"Semua punya cerita untuk di abadikan."
———
^^^
10 tahun kemudian...
"Ayah, kenapa kita kesini?" tanya salah satu anak kecil laki-laki berusia 3 tahun.
Malik tersenyum menatap kedua anak kecil laki-laki yang terlihat sangat mirip. Ia berjongkok agar sejajar dengan tinggi mereka. "Ayah mau kenalin anak-anak Ayah ke sahabat Ayah." ucapnya lembut.
Anak-anak itu saling pandang. Jio, menatap mata Ayahnya penuh tanya. "Mana teman Ayah?"
Dan Dio, anak yang lahirnya lima menit setelah Jio itu mengelilingi pandangannya. Yang ia lihat, hanya gundukan-gundukan tanah dengan nama-nama asing di batu nisan.
Malik kemudian menyentuh batu nisan yang bertulis nama Jevan. "Ini sahabat Ayah." ucapnya, lalu menoleh ke gundukan tanah di sebelah makam Jevan, yang bertuliskan nama Jovin. "Ini juga sahabat Ayah."
"Mereka sudah meninggal?" tanya Jio, membuat Dio mendengus sebal.
"Kalau sudah di kubur, artinya sudah meninggal!" ucapnya, membuat Malik tersenyum menatap tingkah kedua anaknya.
Malik mengangguk, "Ayo, sapa dulu. Yang ini namanya Om Jevan," Malik menunjuk makam Jevan, lalu beralih ke makam Jovin. "Yang ini namanya Om Jovin."
Anak-anaknya tersenyum, lalu memegang batu nisan itu secara bergantian. "Mereka kembar, kaya kalian." ucap Malik.
"Mereka ganteng-ganteng kaya kita juga nggak?" tanya Jio.
Malik terkekeh, "Gantengan anak Ayah!" ucapnya membuat kedua anaknya tersenyum bangga.
Beberapa menit setelah bercakap-cakap, beberapa orang perlahan berdatangan. Mereka adalah Heli, Daffa, dan juga Juna. Bertahun-tahun lamanya mereka hampir tidak bertemu karena sudah hidup masing-masing. Terlebih lagi Juna, yang sudah menetap di luar negeri bersama istrinya.
"Om Heli!" Jio berlari dan langsung memeluk Heli.
"Om nggak di sapa juga?" tanya Daffa cemburu.
Jio tertawa, lalu memeluk Daffa juga yang langsung di sambut tatapan tajam dari Safa, anak kecil perempuan berusia 5 tahun.
"Tuh, kalau aku peluk Om Daffa, pasti Teh Safa menatap Jio kaya monster!" ucapnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]
Casuale"Seberapa jauh dunia memisahkan kita, jiwa kita akan terus terpaut, dan pada akhirnya lo akan selalu jadi tempat pulang yang paling tenang." -Jovin. Tentang anak kembar yang terpisah akibat korban perceraian orang tua. Keduanya menjalani hidup masin...