"Lo dari mana aja?." Rhein menghadang langkah Tara yang baru saja kembali ke tenda. Namun cewek itu terlihat sedang kesal. Ia memasuki tenda tanpa menghiraukan pertanyaan Rhein.
"Rhein, gue liat tadi Tara udah balik, mana tuh anak?." Rhein menunjuk ke arah tenda. Kay dengan ekspresi emak-emak yang siap memarahi anaknya langsung saja memasuki tenda, di ikuti oleh Rhein.
"Tara, lo keter- lah lah Tar, lo kenapa?." Ekspesi Kay tiba-tiba saja berubah saat melihat Tara kini menangis di dalam tenda. Ia pun segera melompat masuk dan memeluk sahabatnya itu.
"Lo kenapa? Lo dari mana? Kita khawatir tau gak tiba-tiba aja lo pergi."
"Pelan-pelan napa Kay, dia masih nangis gak mungkin jawab pertanyaan lo itu."
"Lo bantuin gue kek, apa kek biar nih anak tenang."
"Gelitikin aja biar dia ketawa."
"Dih ege bener, ya kali gue kelitikin bisa bikin dia diem."
"Lo berdua ngapain malah ribut sih, gak peka banget sahabatnya lagi sedih."
"Dia tuh." Kay dan Rhein menjawab bersamaan. Keduanya saling mendelik tajam.
"Emang lo kenapa? Gak jawab gue timpuk pake buku undang-undang yang tebel noh."
Tara diam sejenak. Ia menimbang apakah dengan jujur kepada kedua sahabatnya itu tidak akan menyurutkan niat Rhein untuk menimpuknya atau malah sebaliknya.
"Gue.."
"Iya lo kenapa?."
"Gue.. Gue.."
"Apeee? Lo napee? Hamil?."
"Kay mulut lo!."
"Kesel gue nih anak gue gue doang."
"Sabar sih... Hmm gu- gue habis ketemu ama Celo."
"Udah biasa ketemu kan? Di kampus aja sering tuh dia ngapelin lu diem-diem."
"Bukan gitu.. ck, kali ini gue ketemu tapi beda."
"Dia mutusin lo? Bagus deh, ngapain lo sedih."
"Gak gitu Kay."
Rhein menatap sejenak ekspresi dan keadaan Tara yang terlihat berantakan.
"Sejauh mana?." Ekspresi Rhein kini berubah datar.
"Ngga sampai yang lo pikirin, untung ada dia."
"Weh weh lo berdua ngomongin apa sih? Sejauh mana? Ada dia? Siapa?."
Rhein menyingkap rambut Tara sedikit ke belakang. Kay pun terkejut melihat banyak bekas di leher Tara.
"Celo yang lakuin ini? Kok bisa sih Tar lo kecolongan? Dia maksa lo kan?."
"Coba lo ceritain ke gue dan Kay."
FLASHBACK
Drrtt drrttt.
Sebuah handphone yang terletak di samping Tara bergetar. Ia melihat sebuah notifikasi panggilan dari seseorang. Tara pun menjawabnya hingga setelah selesai ia bangun dari posisi tidurnya.
Tara berniat membangunkan kedua sahabatnya namun kembali ia urungkan sebab tidak tega melihat kedua sahabatnya itu sudah tertidur pulas. Dengan perlahan, Tara keluar dari dalam tenda.
Di depan tenda masih terlihat cukup ramai oleh panitia cowok yang sedang berkumpul ada pula yang berjaga di sekitaran tenda.
"Tar, mau kemana?." Salah satu panitia menyapa Tara.