Bab 49. Duniaku

2.4K 301 44
                                    

Rakha berdiri menunggu gadis yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya, di sebuah gubug. ,saat hujan mulai turun. Dia tahu gadis itu akan lewat sebentar lagi dengan mengendarai motornya. Rakha memejamkan mata, dia sedang bertaruh dengan semesta, pada kemungkinan kecil, jika benar mereka berjodoh maka gadis itu akan berteduh di tempat yang sama dengannya. 

Hujan mulai turun dengan deras, Rakha berdiri di sudut gubug tua, yang dikelilingi pepohonan rimbun. Dia sudah menunggu cukup lama.

Dia tak tahu apa yang dirasakannya saat ini, pikirannya bergejolak setiap kali gadis itu nampak di pandangannya. Memunculkan gemuruh di hatinya, perasaan rindu yang hangat. Siapa dia? Mengapa dia mampu menggeser posisi Gista dihatinya.

Saat pikirannya berkelana. Mala tiba-tiba muncul, gadis itu setengah berlari menerjang hujan. Dia tampak kebingungan, seolah tak sengaja tersesat dari jalan pulang. Rakha menahan nafas, berusaha agar tidak terlihat. Melihat sosoknya saja sudah membuat hatinya menghangat. 

Setiap gerakan Mala memikat perhatian Rakha. Menatap hujan yang membasahi tanah. Tiba-tiba Mala mengulurkan tangannya, menengadah menangkap hujan yang turun. Dalam pikiran Rakha, setiap detik adalah kesempatan untuk lebih mengenal gadis itu. Bibirnya tersungging. Entah darimana tiba-tiba muncul pikiran nakalnya, berjalan mendekat lalu memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Menyalurkan kehangatan pada tubuh yang basah itu.

Mala tersentak tapi tak menolak, seakan menikmati perlakuan yang Rakha berikan. Beberapa saat kedua insan itu saing menyalurkan kehangatan di bawah lindungan atas gubug, di tengah derasnya hujan

"Rakha!" gumam Mala lirih.

"Siapa kamu? kenapa kamu selalu mengganggu pikiranku?" 

"Kamu boleh melepaskan kalau kau anggap aku pengganggu!" suara Mala terdengar bergetar.

Seolah mengabaikan perkataan Mala, Rakha semakin mempererat pelukannya. "Biarkan seperti ini, aku sedang berusaha mengumpulkan puzle yang tercecer dan mencoba merangkainya!"

"Apakah kamu masih takut hujan?" kata-kata yang aneh bagi RAkha untuk menjadi sebuah pertanyaan. Diapun tak tahu mengapa menanyakannya.

Mala melepaskan tangan Rakha dan berbalik, "tidak saat bersamamu!" ucapnya sembari menyentuh garis rahang Rakha. Ada debaran aneh yang lelaki itu rasakan paa setiap sentuhan yang MAla berikan. Entah itu sengaja ataupun tidak.

"Benarkah kita sedekat itu?" tanyanya menatap manik coklat gadis dihadapannya. Sambil menggenggam tangan Mala yang terasa dingin.

"Buktikanlah!" ucap MAla "percayalah pada hatimu!"

Rakha menatap gadis di hadapannya,  dengan perasaan yang membara di dalam hati. Hujan masih turun, membasahi dunia di sekitar mereka, namun di dalam hatinya, ada sebuah keinginan yang menghangatkan dan ia harus membuktikan perasaannya.

Wajahnya mendekat, menembus batas keraguan yang menggelayuti pikirannya. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata dan janji, ada keinginan untuk merasakan kehadiran Mala dengan cara lebih.

"Mala," suaranya bergetar.  "Aku merasa... kita terhubung lebih dari yang bisa dijelaskan. Meskipun ingatanku hilang, hatiku tetap mengenalmu."

Mala tersenyum, matanya berbinar dalam cahaya redup. "Apa kau merasakannya Kha?"

Rakha tidak ingin menunggu lebih lama. Dia ingin menghapus semua keraguan, mengubah rasa sepi yang membelenggunya menjadi kehangatan. Dengan lembut, dia menjulurkan tangannya, meraih pipi Mala, dan memperlambat gerakannya. Dia ingin memastikan bahwa setiap detik itu sempurna.

Dia maju sedikit lagi, mendekatkan bibir mereka. Hujan menambah kesan pada momen itu. Ketika bibir mereka akhirnya bertemu, seakan dunia di sekeliling mereka lenyap. WAktu seakan berhenti. 

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang