25. Pulang

507 65 10
                                    

"Butuh ribuan kali berpikir untuk memilih pulang agar mendapatkan tenang."

———

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Suasana sekolah begitu ramai karena jam istirahat telah berbunyi. Alih-alih bersama teman-temannya di kantin, Jevan malah duduk di bawah pohon rindang yang ada di taman belakang.

Pemuda itu menikmati angin sepoi-sepoi dan kicauan burung. Matanya menatap orang-orang yang berlalu lalang. Sesekali ia berpikir apakah kehidupan mereka sama sulitnya dengan hidupnya juga?

Jevan menghela nafas pelan. Kemudian matanya menemukan segerombol orang yang berada tak jauh darinya yang sedang membicarakan sebuah spanduk yang terpasang.

Spanduk bertuliskan 'turut berduka cita' dengan foto Jovin yang terpajang disana.

"Gue dapat rumor, katanya ternyata Jevan dan Jovin itu kembar." ucap salah satu di antara mereka.

"Yang bener aja! Jovin kan anak orang kaya, lah dia?"

"Beneran! Katanya mereka di pisahin dari kecil. Keluarganya berantakan dari kecil, terus Ayahnya nikah lagi."

"Terus katanya pas kecelakaan itu Jovin mau nyamperin Jevan."

"Kasian banget si Jovin. Udah mah bener sama bapaknya aja, malah milih sama Jevan."

"Iya, kayanya kalo masih tinggal sama bapaknya dia masih hidup sampai sekarang."

"Iya, sayang banget."

Nafasnya tercekat. Lagi-lagi ia harus mendengar kalimat-kalimat yang mengarahkan dirinya bersalah. Mengapa dari sekian ribuan orang, tidak ada yang mau mempertanyakan kondisinya?

Jevan menghela nafas panjang, lalu bangkit dari sana. Ia lebih memilih untuk bertemu teman-temannya di kantin.

"Kemana aja woi?!" tanya Heli saat menatap Jevan berjalan ke arahnya.

Jevan tersenyum tipis, lalu duduk di sebelah Malik. Mereka semua merasakan perbedaan suasana kantin ketika Jevan masuk ke kantin.

"Kenapa lo lihat-lihat?!" tanya Heli ketika menyadari mereka menatap ke arah mejanya.

Jevan menatap mereka semua. Ia merasakan tatapan benci dari mata mereka. Ia menghela nafas pelan, lalu menatap Heli. "Udah Hel, biarin!" ucapnya.

Heli menoleh pada Jevan dengan helaan nafas kasar. "Lo mau makan apa? Gue pesenin." ucap Malik yang mendapat gelengan cepat oleh Jevan.

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang