Bab 47. Pertemuan Singkat

2.5K 315 81
                                    


Sudah beberapa hari mereka berada di Bali, hari ini adalah hari terakhir mereka di sana. Rakha dan Zero meski terlihat santai, tapi mereka selalu waspada. Karena mereka tahu, seseorang bisa saja sedang megawasi Mala di suatu tempat. 

Selama di Bali, mereka sudah berpindah-pindah beberapa Villa. Menyesuaikan dengan beberapa tempat wisata yang mereka kunjungi.

Sore ini, mereka berencana ke pusat oleh-oleh. Mereka ingin membewa buah tangan untuk keluarga juga teman mereka.

Sejak tadi Eby tampak murung, dia selalu menempel pada Vio. Seakan tak mau lepas. Besok mereka akan kembali berpisah. Vioa akan kembali ke Luar Negeri.

"By , nempel aja kayak perangko!" goda Zayan. Mereka menyewa sebah bus untk transportasi.

"Udah jangan di godain! mbesok mereka kan terpisah lagi oleh jarak dan waktu!" sahut Nio.

Eby hanya diam. Tapi tidak dengan Vio. "Berisik tau!" bentak Vio.

"Iya Vi, marahi aja! ikhlas gue!" sahut Adara. Sejak dulu dia memang suka emosi kalau mendengar celetukan para anggota Zero, terutama Aden dan Nio si pembuat onar.

"Sabar beb!"Afan mengelus-elus punggung Adara.

"Ngga bisa kalo sama mereka!" ucap Adara dengan nada tinggi. Memang dasarnya Adara anaknya emosian.

Eby hanya menghela nafas. Sebenarnya perkataan mereka tidak ada salahnya. Besok dia memang harus merelakan Vio kembali ke Luar Negeri. (Sabar ya By?)

Mala sepertinya sedikit letih. Kehamilannya, 2 minggu lagi sudah memasuki usia trimester dua. Kalau diperhatikan perut Mala pun sudah sedikit terlihat menonjol.

"Kamu kenapa sayang? ngga enak badan?" tanya Rakha sambil lmengelus-elus perut sang istri. Beberapa waktu belakangan, ini menjadi hobi Rakha. 

"Ngga papa Kha! cuma sedikit ngga mood!" ucapnya sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rakha.

"Capek ya? apa kita pulang aja?"

Mala menggeleng. Mana mungkin mereka kembali, mereka hampir sampai. 

"Yaudah buat tidur dulu, nanti kalau udah sampai aku bangunin!" ucap Rakha sambil mengecup pucuk kepala Mala. Lagi-lagi Mala hanya mengangguk.

Perjalanan kali ini tidak begitu jauh, hanya 30  menit dari Villa tempat mereka menginap. 

"Bangun sayang, sudah sampai!" Rakha membangunkan istrinya lembut, saat bis yang mereka berhenti di tempat tujuan.

"Eunghh!" Rakha tersenyum gemas saat melihat sang istri yang sepertinya belum mau terbangun.

"Kalau masih ngantuk biar kakak ipar tidur aja bos! kasian!" seru Farel. PAra anggota Zero sedang berbenah turun.

"Iya RAkh kasian !" sahut Adara.

"Yaudah kalau gitu kalian duluan aja! nanti kita nyusul!"

"SIAPP!!" jawab Aden dan NIo paling bersemangat.

Semua memandang ke arah dua orang itu. Ragu.

"Awas kalau kalian nyasar, ngga bakal kita cari!" ujar Zayyan. 

"Iya! biar di sini selamanya!"

"Ckk tega?" jawab Aden. Masih teringat jelas di ingatan para anggota Zero saat Aden dan Nio sempat hilang di pasar saat di Bandung. Mereka pontang panting mencari, ternyata dua orang rusuh itu sedang asyik menonton topeng monyet. (ada yang masih ingat?)

"Iya tinggal aja! si tukang onar wleee!" sahut Adara sambil menjulurkan lidahnya.

Aden dan Nio tampak kesal. Jika saja Adara bukan wanita sudah habis di tangan mereka. Wkwkk.

'MALA'ikat Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang