(22) Perintah Tuan Putri

4.5K 482 146
                                    


Anggota Dark Wolf pergi setelah meminta maaf pada semua. Mereka berjanji tidak akan mengganggu kakek lagi. Sunguh syukur tak terkira bagi sang kakek. Mereka seperti malaikat yang dikirimkan untuk membebas kannya dari beban. 

Uang keamanan yang selalu diminta oleh Dark Wolf sekarang aman. Tak hanya itu, Mala juga meminta mereka melakukan hal yang sama pada pedagang lain.

Beberapa waktu yang lalu.

"Tidak ada lagi upeti yang kalian minta dari para pedagang mulai saat ini!"perinta Mala mereka semua mengangguk mematuhi.

"Jangan coba-coba melanggar, mata kami ada di mana-mana! sekali saja kalian melakukan hal yeng semena-mena. Gue akan segera mengabarkan pada Alexis"

"Baik! kami ngga berani!" Mereka meminta ijin untuk pergi.

"Tunggu!" teriak Mala "Ada satu hal lagi yang harus kalian lakukan!" ucapnya sambil tersenyum menatap Rakha dengan pupuy eye nya.

"Duh perasaan gue ngga enak!!" bisik Nio pada anggota Zero.

"Sama!" sahut Aden yang diangguki para anggota yang lain.

***

"Yeaay!!" teriak Mala sambil merentangkan tangannya. "Seru banget kan Kha?" Rakha hanya bisa memandanginya dengan khawatir. Dia memeluk erat pinggang istrinya dengan satu tangannya. Sedang tangan yang lain, dia gunakan berpegangan pada bak truck.

YA. diatas truk terbuka kini mereka berada. Atas permintaan ngidam Mala. Dia ingin sekali melanjutkan perjalanan pulang dengan naik truk. Bersama teman-teman yang lain. Mobil mereka dibawa oleh anggota dark wolf atas perintah Rakha mewakili Alexis. 

Mobil mereka beriringan berjalan di belakang truk. 

"Tuh kan gue bilang apa!" Ucap Nio sambil merangkul Aden. Mereka saling berpegangan satu sama lain. Karena guncangan. 

Meski sudah di minta untuk pelan-pelan tapi jalanan yang naik turun, membuat mereka seperti terombang ambing di lautan tak bertepi.

"Pak supir santai pak! saya pusing hueek!" Aden berlari ke belakang sambil menutup bibirnya. Meski tak sampai muntah tapi dia merasa mual yang amat sangat. Berbeda dengan Gibran, Zayyan, dan Naufal yeng memilih duduk sambil bermain game. Eby dan Afan berdiri di sambil menikmati indahnya pemandangan. Ares dan Farel tertidur beralaskan tikar. Sedang Adara dan Cantika duduk di samping sopir. Rakha yang terlihat paling heboh menjaga istrinya yang terlihat aktif. Dia bejalan ke sana ke sini tidak mau diam.

Beberapa kali dia harus merayu agar Mala menghentikan keinginan gilanya untuk duduk diatas kepala truk. (Sabar ya Kha)

"Kha aku pengen duduk di atas situ!"

"Nggak! itu sangat berbahaya!" Rakha sedikit membentak. Mala menunduk, sambil membalikkan badan. Rakha menghela nafasnya. "Maaf sayang!" ucapnya.

Dia mencoba memeluk sang istri tapi beberapa kali di tepis oleh Mala. "Maaf!" lirihnya.

"Minta yang lain pasti aku turuti , tapi jangan yang itu sayang!"

"Aku juga ngga tau Kha! itu di luar kenddaliku!" Matanya berkaca-kaca. Rakha tampak kebingungan. Dia tahu pasti ini bawaan bayi, tapi hal itu sungguh berbahaya.

Rakha mendekati sang istri, mengulurkan tangannya lalu membelai lembut perut sang istri. "Boy jangan minta yang aneh-aneh! apalagi yang berbahaya! kasian Momy!" monolog Rakha dalam hati. Dia menarik Mala dalam dekapannya. Lalu membimbingnya untuk duduk. 

"Kakak ipar harus banyak istirahat! perjalanan masih jauh!" ucap Zayyan yang duduk di samping Rakha. Tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Masih dengan wajah cemberut, Mala mencoba untuk patuh. Semilir angin yang menerpa membuat matanya terasa berat. Ditambah belaian lembut sang suami dipunggungnya, menambah rasa kantuk semkain menjadi. Dia akhirnya tertidur dalam pangkuan Rakha.

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang