8. Salah satu bukti

554 60 0
                                    

"Kalau Tuhan sudah berkehendak, akan ada banyak petunjuk yang berdatangan untuk mengungkap kebenaran."
———

"———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Langit sudah mulai berubah menjadi jingga. Jovin memarkirkan motornya di halaman rumah besarnya. Ia turun, dan menaruh helmnya, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Rumahnya sepi, ia tau bahwa kedua orang tuanya masih bekerja. Ia menghela nafas pelan, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamar. Namun kakinya berhenti di depan ruang kerja Ayahnya yang pintunya terbuka. Entah mengapa, hatinya mendorong kakinya untuk melangkah masuk.

Ia menatap sekeliling ruangan itu. Hanya di hiasi jadwal pekerjaan, dan berkas-berkas penting. Namun matanya salah fokus kepada sebuah foto yang tertindih buku. Ia mengangkat buku tersebut, membuatnya bisa melihat foto itu dengan jelas. Sebuah foto kedua anak kecil yang mungkin berusia 1 tahun.

Dahinya menyeringit, tangannya bergerak untuk mengambil foto itu. "Ini gue," ucapnya dengan salah satu jari menunjuk ke arah anak kecil sebelah kanan. "Terus ini siapa?" tanyanya, sambil menunjuk anak kecil di sebelah kiri.

Ucapan siswa-siswi siang tadi di kantin, yang berkata bahwa Jovin dan Jevan sudah seperti anak kembar, mulai mengisi kepalanya.

Ia berpikir keras, lalu menggeleng cepat untuk membuang jauh pikirannya. Namun hatinya terus mendorong untuk mencari tau tentang hal itu.

Banyak kesamaan tentang dia dan Jevan, membuat hatinya bergerak untuk mencari tau tentang Jevan lebih dalam.

Ia mendengus sebal, lalu memotret foto itu di ponselnya, dan pergi dari ruang kerja Ayahnya menuju kamar.

Sedangkan Jevan, anak itu kini berada di sebuah danau kecil, sambil menatap langit yang berwarna jingga. Menatap matahari yang sudah mau meninggalkan langit.

Ia memejamkan mata sejenak, merasakan dinginnya angin yang menembus kulitnya. Helaan nafas pelan terdengar, anak itu tersenyum tipis.

Ia bangkit ketika matahari sudah tidak lagi menampakan dirinya di atas langit. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi ke rumah. Hari ini, ia mendapatkan libur dari pekerjaannya.

Matanya menatap sekeliling rumah, yang benar-benar sepi dan sunyi. Jevan menyukai suasana seperti ini, namun ia sedih karena tidak ada Bunda disini. Beberapa menit setelah membersihkan diri, ia mendengar sebuah klakson motor yang berada di depan rumahnya, membuat ia pergi untuk mengecek siapa yang datang.

Alisnya terangkat, ketika yang datang adalah Jovin. Ia melangkah mendekat, "Ngapain lo kesini?" tanya Jevan.

"Gue nggak boleh main kesini?" tanya Jovin.

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang