08 • Mantan Preman

11 3 0
                                    

「Woy, lo denger nggak?!」


Suara yg kini terdengar cukup keras dan lantang itu langsung membuat Kayori tersentak. Tangannya kini bergetar hebat mengacaukan fokusnya.


「Ma-maaf, a-aku tidak se-sengaja.」


Kayori berkata dengan suara yg kecil sambil berusaha mencari kacamatanya.


「Hah? Nggak kedengeran! Kalau minta maaf, tatap gue dong!」


Laki-laki bertubuh jangkung itu pun merasa kesal karena Kayori malah menutupi matanya dan berjongkok sambil mencari sesuatu. Laki-laki pun menyadari apa yg dicari gadis itu ada di dekat kakinya.


Kayori akhirnya menemukan kacamatanya, sayangnya tangannya terlalu lambat dan kacamata berhasil diambil duluan.


「Oi, napa lo nutupin mata hah! Lo nyoba ngeledek gue?!」


Kayori mengabaikan perkataan laki-laki itu dan dengan susah payah meraih kacamatanya yang diambil. Sayangnya karena perbedaan tinggi badan dan kecepatan gerakan membuat tangan Kayori hanya menyentuh angin.


「Ke-kembalikan!」


「Bisa santai gak sih? Kalau mau minta maaf, minta maaf yg bener!」


Sentakan kasar itu pun membuat Kayori makin terguncang. Keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya. Perasaan yg ingin dia hindari, datang kembali setelah sekian lamanya.


Rasa takut yg selama ini dia pendam dan berusaha dilupakan itu, kembali. Mau bagaimana pun, dia tidak ingin seorang pun melihat matanya. Sesuatu yg sudah dia sembunyikan setelah sekian lama.


Kalau sampai dilihat lagi oleh orang lain, kejadian masa lalu yang membuat hidupnya suram akan kembali. Kayori tidak ingin itu terjadi. Dia hanya ingin bersekolah seperti orang biasa.


Deru napasnya semakin terengah-engah. Entah kenapa sekarang mencoba melirik orang yg baru saja ditabrak Kayori melalui celah di jari tangan, terlihat menjadi wajah menyeramkan yg dulu merundungnya.


Tangan gadis itu terus mengambil kacamata itu dengan putus asa. Namun, karena pandangannya terbatas, Kayori malah tersandung kakinya sendiri dan jatuh ke lantai cukup keras untuk kedua kalinya.


「Orang tua lo nggak ngajarin sopan santun, ya?! Kalau bikin salah, minta maaf dong!」


Mengabaikan rasa sakit yg semakin menjalar di lutut dan dagunya. Kayori mencoba bangkit kembali dengan tubuh gemetaran. Namun, karena rasa takutnya makin parah membuat kakinya jadi terasa lemas dan dia pun tidak bisa berdiri.


「Ti-tidak boleh ... mereka tidak boleh melihatnya.」


Gumaman yg terus diucapkan dalam hatinya itu terus diulang beberapa kali. Pikiran Kayori kini semakin kacau karena tidak bisa tenang.


Dia makin buncah dan benar-benar tidak berdaya. Apa kejadian di masa lalu itu akan terulang kembali? Kayori mulai putus asa dan air mata tanpa sadar mulai membasahi tangannya yg masih menutupi matanya itu.


「Kalian apa kan adik kelasku, brengsek!」


Suara nyaring Temari menggema di lorong yg sepi ini menyita perhatian sekelompok laki-laki itu dan Kayori.


Dengan wajah penuh kekesalan seperti ibu yg baru saja menemukan anaknya diperkusi, Temari berlari mendekati Kayori yg tengah terduduk di lantai.


「Lo siapa?」 tanya sinis laki-laki yg tadi disenggol Kayori.


Mengabaikan pertanyaannya, Temari segera membantu Kayori berdiri. Samar-samar dia melihat air mata mengalir memantulkan cahaya membuatnya terkejut. Baru kali ini dia melihat Kayori menangis seperti ini, meski tanpa suara.

GL, PARACEMIDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang