Rakha berdiri di depan layar komputernya, matanya terpaku pada deretan kode yang terus berjalan. Ia hampir tiba di titik akhir. Usahanya selama berminggu-minggu akhirnya membuahkan hasil. Setiap jalur komunikasi yang dipantau, setiap jejak digital yang ia lacak, membawa Rakha semakin dekat dengan sosok yang ia cari, musuh tak terlihat yang selama ini menjadi ancaman bagi dirinya dan yang lebih penting, bagi Mala.
Lelaki itu terus memantau pergerakan musuh dari tempat persembunyiannya. Setiap langkah yang diambil musuh semakin jelas di mata Rakha. Dia tahu, pria yang mengagumi Mala ini lebih dari sekadar secret admirer biasa. Dia adalah ancaman nyata, seseorang yang terobsesi dengan Mala, yang menggunakan teknologi untuk memanipulasi situasi, dan Rakha yakin dia terlibat dalam kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.
Dia dengan mudah bisa bertukar peran dengan bodyguard asli. Kemampuannya sebagai hacker dan ahli strategi membuatnya memiliki akses tak terbatas ke rumahnya sendiri, sebuah tempat yang telah ia rancang dengan cermat. Setiap pintu, setiap sudut rumah ini memiliki rahasia yang hanya ia ketahui, dan di balik semua itu, Rakha bisa bergerak tanpa diketahui siapa pun. Ia bisa masuk dan keluar dengan bebas, memantau Mala tanpa harus menampakkan dirinya.
Namun, setiap kali Rakha mendekati Mala, hatinya semakin berat. Setiap malam, saat Mala tertidur, Rakha selalu memeriksanya, memastikan bahwa istrinya baik-baik saja. Kadang, ia hanya berdiri di samping tempat tidur, menatap wajah Mala yang damai. Di malam lain, ia akan membelai lembut pipi istrinya, membiarkan sentuhan kecil itu menjadi caranya untuk merasakan kehadiran Mala. Dia tahu, Mala merindukannya. Tapi Rakha pun merasakan kerinduan yang lebih besar, rasa sakit yang terus menerus menyiksanya setiap hari.
Pikiran tentang istrinya mengusik fokusnya. Ia merindukan senyumannya, suara lembutnya, bahkan gelak tawanya yang kini jarang terdengar. Namun lebih dariitu, ia merindukan saat-saat kebersamaan mereka, termasuk bayi yang semakin tumbuh di rahim Mala. Hatinya semakin sakit karena harus bersembunyi, memantau dari jauh tanpa bisa berada di sisi Mala secara langsung. Tapi ia tahu, ini adalah satu-satunya cara.
Langkahnya untuk bersembunyi bukan sekadar demi melindungi dirinya. Dia sengaja menghilang, menunggu waktu yang tepat, berharap dengan begitu, musuh yang selalu bersembunyi di balik bayang-bayang akan keluar. Secret admirer yang selama ini membayangi Mala pasti akan terpancing untuk muncul ketika mengira Rakha sudah tidak ada lagi.
Setiap gerakan musuh ini semakin jelas, tetapi Rakha tahu bahwa permainan belum berakhir.
"Lo harus keluar," gumam Rakha pelan, jari-jarinya bergerak lincah di atas keyboard. "Gue tahu kau mengincar Mala, tapi gue akan menghentikannya."
Rakha menarik napas dalam, kemudian menekan enter, mengirimkan serangkaian perintah yang telah ia persiapkan dengan matang. Program itu akan memutuskan setiap jalur yang digunakan musuh untuk mendekati Mala, baik melalui jaringan komunikasi maupun cara-cara lain yang lebih canggih. Dengan keahlian yang setara dengannya sebagai hacker, musuh itu bisa memanipulasi data, menyusup melalui jaringan pribadi, bahkan melacak pergerakan Mala dan mengamati setiap langkahnya. Tetapi Rakha akan menghentikannya.
Di sisi lain Rayen, Eby dan Afan berhasil menangkap Dion dan menjebloskannya ke penjara. Dengan bersembunyui, Rakha juga bermaksud menyelamatkan keluarga Dion. Rakha tahu jika musuh utamanya tahu dia masih hidup, dia tak segan akan menimpakan kesalah pada Dion dan mengancam keluarganya agar Dion mau mengaku sehingga dia akan lolos dan lepas tanggung jawab.
"Kali ini lo harus musnah!" gumam Rakha.
Rakha memiliki kendali. Setiap gerakan musuh terpantau, setiap celah keamanannya tertutup rapat. Musuh ini mungkin memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menyusup ke jaringan, tetapi Rakha lebih cerdas. Ia sudah menyiapkan jebakan yang matang.
Dengan satu gerakan cepat, Rakha mengirimkan sinyal terakhir, menutup akses musuh secara permanen. Layar di depannya berkilau, menunjukkan keberhasilan serangan baliknya. Musuh itu sekarang terkunci. Rakha tahu, hanya masalah waktu sebelum dia mengungkap siapa sebenarnya yang selama ini mengintai Mala.
Rakha memejamkan mata sejenak, membayangkan wajah Mala yang tersenyum, perutnya yang semakin buncit muncul. Dia sudah tak sabar untuk memeluk erat cintanya itu.
"Tunggu aku sayang!"
Flashback
Malam itu terasa sunyi, hanya desiran angin lembut yang masuk melalui celah jendela kamar Mala. Rakha berdiri di tepat di depan kamar Mala. Hatinya perih melihat wajah Mala yang tampak pucat dan lelah. Sejak insiden itu, kehidupan istrinya berubah drastis, membeku dalam rasa duka dan kebingungan. Mala semakin murung, jarang berbicara, dan setiap kali dia menatap kosong, Rakha tahu itu karena Mala merasa kehilangan dirinya.
Rakha menghela napas pelan, mencoba menahan gejolak emosinya. Ia tahu betapa beratnya bagi Mala untuk merelakan seseorang yang ia cintai begitu dalam, terlebih lagi, Mala masih berusaha keras meyakinkan diri bahwa Rakha belum benar-benar tiada. Mala mungkin tak menyadari betapa benarnya firasat itu.
Malam itu tiba-tiba hujan turun tanpa pertanda. Suara petir bergemuruh, hingga tiba-tiba listrik padam, bersamaan dengan suara teriakan.
"MAla!" tanpa pikir panjang dia menerjang masuk ke kamar, tak peduli nanti pada akhirnya Mala akan mengelinya atau tidak.
Dengan bantuan cahaya senter, dia mencari keberadaan Mala. Dia melihat istrinya berdiri ketakutan di dekat pintu balkon. Melihatnya masuk Mala langsung berlari menerjangnya.
"Aku takut... tetap disini.. kumohon....!" MAla menangis memeluk tubuh lelaki di hadapannya. Lelaki itu hanya diam, tak tahu harus berbuat apa.
"Kumohon jangan tinggalkan aku lagi Kha! kumohon!" ucapnya lirih sebelum tak sadarkan diri. Badannya terlal lemah, karena kesedihan yang terus dirasakannya.
"Maafkan aku sayang!" ucapnya sambil memeluk erat tubuh MAla. Setelah mengganti baju basahnya dengan baju yang kering, RAkha menidurkan tubuhnya di ranjang dan menyelimutinya. Rasa lelah membuatnya tertidur lelap, smapai tak menyadari semua yang dilakukannya.
Tangannya perlahan terulur, menyentuh lembut rambut Mala yang tergerai di atas bantal. Ia menatap wajah istrinya dengan penuh kerinduan, air mata hampir jatuh dari matanya. Betapa ia ingin menyentuh Mala lebih lama, memeluknya erat, dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, ia tak bisa. Tidak sekarang.
"Rindu ini sangat menyakitkan, La," bisik Rakha. "Aku tak pernah bisa jauh darimu. Setiap malam aku memantaumu dari jauh, mengawasi saat kau tidur, memastikan kau baik-baik saja. Tapi aku tak bisa menyentuhmu, tak bisa bicara padamu... Itu yang paling menyiksaku."
"Mala..." bisiknya pelan, suaranya nyaris tidak terdengar di antara bunyi napas Mala yang teratur. Rakha menunduk, mencium kening Mala dengan lembut, membiarkan bibirnya berlama-lama di sana. Rasa rindunya begitu dalam, begitu kuat, hingga ia merasa hampir tidak bisa melepaskan pelukan ini.
Rakha menggertakkan giginya, menahan dorongan untuk membangunkannya, untuk mengakhiri semua kebohongan ini. Namun, tugasnya belum selesai. Masih ada ancaman yang belum terungkap, dalang di balik kecelakaan itu masih bebas berkeliaran. Seseorang, seorang hacker sekelas dirinya, mengincarnya, dan Rakha tak bisa mengambil risiko dengan membiarkan Mala tahu kebenaran sebelum semuanya aman.
Tanpa Mala sadari, Rakha selalu mengawasinya dari dekat.
Rakha mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Ray rencana berubah, kirim bodyguard untuk gantiin gue!"
"Ada apa Rakh?"
"Sesuatu terjadi, gue yakin, dia menyadari keberadaan gue! untuk sementara waktu gua akan menjaga jarak dengannya!"
Sekali lagi dia menatap wajah sang istri membelai wajahnya lembut, lalu mencium sekilas keningnya. Mala menggeliat, Rakha bergegas pergi, dia tak mau Mala memergokinya saat ini.
"Bertahanlah sayang, tunggu sebentarlah lagi! kita akan kembali bersama" ucapnya sebelum menghilang dalam kegelapan.
***happy Reading***
JAngan lupa komen yang banyak, vote juga ya?
Semoga cerita ini masih di minati sampai end hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
'MALA'ikat Tak Bersayap
Teen Fiction(Season ke 3 dari MY BAD BOY RAKHA) Cinta sejati? kekuatan cinta? Adakah yang tak mempercayainya? Waktu pernah mempermainkan cintanya, tapi dia berhasil memenangkannya Jangan pernah menguji sang pecinta. Karena tak ada yang bisa mematahkan keyakina...