Setiba di tempat tujuan, Tara segera turun dari mobil meninggalkan Nesha tanpa sepatah kata pun. Nesha ingin mengatakan sesuatu namun diurungkan. Ia lebih memilih mencari parkiran terlebih dahulu. Setelah mendapatkan tempat parkir, Nesha pun turun dan menyusul masuk mencari keberadaan Tara dan kawan-kawannya.
Sedangkan Tara berjalan masuk dengan ekspresi datarnya. Namun satu hal yang Tara tidak sadari membuat beberapa orang yang ia lewati menatapnya dengan tatapan sedikit nakal. Tara tidak perduli, ia tetap berjalan melewati orang-orang tersebut. Hingga satu sapaan seseorang menarik perhatian Tara.
"Tar.. Siniii." Tara pun mengarahkan langkahnya menuju table orang tersebut.
"Sorry gue telat."
"It's ok, gue ama Kay juga baru aja nyampe."
"Buset, habis nemplok di mane lo?."
"Nemplok apaan?."
"Kocag dah nih bocah, lo gak sadar? Tuh lipstik lo belepotan njir."
"Hah??!." Tara segera memastikan ucapan Kay, dan benar saja apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu. "Sial, malah jelas banget."
"Hayoo ngaku lo habis skidi papap ama siapa? Lo balikan ama si cicak-cicak sange itu ya?." Selidik Kay.
"A-apa sih ng-gak kok, ini tuh tadi gue touch up di mobil dulu, agak gelap mungkin belepotan pas gue pake lipstik."
"Heh Tukinem, bocah SD juga tahu bedain mana belepotan karena ciuman dan mana yang karena salah makeup."
"Malah bawa-bawa bocah SD lo." Celetuk Rhein.
"Udah diem deh lo... Ayo ngaku, lo habis merkosa siapa?."
"Heh mulut lo ya!." Sewot Tara.
"Ya udah makanya lo ju-.. Oooh sepertinya gue tau siapa korban lo." Kay menaik turunkan alisnya di hadapan Tara, setelah itu ia menatap ke arah seseorang. Tara pun penasaran dengan arah pandang sahabatnya itu, namun sedetik kemudian ia kembali menatap ke arah lain.
"Tar beneran lo sama dia-" Rhein memperagakan kedua tangannya seakan sedang berciuman. Tara tidak bergeming. Ia sibuk membuang arah pandangnya. Rhein dan Kay pun mulai bersiap untuk mengerjai sahabatnya itu.
"Neesh.. Sini." Teriak Kay sambil melambaikan tangan. Nesha melihat panggilan dari Kay pun segera mendekat.
"Gabung kita aja sini.." Kay menepuk bagian sofa yang kosong di sebelahnya, seketika Tara menatap Kay kesal karena sengaja memanggil Nesha bergabung bersama mereka.
Sahabatnya itu sungguh tidak tahu jika jantung Tara kini berdegup cepat dari biasanya ditambah lagi dengan kejadian di mobil tadi. Untuk menghilangkan kegugupannya, Tara mengambil botol minuman beralkohol yang di pesan oleh Kay kemudian dituangnya pada gelas yang ada di table itu. Dengan sekali teguk, isi dalam gelas itupun tandas.
"Gue di sana aja." Tolak Nesha, tanpa menunggu respon ketiga sahabat itu, ia langsung berjalan menuju bartender.
"Pelan-pelan lo minumnya.." Tegur Rhein saat gelas ke lima sudah habis oleh Tara. Ia pun menarik botol minuman yang ada di tangan cewek itu dan disimpan pada jarak yang aman.
"Apasih, balikin gak? Masih pengen minum."
"Udah, lo minum air putih nih kalo haus." Rhein menyodorkan air minumnya, namun Tara malah terlihat kesal dan memilih menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
"Lah bete si monyet." Celetuk Kay.
"Lo kenapa Tar? Masa cuma karena gue ambil minuman lo terus lo jadi pundung?."