(16) Pertemuan dan perpisahan

4.1K 469 111
                                    

Agar lagu tidak terputus saat membaca, waktu buka bab ini langsung gulir ke bawah sampai video tak terlihat. Baru mulai membaca

***

Setiap pertemuan yang terjadi, tak terlewat dari catatan takdir.
Termasuk semua rasa yang tercipta di dalamnya
Tak ada yang berharap perpisahan
Begitu juga dengan persahabatan
Tapi ... semua memiliki batas waktu...

Jangan lupakan kenangan ...
Kita pernah tersenyum dan berjalan di jalan yang sama
Menyusuri setapak yang basah oleh air hujan
Saling berpegangan tangan agar tak tergelincir

Jika kita mengetahui irama waktu
Mungkin kita bisa memilih akhir yang kita inginkan

_ kikioKuu

----**---

Mala menitikkan air mata saat Vio menyampaikan kabar ini. Hari ini hari terakhir Vio berada di Indonesia. Karena suatu hal dia harus berangkat ke luar Negeri. 

"Maaf gue baru ngasih tau tadi pagi!" ucapnya dengan suara serak. "Kita bakal jarang ketemu!"

Mereka berempat saling berpelukan. Entah mengapa begitu menyakitkan. 

"Kenapa lo ngga di sini aja Vi?" ucap Adara.

"Untuk saat ini gue ngga bisa! orang tua gue sudah menyiapkan semua nya termasuk kepindahan kuliah gue!"

"Kenapa begitu tergesa-gesa?" tanya Cantika sambil menyeka airmatanya.

"Kita bakal kangen banget!" Mala berujar sambil menangis. Meski tekhnologi sudah canggih. Mereka bisa melakukan Video Call.  Tapi tetap berbeda rasanya.

"Jangan sedih La! kasian ponakan gue! ikut nangis!" Vio terkekeh sambil mengelus perut MAla. Airmata belum berhenti mengalir di pipinya.

"Gue ngga tahu bakal sekangen apa sama lo Vi" Adara menangis keras. 

Untuk pertama kali mereka harus berpisah dalam waktu yang cukup lama. Seperti mengulang kembali perasaan yang sama, saat Mala menghilang beberapa waktu lalu.

***

Rakha berkeliling mencari istrinya tapi tak menemukan di sudut rumah manapun. Dia berlari ke halaman belakang. Tanpa mencari tahu, dia yakin istrinya berada di sana. 

Benar saja, ia melihat istrinya yang terlihat murung duduk bersandar di ranjang sambil memegang novel dengan pandangan kosong. Rakha memperhatikan istrinya terlihat murung dari kemarin.

"Sayang!" Rakha duduk di samping sang istri. Mala sedikit terkejut, saat Rakha mengambil novel dipangkuannya. Dan meletakkannya di nakas. "Inget Vio ya?" tanyanya. Mala hanya mengangguk.

"Jangan terlalu dipikirkan, ingat sama kandunganmu!" Rakha membelai lembut perut sang istri. 

"Kenapa Vio harus pindah!" Airmata Mala menetes.

"KIta tak tahu apa yang terjadi, tapi Vio pasti sudah memutuskan dengan matang!" Rakha menangkup pipi istrinya dnegan kedua tangannya. Lalu menghapus airmata Mala dengan ibu jarinya.

"Percaalah! kalian pasti bakal bareng-bareng lagi!"

Mala menatap mata Rakha yang menatapnya lembut sambil tersenyum. "iya!"

Cup

Rakha mencium pucuk kepala istrinya agak lama. Lalu merengkuhnya dalam pelukannya.

"Mau beli keperluanbuat besok ngga?"

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang