"Meminta maaf sebelum maaf itu tidak bisa lagi tersampaikan. Dan ketika hari itu tiba, hanya penyesalan yang di dapat."
---
Hari-hari telah berganti. Semua momen entah bahagia atau berduka seiring waktu akan terlewatkan. Tidak terasa, waktu begitu cepat dan perlahan membawa rasa sakit yang mendalam akibat kehilangan. Malik, Heli, Daffa, dan Juna perlahan sudah mengikhlaskan kepergian sahabatnya.
Hari ini tepat 7 hari kepergian Jevan. Hari ini juga tepat 7 hari tentang bagaimana mereka merasakan rasa sakit yang amat sangat menyiksa. Rindu, dan belum terbiasa menjadi makanan sehari-hari mereka. Namun saat ini, mereka sudah lebih banyak tersenyum dan mencoba mengikhlaskan kepergiannya. Yang mereka bisa lakukan hanya berdo'a untuk ketenangannya.
Tepat 7 hari kematian Jevan juga, Aldo-Ayah kandung Jevan dan Jovin itu harus mengikhlaskan seluruh hartanya yang terkuras habis karena ulahnya sendiri.
Sudah lama tidak mendengar kabar Aldo, ternyata pria itu menjadi sedikit gila dan serakah setelah kehilangan Jovin. Kabar kematian Jovin selalu menjadi bayangan perih untuk hidupnya, dan membuat hidupnya menjadi tidak teratur. Bermula ia menjadi lebih sering bermain Judi, dan selalu mabuk-mabukan membuat Alin tak sanggup dan menceraikannya.
Pukul setengah 2 siang, Aldo melangkahkan kakinya terhuyung-huyung ke arah makam Jevan dan Jovin.
Ia ambruk di tengah-tengah gundukan tanah anak kembarnya. Tangisnya pecah, dan ia hanya bisa menyesali semua yang terjadi.
"M-Maaf..." ucapnya, meskipun maaf itu sudah tak bisa lagi tersampaikan pada kedua anaknya.
Aldo terus menangis, ia benar-benar menyesal. Menyesal karena tidak pernah memperlakukan kedua anaknya dengan baik. Bahkan dia menyalahkan Jevan atas kematian Jovin hingga Jevan menyusul. Bahkan ketika Jevan menyusul Jovin pergi, Aldo masih tidak menunjukkan rasa pedulinya sama sekali sampai hari ini tiba.
Semuanya pergi, dan hanya ada dia yang tersisa disini. Seluruh harta, rekan, pekerjaan, bahkan istri yang ia cintai dan ia banggakan pun meninggalkannya sendiri.
Lebih dari 1 jam Aldo masih berada di sana. Bahkan Hujan yang saat ini turun pun tak membuat ia bangkit dari sana. Bayangan-bayangan perilaku jahat yang ia lakukan pada kedua anaknya selalu menjadi bayangan paling menyeramkan.
Disisi lain, Heli dan teman-temannya sudah berada di rumah Jevan setelah pulang sekolah. Mereka berniat untuk langsung ke makam Jevan, namun hujan turun membuat mereka berteduh dulu di rumah Jevan. Rumah ini tidak ada yang menempatkan, dan akan selalu menjadi rumah Jevan, Jovin, dan Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]
Random"Seberapa jauh dunia memisahkan kita, jiwa kita akan terus terpaut, dan pada akhirnya lo akan selalu jadi tempat pulang yang paling tenang." -Jovin. Tentang anak kembar yang terpisah akibat korban perceraian orang tua. Keduanya menjalani hidup masin...