17. Kembali bersama setelah sekian lama

546 52 3
                                    

"Selalu mempercayakan takdir, bahwa apapun yang di takdirkan bersama, akan selalu bersama."

———

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Matahari kian terik, debu berterbangan, angin yang perih di mata terus berputar tiada hentinya. Tapi itu semua tak membuat semangat Jovin menghilang. Anak itu berjalan dari parkiran ke kelas dengan santai dan senyum yang mengembang.

Langkahnya di perlambat ketika melewati kelas Jevan. Pelan, ia melangkah mundur untuk masuk ke kelas Jevan. Matanya menelusuri seluruh ruangan itu untuk menemukan Jevan, namun ia tak menemukan saudara kembarnya.

"Woi!" Jovin terlonjak kaget ketika Heli, Malik, dan Daffa sudah berada di belakang tubuhnya.

"Tumben pagi-pagi kesini." ucap Malik, yang duduk di meja, tepat di depan Jovin berdiri.

"Jevan belum datang?" tanyanya.

"Lah? Jepan nggak ngasih tau lo?" tanya Daffa, membuat Jovin mengangkat satu alis bingung.

"Jevan demam cuy. Dia tadi barusan telpon gue." ucap Daffa lagi.

"Kok dia nggak ngabarin gue?" protesnya.

Heli terkekeh, "Dia mungkin belum terbiasa." ucapnya.

Jovin mendengus sebal, lalu pergi dari kelas Jevan. Ia kembali melangkah ke arah parkiran untuk pergi ke rumah Jevan.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ke rumah saudara kembarnya. Ia membuka helm, lalu turun dari motor dan mendekat ke arah pintu.

"Jev? Ini gue Jovin!" ucapnya sambil mengetuk pintu Jevan.

Perlahan, pintu itu terbuka menampilkan sosok pria yang tingginya tak jauh beda dari Jovin. Jevan terlihat sangat pucat dan lemas.

Tangan Jovin langsung memegang dahi Jevan, membuat anak itu menghempasnya. "Panas banget, Jev. Ayo ke rumah sakit!" Jovin sudah menarik tangan Jevan, namun anak itu menariknya kembali.

"Gue nggak apa-apa, Jov. Nanti juga sembuh. Gue kecapean aja." ucap Jevan.

Jovin mendengus sebal, "Beneran?" tanyanya khawatir.

Hati Jevan menghangat ketika menatap wajah penuh kekhawatiran Jovin. Ia tersenyum, "Gue nggak apa-apa, Jev." ucapnya lagi, kembali meyakinkan Jovin.

"Makan belum?" tanya Jovin, membuat Jevan menggeleng.

Jovin memutar bola mata malas, lalu menarik Jevan untuk masuk ke rumah. "Lo diem disini, gue bikinin lo bubur." ucap Jovin dengan membawa tubuh Jevan untuk duduk di sofa.

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang