03 • Hayase Megumi

16 4 0
                                    

Pemandangan sekitar tampak bergerak di balik kaca berembun nan dingin itu. Mata ungu yg bercahaya itu menatapi dunia luar yang sekarang meliriknya sebagai pusat perhatian berkat kesempurnaan yang selama ini dia perjuangkan. Namun, gadis itu selalu bertanya-tanya, apakah semua yang dimiliki saat ini, dapat bertahan selamanya?


Tentu saja jawabannya adalah tidak. Dia tetap harus berjuang untuk mempertahankan jerih payah yang selama ini mencabik-cabik mental dan hatinya ini.


Entah sudah berapa banyak rasa sakit, lelah, dan dinding yang sudah dia tebas untuk sampai ke titik ini. Dia akan terus terbang tinggi sampai tidak ada orang yang bisa menjatuhkannya.


Kendaraan beroda empat yang tengah di kendarainya berhenti setelah tiba di tempat tujuan. Gadis itu pun mengambil tas dan segera keluar untuk kembali menyambut dunia yang saat ini memperhatikannya.


Dengan langkah anggun dan tentu senyuman manis yang menjadi senjata andalan menebarkan pesona yang begitu gemilau dan bercahaya. Sebagai salah satu orang yang disukai di sekolah ini, dia harus tampil modis, ramah dan tentu SEMPURNA.


Tidak ada seorang pun di sekolah ini yang tidak memuji akan betapa cantik dan berbakatnya dia. Salah satu tropi sosial yang langsung menentukan kastanya di sekolah.


Akan tetapi, semua orang tidak mengetahui, bahwa semua senyuman yang dipancarkan dari wajahnya dan segala jenis perbuatan baik yang dia lakukan, itu semua hanyalah kebohongan belaka!


Itu semua hanyalah topeng kebanggaan yang ia gunakan untuk mendapatkan posisi paling sakral di sekolah. Berkat reputasi dan kepopulerannya, semua orang memujanya seperti dewi yang diutus dari langit.


「Seperti biasa ya, kalian semua ini gampang dibodohi.」


Teriaknya dalam hati dengan tawa jahatnya yang menggelegar jahat melebihi para iblis.


Melihat tatapan penuh kekaguman dan segala macam pujian yang diterimanya adalah sumber kesenangan yang sangat memuaskan. Bagi orang lain, dia mungkin seseorang idol yang baik dan menjadi sosok idaman bagi banyak orang.


Namun, bagi dirinya sendiri, orang-orang yang tengah mengaguminya tidak lebih dari sebuah alat belaka! Mereka hanyalah keset yang digunakan untuknya agar bisa duduk di singgasana yang tidak bisa dijangkau semua orang.


Dia sama sekali tidak pernah menganggap mereka fans atau siapa pun.


Saat ini setiba di kelas, gadis itu tidak henti-hentinya dikerumuni oleh teman sekelasnya yang sama sekali tidak dianggap teman baginya.


「Ne-ne, kemarin aku lihat konsermu, lho ... Hayase-san! Keren banget!」


「Padahal aku spam komentar, tapi ujung-ujungnya namaku nggak disebut sama kamu.」


「Saking bagusnya, sampai aku putar beberapa kali lho, suaramu benar-benar merdu sekali.」


「Ah, begitu, ya? Makasih sudah menonton, padahal suaraku jelek begitu.」


Meski dia tengah merendah. Jauh di dalam hatinya dia berteriak puas karena mendapatkan banyak pujian yang begitu menyenangkan.


「Tentu saja suaraku ini bagus, penampilan sempurna semacam itu, sudah semestinya kalian menganggumiku.」


Dia ingin mengatakan itu secara gamblang tapi ya tentu saja tidak boleh. Untuk melindungi reputasi dia harus bertutur kata yang sopan. Dia harus selalu merendah sampai inti bumi seperti sepuh-sepuh di luar sana supaya dicap baik dan tidak sombong.


Meski sebenarnya dia sangat enggan untuk berbicara merendah karena sangat menjepit lidah.


「Itu tidak benar! Suaramu paling bagus! Iya, 'kan semua?」

GL, PARACEMIDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang