Suasana ruang tamu rumah Mala terasa tegang. Semua anggota geng Zero berkumpul di sana, termasuk Mala yang duduk dengan gelisah, sesekali memegang perutnya.Hari-hari yang penuh dengan ketidakpastian kini terasa semakin berat bagi Mala. Dia merasakan sesuatu yang tidak biasa, namun tak bisa dia jelaskan dengan pasti.
Rayen berdiri di pojok ruangan, menatap para anggota geng Zero satu per satu, tetapi pikirannya melayang jauh. Selama ini, dia menyimpan rahasia besar yang hanya diketahui oleh segelintir orang, dan malam ini mungkin adalah malam di mana rahasia itu akan terungkap. Tiba-tiba pintu depan terbuka, menarik perhatian semua orang. Sosok yang muncul di ambang pintu membuat ruangan itu terdiam.
Rakha, yang selama ini dianggap meninggal, berdiri tegap dengan senyum tipis di wajahnya.
"Selamat malam, semuanya," suara Rakha terdengar tenang namun penuh makna.
Mata setiap orang melebar, syok dan terkejut bercampur dalam ekspresi mereka. Tak ada yang percaya bahwa Rakha, yang mereka anggap sudah meninggal, kini berdiri di hadapan mereka. Anggota Zero terdiam, tak tahu bagaimana harus bereaksi.
Mala, yang selama ini yakin bahwa Rakha masih hidup, berdiri dengan gemetar. Air mata mengalir deras di pipinya, tetapi ada kebahagiaan yang tak tertahankan di matanya.
"Rakha...?" suara Mala nyaris tak terdengar.
Rakha melangkah maju, berjalan menuju istrinya. Semua orang di ruangan itu merasakan ketegangan berubah menjadi haru. Mala tak mampu menahan diri lagi, dia berlari kecil ke arah Rakha dan langsung jatuh ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, La," bisik Rakha lembut, memeluk istrinya erat, membelai rambutnya. "Aku harus melakukannya. Aku harus memastikan kamu aman."
Tangis Mala pecah, namun kali ini bukan tangis kesedihan, melainkan kebahagiaan. "Aku tahu... aku tahu kau pasti kembali," katanya terisak, suaranya terputus-putus karena air mata. Rakha menatap perut Mala yang membesar, lalu ia meletakkan tangannya di sana, merasakan kehadiran anak mereka.
Semua orang mulai tersadar dari keterkejutan mereka. Sinyo tersenyum lebar, langsung berjalan ke arah Rakha dan menepuk pundaknya dengan hangat. "Sial, lo selalu punya rencana gila, Rakh. Lo ga tau gimana gilanya kami mencari keberadaan lo di tengah harapan yang sangat kecil!"
Seluruh anggota ikut mendekat, masih tak percaya, tapi mereka tertawa lega. "Kami semua hampir kehilangan akal mikirin pak bos!" seru Nio
"Tapi gue selalu percaya lo ngga akan semudah itu ninggalin kakak ipar." Zayyan menimpali.
Namun, di antara mereka semua, hanya dua orang yang tak terkejut—Rayen dan Saskii. memandang interaksi dihadapannya, tersenyum tipis sambil menyilangkan tangan di dadanya.
"Dia melalu masa-masa tersulitnya dengan baik?" ujar Rayen.
"Hmm... jauh dari istri kesayangannya, berada tepat dihadapannya tapi tak bisa mendekat!"
Saskii mengangguk pelan. "Benar, Sas, lo benar!".
"Tapi kita masih penasaran, gimana lo bisa lolos?" tanya Afan. Rakha tersenyum tipis sambil melirik ke arah Rayen.
"Jangan bilang semua rencana dia!" semua atensi berpindah ke arah Rayen.
Semua orang terdiam, saat Rakha mulaibercerita. Sambil memangku sang istri. Sesekali dia menciumi pipi Mala tanpa rasa malu (dasar bucin, untung teman-temannya udah kebal_Aukii POV)
"Gue sama Rayen sudah memprediksi ini, Rayen sebenarnya ikut dalam perjalann itu!"
"HAh!" hampir semua terkejut!"
"Yup! gue bersembunyi di kursi belakang, diantara tumpukan barang-barang Rakha, untung mereka ngga sadar!"
Naufal dan Nio mengacungi jempol ke arah Rayen.
KAMU SEDANG MEMBACA
'MALA'ikat Tak Bersayap
Teen Fiction(Season ke 3 dari MY BAD BOY RAKHA) Cinta sejati? kekuatan cinta? Adakah yang tak mempercayainya? Waktu pernah mempermainkan cintanya, tapi dia berhasil memenangkannya Jangan pernah menguji sang pecinta. Karena tak ada yang bisa mematahkan keyakina...