18. Peran Ayah?

518 53 1
                                    

"Apa yang dirasakan manusia-manusia yang memiliki peran Ayah di dunia?"

———

^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB ketika akhirnya Jevan tetap berangkat bekerja ke Bar walaupun badannya masih kurang sehat.

"Jev, gue ada kabar hot!" ucap Ilham ketika menemukan Jevan yang sedang berganti seragam di ruang ganti.

"Apaan?" tanya Jevan.

"Bar ini benar-benar udah di pegang sama Bos Indra." ucap Ilham membuat Jevan menoleh ke Ilham dengan wajah serius.

"Kenapa?"

"Bos Jovin ketauan sama Ayahnya. Dan kata bos Indra, Jovin di pukulin abis-abisan sama Ayahnya tadi sore." mata Jevan terbelalak mendengar itu.

Jevan kembali membuka seragamnya dan kembali memakai pakaian asalnya membuat Ilham bingung.

"Woi, kenapa lo ganti baju lagi?!" tanya Ilham.

Jevan pergi dengan cepat tanpa menjawab ucapan Ilham. Anak itu berada di halte, menunggu sebuah bus namun baru menyadari bahwa ia tak tau rumah Jovin.

Jevan mengacak rambut prustasi lalu menghubungi Juna untuk mengirim alamat Jovin. Untungnya, tidak membutuhkan waktu lama Juna mengirim alamat Jovin.

Jevan mendengus sebal ketika rumahnya tidak termasuk dalam lintasan Bus. Ia harus naik taksi, namun ia memilih untuk berlari saja.

Kaki Jevan melangkah cepat untuk bisa sampai ke rumah Jovin. Nafasnya terengah-engah, keringatanya mengucur, namun ia tak mau berhenti.

Membutuhkan waktu satu jam untuk Jevan sampai. Anak itu terengah-engah, dan mengatur nafasnya sambil menatap rumah besar dan mewah di hadapannya.

Ketika nafasnya sudah stabil, ia melangkah mendekat dan memencet bel. Sebuah gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka menampilkan sosok satpam.

"Loh, Den Jovin?" tanya satpam itu bingung.

Tanpa basa-basi, Jevan menerobos masuk ke dalam meninggalkan satpam itu yang sedang bingung.

Pintu rumah terbuka, kakinya melangkah masuk. Ia menatap sekeliling rumah mewah yang sangat luas. Ia tak tau dimana saudara kembarnya. Berkali-kali Jevan menelpon, namun handphone-nya tidak bisa di hubungi.

"Sial!" Jevan berlari ke arah tangga, menelusuri ruangan-ruangan yang sama sekali tidak menemukan Jovin.

"Den Jovin?" Jevan menoleh ketika mendengar suara itu. Sebuah wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga di rumah itu.

PULANG UNTUK TENANG [ END✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang