"Seberapa jauh dunia memisahkan kita, jiwa kita akan terus terpaut, dan pada akhirnya lo akan selalu jadi tempat pulang yang paling tenang." -Jovin.
Tentang anak kembar yang terpisah akibat korban perceraian orang tua. Keduanya menjalani hidup masin...
"Semuanya akan terasa hampa, tanpa ada sosok Bunda di dunia."
———
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
^^^
Sudah tiga hari setelah kematian Bunda, Jevan menjadi banyak diam. Sudah tiga hari juga, dia baru berangkat sekolah. Selama tiga hari berturut-turut, dia menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun.
Hari ini, hari yang sangat cerah. Jam menunjukkan pukul setengah 10 pagi, Jevan dan ketiga temannya berjalan ke kantin untuk mengisi perutnya. Koridor sangat ramai karena jam istirahat telah tiba. Semua siswa-siswi berlalu lalang. Mata mereka tidak ada hentinya menatap Jevan. Kabar kematian Bunda sudah tersebar di sekolah. Namun bukannya empati yang Jevan dapat, mereka semua justru malah terus membicarakan hal buruk tentang Bundanya.
Jevan dan teman-temannya duduk di sebuah bangku yang posisinya berada di ujung kantin.
"Gue colok mata lo ya?!" ucap Heli pada seseorang yang menatap Jevan dengan tatapan tak bersahabat.
Malik terkekeh, lalu merangkul Heli agar tidak bertindak. "Jangan, nanti matanya nggak laku kalo mau di jual." ucapnya.
Daffa terkekeh juga, lalu menyahut, "Nggak di colok juga udah minus tuh mata."
"Nggak tau orang laper apa? Bawaannya pengen makan orang kalo kaya gini." kesal Heli.
Malik bangkit, "Mau orang yang kaya gimana? Yang cantik, lucu, manis, montok, atau—" ucapannya terhenti ketika Heli melempar tisu yang ada di meja, ke arah kepalanya.
Malik tertawa, begitu juga dengan daffa. Sedangkan Jevan, anak itu hanya tersenyum tipis.
"Mie ayam." ucap Heli.
"Katanya mau makan orang? Kok jadi ayam?" tanya Malik.
Heli mendelik tajam, membuat Malik dan Daffa terkekeh lagi. "Iya-iya, santai bos!" ucap Malik di akhir tawanya, lalu matanya beralih menatap Jevan. "Lo apa Pan?"
"Samain aja." ucap Jevan singkat.
"Oke, mie ayam 5." ucap Malik.
"Satunya buat siapa, sat?!" tanya Heli.
"Gue dua porsi, dan lo yang bayar semuanya." ucap Malik lalu segera pergi membuat Heli geram.
Daffa tertawa, lalu menepuk pundak Heli pelan, "Sabar bos, tapi kayanya gue juga butuh dua." ucapnya lalu ikut pergi menyusul Malik.