3. Hukuman

713 67 2
                                    

"Hukuman terberat di dunia adalah tidak akan pernah lagi merasakan kebahagiaan dan ketenangan."

———

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Teriknya matahari pagi membuat keempat remaja mengeluh tak ada habisnya. Hari ini, Jevan dan teman-temannya terkena hukuman akibat ketahuan merokok di taman belakang sekolah.

"Mengeluh terus! Makannya, taatin peraturan kalau nggak mau kena hukuman." ucap Pak Dito.

Jevan menghela nafas pelan, "Lagian Bapak kayanya mata-matain kita ya? Kok tau terus sih apa yang kita lakuin?" tanya Jevan, membuat Malik menyenggol lengannya.

"Jawab terus!" ucap Pak Dito lebih tegas.

Pak Dito masih menatap ketiganya satu persatu dengan tatapan tak suka. "Nama kalian tuh nggak pernah kosong di lembar buku catatan saya." lanjutnya.

"Itu berarti nama kita pembawa rezeki buat Bapak." kali ini, Heli yang menjawab.

"Kenapa rezeki?" tanya Jevan.

"Karena kalau kita nggak nakal, Bapak nggak kerja. Kalo nggak kerja, ngga dapet duit." jawab Heli membuat Jevan, dan kedua temannya yang lain tertawa.

"Bukan gitu, Hel. Lebih tepatnya, biar Bapak nggak makan gaji buta." sahut Daffa, membuat mereka semakin tertawa, tanpa sadar kalau pak Dito sudah menggeram kesal.

Pak Dito mendaratkan tongkat kayunya ke kaki mereka satu persatu, membuat mereka mendesis kesakitan.

"Aw-aduh! Skill satu dulu kek Pak!" protes Heli.

"Kalian itu nggak ada takut-takutnya sama saya?!"

"Takut itu cuma sama Allah, Pak." ucap Jevan.

"Sok-sokan takut sama Allah, kamu aja kalo solat Dzuhur suka ngumpet di gudang." ucap Pak Dito membuat ketiga teman Jevan tertawa.

Jevan melirik temannya satu persatu dengan sinis, "Lagi hilaf aja itu pak."

Pak Dito menggeleng heran, "Sudah-sudah, jangan banyak bicara! Sekarang cepat lakukan hukuman kalian. Keliling lapangan 10 kali. Habis itu berdiri sampai jam ke 3." ucap Pak Dito membuat mereka menghela nafas pasrah.

"Nego dong Pak, please..." ucap Daffa.

"Nggak ada! Di kira pasar loak?!" ucap Pak Dito membuat Heli tertawa.

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang