26. Semoga sampai ke tenang yang di inginkan ya?

1.2K 85 10
                                    

"Bahkan ketika sudah berhasil pulang pun, masih harus tetap berdo'a untuk bertemu tenang."

———

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Suasana pagi di rumah Jevan kini sangat ramai. Banyak warga yang datang untuk mendo'akan dan mengantar tubuhnya ke rumah yang dia sebut tenang itu. Teman-temannya juga berada di sana. Semalam, Jevan di temukan tenggelam oleh warga yang sedang berjalan di sekitar sana. Namun ia telat menyelamatkan, dan Jevan lebih dulu menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah mendapat kabar bahwa Jevan tiada, teman-temannya segera pergi ke rumah. Sudah banyak polisi dan warga desa di halaman rumah sederhana itu. Semuanya terpuruk dan terkejut, terlebih lagi ucapan Jevan yang meminta mereka untuk menemaninya di rumah selama tujuh hari kedepan.

"Jadi maksud ucapan Jevan nemenin dia selama tujuh hari kedepan itu tahlil ya, Hel?" tanya Malik. Tatapan anak itu memandang lurus ke arah jenazah Jevan yang sudah berada di dalam keranda.

Bukan hanya teman-temannya saja, Nenek Heli dan Bunda Daffa juga datang, bahkan kedua orang tua Juna sekalipun.

Nenek sedang mengaji di sebelah keranda Jevan sambil menunggu kesiapan rumah baru Jevan. Sedangkan Bunda Daffa, sedang menguatkan Daffa yang sedari pagi sudah lemas.

Heli menoleh pada Malik, lalu ia merangkul anak itu. "Do'ain biar Jevan tenang ya. Kita semua tau, yang di butuhin dia itu tenang." ucap Heli.

Malik mengangguk, air matanya kembali menetes, mengingat bagaimana kerasnya hidup pada alur kehidupan Jevan.

"Mohon bantuan untuk mengangkat jenazah sampai ke rumah terakhirnya,  bapak-bapak sekalian..." ucap pria paruh baya yang merupakan ketua RT.

Sebagian bapak-bapak semuanya mengangguk, begitu juga Malik, Heli, dan Juna yang segera bangkit untuk ikut membantu mengangkat. Sedangkan Daffa, anak itu masih duduk dengan tatapan kosong dengan sang Bunda.

"Nggak apa-apa, kamu jalan saja sama Bunda." ucap Bunda Daffa sambil mengusap lembut kepalanya.

Daffa diam sejenak, sebelum akhirnya menggeleng dan menyusul teman-temannya.

"Lo nggak usah ikut ngangkat Dap!" ucap Heli.

"Kenapa? Gue juga sahabatnya." jawab Daffa ketus.

Heli menghela nafas pelan, "Lo lemes."

"Gue kuat!"

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang