"Pulang bareng aku ya, aku perlu ngomong sama kamu." Celo mencegat Tara di pintu kelas yang baru saja bubar.
"Gue ada urusan lain, mending lo duluan aja."
"Aku tungguin, please.."
"Gak bisa Cel, urusan gue diluar kampus."
"Aku anterin kamu kemanapun asal kamu mau pulang bareng aku, kita perlu ngobrol Tara." Celo berusaha meraih tangan Tara, namun tiba-tiba saja dari arah belakang seseorang sudah menepis tangan cowok itu.
Plak!.
"Jauhin tangan lo dari dia."
"Bangsat! Pengganggu ngapain lo disini?!." Emosi Celo meluap saat melihat kehadiran Nesha di sampingnya.
"Lo yang sebenarnya jadi pengganggu di sini, gue mau jemput calon gue lah, tapi lo malah nahan dia disini." speechless Tara rasakan setelah mendengar ucapan Nesha. Sedangkan Celo mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Lo gak ada hak buat bawa Tara dari sini, gue masih pacarnya!."
"Pacar? Lo gak ingat udah di putusin hah?! Apa perlu gue ambilin speaker mesjid biar lo bener-bener denger kalo Tara udah mutusin lo?!."
"Kalo lo bukan cewek, udah gue mampusin!." Celo menarik kerah kemeja yang di gunakan Nesha. Tara tahu ini akan jadi masalah besar jika ia tidak segera melerai kedua orang itu.
"SUDAH!!! LO BERDUA APA-APAN BERANTEM DI KAMPUS! GAK PUNYA MALU HAH?!."
"Dia duluan Tar, kamu lihat sendiri kan sikap dia dari tadi mancing aku terus, padahal aku cuma mau ngomong sama kamu."
"Lo jangan dengerin ucapan penjahat kelamin itu."
Saling dorong terjadi antara Nesha dan Celo. Tara yang berada di tengah mencoba mendorong mundur tubuh Nesha agar menjauh dari jangkauan Celo. "Udah Nesh, udah!."
"Yaudah ngobrol disini, biar bajingan satu ini gak macam-macam sama lo!!."
"Gue pengen ngobrol berdua sama Tara, ini privasi gue, lo gak ada hak ikut campur!"
"Gue mohon udah ya, gue bakal pulang bareng lo tapi setelah gue selesaiin semua dengan Celo."
"Tara.. Aku kan-" Tara menatap tajam ke arah Celo membuat cowok itu diam seketika.
"Bokap lo gak bakal izinin lo deket dengan mantan lo itu."
"Asal lo gak bocor, bokap Tara gak mungkin tahu!."
"DIEM LO!! GUE GAK NGOMONG SAMA LO!." Tara menutup kupingnya mendengar bentakan Nesha.
"Kasi gue waktu 20 menit buat ngobrol." Nesha menggeleng tegas.
"15 menit." Nesha kembali menggeleng hingga tawaran ke tiga, respon Nesha masih sama.
"Tiga menit boleh kurang dan nggak lebih." Tara mengangguk pasrah. Ia pun menarik Celo sedikit menjauh dari posisi Nesha.
Mereka pun berjalan ke arah taman yang berada di tengah gedung fakultas kedokteran. Nesha membuntuti dari belakang, namun sesuai permintaan Tara, ia hanya menunggu beberapa meter dari jarak kedua orang itu sambil tetap memantau gerak gerik keduanya.
"Sebenarnya udah gak ada yang perlu kita obrolin lagi Cel. Gue dan lo udah selesai, gue harap lo bisa nemuin seseorang yang lebih baik dari gue, begitu juga sebaliknya."
"Nggak Tara, aku mau kamu, aku mau wujudtin mimpi-mimpi kita, kasi aku kesempatan sekali lagi, aku mohon."
"Gue gak bisa Cel. Selama ini gue udah ngasih cinta dan sayang gue sama lo, tapi lo selalu ngambil kesempatan buat nyakitin gue. Sampai akhirnya Nesha nyadarin gue kalo emang lo cuma pengen tubuh dan harta ortu gue."