"Beberapa orang bisa sangat menyukai hujan, karena hujan mampu menyembunyikan tangisnya."
--
^^^
Suara gemuruh petir yang mengiringi suara gemercik hujan membuat hati Jovin menghangat. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Pemuda itu sudah berada di sekolah sejak jam enam pagi. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi betapa derasnya hujan yang turun pagi ini.
Lamunannya buyar ketika seorang pemuda, yang merupakan teman barunya itu datang, duduk di sebelahnya.
"Rajin banget lo Jov." ucap seseorang itu, yang memiliki nama Juna.
Jovin menghela nafas pelan, "Ini udah siang, bentar lagi juga bel masuk." ucap Jovin, membuat Juna menatap arloji di pergelangan tangannya, lalu mengangguk.
"Kenapa hujannya pagi-pagi banget ya? Gue males banget buat bangun tadi pagi." Juna mengeluh, menceritakan bagaimana ia melawan rasa malas di pagi hari karena cuaca yang sangat cocok untuk tetap tidur di bawah selimut.
Jovin terkekeh, "Tapi gue suka kalo hujan."
Juna menyeringit, membuat Jovin berkata lagi. "Kalo hujan, bumi terasa damai, Jun. Semuanya hening, sepi, dan gue cuma bisa rasain suara gemercik hujan yang tenang."
"Tapi suara petir nggak buat tenang, Jov. Yang ada jantungan." ucap Juna membuat Jovin tertawa.
"Kalau suka hujan, mau sebesar dan sebanyak apapun suara petir, itu nggak ngebuat pengagumnya berhenti mengagumi hujan. Karena pada dasarnya, kita harus menerima semua yang menyangkut apa yang kita kagumkan."
Juna mengangguk-angguk, "Lo suka banget sama hujan ya?"
Jovin mengangguk. "Alasannya?" tanya Juna lagi.
Jovin diam sejenak, "Nggak ada alasan tertentu. Tapi mungkin karena gue lebih suka sepi, dan nggak suka suara berisiknya dunia, gue jadi lebih selalu mengharapkan hujan buat meredakan semua suara-suara berisik itu."
Juna tersenyum, lalu mengangguk. "Oh iya, lo kemarin minta nomor si Jevan anak IPS 2 buat apa?"
Jovin terkekeh, "Ada urusan."
"Tapi Jov, beneran deh. Lo beneran anak tunggal? Lo sama Jevan mirip banget, sumpah deh!" ucap Juna.
Jovin diam sejenak, sebelum akhirnya tertawa. "Gue beneran anak tunggal, Jun. Lagian kan katanya di dunia ini kita punya 7 kembaran, mungkin dia salah satunya." ucap Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]
Random"Seberapa jauh dunia memisahkan kita, jiwa kita akan terus terpaut, dan pada akhirnya lo akan selalu jadi tempat pulang yang paling tenang." -Jovin. Tentang anak kembar yang terpisah akibat korban perceraian orang tua. Keduanya menjalani hidup masin...