Nesha mengikuti kelas pagi yang di isi oleh senior ataupun panitia dengan materi dasar yang selalu di ajarkan setiap kegiatan ospek kampus. Pembahasan menjadi lebih mengalir dari hari sebelumnya karena panitia yang menjadi pengganti kordinator di kelas Nesha adalah Lion.
Beberapa mahasiswi baru di kelas Nesha terlihat mencari perhatian Lion dengan berbagai cara. Ada yang menggombal, ada yang selalu bertanya, ada pula yang hanya menatap memuja ke arah cowok itu.
Namun berbeda halnya dengan Nesha. Ia memilih keluar kelas daripada mendengar ocehan tidak jelas seorang Lion.
"Lo mau kemana?."
"Toilet."
Setelah mengucapkan satu kata itu, Nesha berlalu begitu saja meninggalkan ruang kelas. Ia berjalan menyusuri koridor jurusan. Entah kemana langkahnya, terserah si kaki.
Sepuluh menit berjalan tanpa melihat arah depan, dua orang dari arah berlawanan menghadang langkah Nesha. Ia menyadari hal itu saat melihat dua pasang sepatu berhenti di hadapannya. Nesha mendongakkan kepala dan melihat sepasang mata menatapnya datar, dan sepasang lagi terlihat biasa saja, bahkan ada senyum tipis tercetak di bibirnya.
"Lo ngapain keliaran di jurusan kedok? Bukannya lo anak mesin?." Pertanyaan dengan nada intimidasi terdengar di telinga Nesha. Namun seketika ia menyadari hal itu, melihat sekeliling yang memang menunjukkan wilayah jurusan kedokteran.
"Emang kenapa kalo gue lewat sini? Gak ada larangan atau aturan buat gue harus lewat mana kan?." Nesha mencoba untuk mendominasi, ia tidak ingin cewek di hadapannya itu mengambil porsi mengatur apa yang ingin di lakukan oleh Nesha.
"Gue gak mempermasalahin lo mau lewat mana, tapi ini masih jam kegiatan di kelas, harusnya lo gak boleh keluar tanpa seizin panitia."
"Kata siapa gue pergi tanpa seizin panitia? Kalo lo gak percaya tanyain ama si singa aja."
Wajah cewek itu seketika memerah menahan kesal. Ia segera merogoh saku almamaternya dan menelpon seseorang yang di sebut oleh Nesha.
(Halo)
"Yon, gue nemu satu orang yang
kabur dari kelas lo, emang lo yang
udah izinin?"(Bener Tar, gue yang nyuruh
dia ke toilet biar gak ngantuk
dikelas, tapi btw, lo nemu di
mana? *tipu aja nih si Lion)Gue nemu di jurusan gue, gue
balikin ke lo ya?(Buset tuh bocah ngapain
nyasar di sono? Udah deh Tar,
gak usah nyuruh dia balik sini,
gue titip dia ya, bye Tar..)Klik
Tara mendengus kesal dengan panggilan sepihak yang di putuskan oleh Lion. Setelah memasukkan kembali handphone miliknya ke dalam saku, ia kembali menatap cewek menyebalkan di hadapannya itu.
"Lo ikut gue."
"Ngapain? Dih ogah."
"Lo-"
"Gue gak mau! Lo gak ada hak buat maksa gue."
Sekuat tenaga Tara menahan kekesalannya agar tidak meledak. Cewek yang berdiri di belakang Tara terkekeh pelan melihat perdebatan si primadona kampus dengan seorang maba. Untuk pertama kalinya, seseorang dengan terang-terangan menolak perintah sang ketua BEM.
"Udahlah Tar, gak usah maksa dia, biarin aja." Mendengar ucapan temannya, seketika membuat Tara menatapnya tajam.
"Jangan ikut campur, Rhein. Sebagai ketua BEM gue punya kewajiban untuk mendisiplinkan orang yang gak bisa taat aturan! Dan lo, gak ada hak untuk melanggar aturan yang sudah di buat oleh panitia."