G DRIVER 18

1K 120 88
                                    

Setelah menyantap makan bersama, Daeng Lumu beserta Lia mengajak Nesha dan juga Tara untuk bercengkrama. Pria paruh baya itu merasa penasaran dengan keberadaan mereka berdua yang tiba-tiba saja berada di pulau terlindungi ini. Nesha pun menceritakan garis besar apa yang terjadi padanya dengan Tara, tidak perlu mendetail karena ia tidak mengenal pria dan anak-anaknya itu.

"Begitu ceritanya pak, hingga saat beberapa lama kami terombang ambing di lautan, kami melihat pulau ini." Mendengar cerita dari Nesha membuat Daeng Lumu hanya bisa menganggukkan kepala.

"Kasihannya kakak berdua." timpal Lia. "Berarti ada yang jahat di kapal itu, harusnya tidak boleh naik." Lia terlihat kesal mendengar cerita dari Nesha. Daeng Lumu terkekeh pelan kemudian mengusap kepala putrinya.

"Kita tidak boleh menaruh dendam kepada siapapun yang berbuat jahat, tapi kita bisa mencari keadilan untuk sebuah kejahatan."

"Tapi bapak, kita kan tahu orang jahat sekarang lebih banyak di lindungi daripada yang dijahati, Lia sering nonton di tv itu."

"Kamu ini, terlalu banyak nonton sinetron, sudah sana lebih baik siapkan tempat untuk nak Nesha dan temannya tidur, bapak mau lihat apa yang dilakukan kedua kakakmu dulu." Mendengar titah sang bapak membuat Lia langsung mengangkat tangan hormat seperti seorang prajurit siap melaksanakan perintah.

"Kak Nesha, kak Tara tunggu di sini sebentar, saya ambilkan karpet." Lia beranjak meninggalkan Nesha dan Tara, begitupun Daeng Lumu yang sudah turun dari kapal mencari kedua putranya.

Keheningan terjadi diantara Nesha dan Tara. Mereka berada di dalam pikiran masing-masing. Nesha yang memikirkan cara untuk mereka bisa cepat kembali, sedangkan Tara memikirkan keluarganya dan juga... Nesha. What?.

Lamunan keduanya terbuyarkan saat Lia kembali membawa sebuah karpet, dua bantal dan dua helai kain yang terlipat rapi.

"Kak Nesha, Kak Tara ke pinggir dulu, saya pasangkan karpetnya." Nesha dan Tara pun mengangguk kemudian bergerak ke pinggiran kapal. Lia membentang karpet yang ia bawa dan menaruh kedua bantal di atasnya. Setelah terlihat rapih, Nesha dan Tara menduduki karpet itu.

"Ini kain sarung untuk kakak berdua, bersih sudah di cuci."

"Makasih ya Lia." Lia tersenyum kemudian beranjak dari sana, namun pergerakannya terhenti saat Nesha kembali memanggilnya.

"Lia mau kemana?."

"Mau ke bawah kak, Lia tidur di sana saja, ada bangku yang biasa bapak pakai tidur."

"Udah di sini aja, Lia. Ini luas kok buat gue dan dia."

"Tapi nan-"

"Udah gapapa, kamu di sini aja." Lia tidak lagi menolak permintaan Tara. Ia pun pasrah mengangguk dan kembali naik ke atas karpet di sebelah kanan Nesha.

"Dipakai sarungnya kak, nanti dingin."

Nesha mengalungkan kain itu seperti bapak-bapak ronda yang biasa lewat di depan kontrakannya. Berberda dengan Tara, ia terlihat kebingungan menggunakan kain tersebut.

"Butuh bantuan gak?."

"Udah liat sendiri kan? Pake nanya lagi!."

"Gue nungguin lo buat ngomong 'Nesha tolongin."

"Kalo gak niat, gak usah."

"Dih."

Lain di mulut, lain di tindakan. Begitulah kiranya Nesha di mata Tara. Cewek itu selalu punya cara untuk membuatnya kesal dan senang secara bersamaan. Seperti saat ini, Nesha mengambil kain sarung itu dan memasukkan Tara di dalam lubang kain tersebut membungkus tubuh cewek itu.

Gee DriverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang