18 • UKS

16 2 0
                                    

Reina tengah menulis rumus untuk menghitung jarak tulang yg bergeser serta bagaimana penyelesaiannya.

Buku-buku kedokteran spesialis dislokasi tulang sendi dan fisika dengan segala rumus rumit menumpuk di meja Reina. Wanita itu saat ini tengah menghitung jarak perpindahan tulang telapak tangan Airi yg sedikit bergeser menyebabkan dislokasi.

Entah sudah berapa banyak kertas A4 yg habis demi menghitung kalkulasi yg tepat. Tidak lupa juga digunakan ratusan rumus fisika yg ditemukan sejak zaman purba sampai modern digunakan untuk mengatasi kasus ini.

Mata Reina yg seperti mata ikan mati itu bolak-balik melihat ke arah monitor yg saat ini tengah menampilkan grafik ultrasound. Grafik yg menunjukkan gambaran tulang tangan Airi.

Orang biasa pasti akan langsung mual ketika melihat gambar hitam, putih dan abu-abu yg sama sekali tidak jelas itu. Namun, bagi Reina semuanya terlihat begitu jelas.

Sebagai seorang yg ahli dalam berpura-pura melakukan apa pun sampai dokter gadungan seperti ini, Reina tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun.

Sementara itu sang pasien, Higura Airi alias Hayase Megumi yg tengah menyamar tengah tenggelam dalam haluannya.

Gelora yg dia rasakan saat Kayori menyuapinya beberapa jam yg lalu masih memenuhi isi kepalanya.

Sepanjang hidupnya dia belum pernah disuapi seperti itu dan tidak disangka juga rasanya benar-benar menakjubkan. Seperti ada bumbu ajaib entah dari mana menghiasi setiap suapan demi suapan.

Airi jadi kepikiran. Kalau puding yg waktu itu dibuat Kayori, bagaimana rasanya kalau sambil disuapin lagi sama dia. Rasa apa yg akan hadir pada lidahnya?

Bayangannya kini semakin liar di mana Airi tengah membayangkan tiduran di pangkuan Kayori di tengah taman berbunga.

「Megumi-chan, katakan aaa ...」

Mulut Airi otomatis terbuka menyambut suapan berisikan puding dengan aneka macam rasa itu. Jiwanya seolah meleleh meratapi rasa tiada tara mengalir lembut pada lidahnya.

「Gimana rasanya, enak?」

Suara teduh Kayori yang begitu menentramkan hati Airi terdengar seperti alunan puisi yang sangat indah. Mengiringi setiap suapan demi suapan yg terus membahana membuat mata Airi berkaca-kaca.

Satu anggukan kecil dari Airi langsung membuat Kayori dalam bayangan itu tersenyum begitu manis. Airi yg melihatnya langsung sesak napas seketika.

Dunianya ini benar-benar terasa manis dalam segala aspek. Rasa, sosok yg dilihatnya, suasana, semuanya seperti gula-gula permen kapas yang dijadikan bantal dan seluruh kemanisannya bersatu dengan Airi.

Setelah rentetan angka yg begitu panjang serta simbol-simbol rumit yang entah apa artinya diproses oleh otak jeniusnya, Reina akhirnya menemukan hasil yang tepat.

Hipotesis yang saat ini sudah tersusun menjadi hasil penelitian setelah diadu dengan rumusan paling ribet, menghasilkan data untuk mengatasi masalah tangan Airi.

Tanpa membuang banyak waktu, Reina segera meraih tangan kanan Airi dan mulai menjalankan operasi untuk mengurut dan membetulkan posisi tulang sendiri yg sedikit melenceng dari tempatnya.

「Megumi—maksud saya Airi-sama, mungkin akan sedikit sakit seperti digigit buaya alligator terkuat di bumi, jadi mohon tahan sebentar.」

Sayangnya, peringatan Reina sama sakali tidak dijawab karena Airi saat ini masih terlena dalam khayalan yg membutakan seluruh indra miliknya.

Setelah puding yg begitu memelehkan hati dan perasaan habis, aneka jenis macam kue disajikan menambah imajinasinya jadi semakin parah.

Reina berkali-kali memanggil Airi tapi sudah terlambat. Airi sepenuhnya sudah terjebak dalam delusi itu dan tidak bisa kembali. Entah salah siapa.

GL, PARACEMIDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang