalu mendekat pada Jevan.
"Lo kerja disini?" tanyanya, membuat Jevan mengangguk.
"Kenapa gue baru tau?"
"Gue anak baru."
Jovin menghela nafas pelan, lalu duduk di kursi. "Rahasiain ini semua. Cuma lo yang tau." ucap Jovin.
Jevan mengangkat satu alisnya, "Kenapa harus di rahasiain? Kan seru tuh kalo seluruh dunia tau, anak ambis dan di siplin kaya lo ternyata punya Bar segede ini." Ucap Jevan menggoda. Matanya melirik botol alkohol yang tadi ia bawa. "Terlebih lagi, lo juga minum beberapa jenis alkohol." Lanjutnya, sambil menatap Jovin dengan seringai kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]
Random"Seberapa jauh dunia memisahkan kita, jiwa kita akan terus terpaut, dan pada akhirnya lo akan selalu jadi tempat pulang yang paling tenang." -Jovin. Tentang anak kembar yang terpisah akibat korban perceraian orang tua. Keduanya menjalani hidup masin...