3. Menginap

19 5 1
                                    

Dua remaja kini tengah duduk di taman belakang rumah, hal itu berawal dari Bastian yg ingin mencari udara segar.

"Kak Bastian, Zea panggil kak Tian aja gak pa'pa kan?" tnya Zea memecahkan keheningan keduanya.

"Hm! Terserah lo aja!"

"Gimana sekolahnya, seru?" entah kesurupan apa Bastian yg tdk peduli dgn apa pun tiba-tiba menanyakan sekolah Zea, gadis yg baru ia temui kemarin di toko buku.

"Engga juga, soalnya Zea kan gak punya teman, kakak tau engga, kakak itu teman pertama Zea loh!" ucapnya dgn senyuman, namun jika Bastian bisa melihat ia pasti akan tau jika senyuman itu hnya untuk menutupi semua lukanya.

"Lo gak punya temen? Kok bisa?" tanya Bastian heran pasalnya gadis di samping nya ini ramah dan baik jika diajak bicara, entah kenapa memang ada rasa nyaman jika berinteraksi dgn gadis di samping nya ini.

"Gak tau kak, Zea juga bingung" ucap Zea ia tdk menjelaskan semua masalah nya ke orang yg baru ia kenal.

Bastian hanya mengangguk, ia yakin walaupun ia tdk bisa melihat ia bisa merasakan kesedihan yg dirasa gadis disamping nya ini. Andai ada ke ajaiban dan ia bisa melihat lagi, pasti ia bisa melihat gadis yg baru ia kenal ini, entah ada rasa yg sulit di jelaskan didalam pikiran dan hati nya.

Keduanya sama-sama terdiam, namun suara getaran ponsel mengalihkan atensi gadis itu, berbeda dgn Bastian ia hanya bisa mendengar nya.

Zea beranjak dari tempat nya, ia tdk mungkin mengangkat panggillan itu di depan Bastian. Dengan jarak yg tdk terlalu jauh, Zea mengangkat panggilan telpon itu.

"Halo? Mama ada apa, kok tumben nelpon Zea?"

"Kamu punya uang gak? Kalau punya kasih ke saya! Saya butuh uang!!"

"Uang? Maaf ma' Zea emang punya tapi Zea gak bisa ngasih"

"Kenapa?! Karena kosan kamu lagi, lagian kalau kamu di usir kamu tinggal nyari kosan lain!! Apa susahnya sih?!!"

"Ma' gak semudah itu buat nyari kosan, apa mama lupa Zea udah dua kali hampir keluar dari kosan karena telat bayar, itu semua juga karena mama yg selalu ngambil uang Zea!"

"Lah, bukannya kamu sebagai anak harus berbakti, kamu lupa saya siapa? Saya ibu kamu!!"

"Zea tau kok, tapi mama jgn lupa, kalau Zea juga tau alasan kenapa papa bisa meninggal, Zea punya bukti ma! Zea bisa aja ngelaporin mama!"

"UDAH BERANI KAMU HA!!!"

"Maaf, ma Zea gak akan mau mama tekan, dan jadiin ATM berjalan, Zea masih skolah, Zea juga butuh biaya, mama juga gak mau kan jadi wali Zea di sekolah, sampai-sampai Zea di kucilkan satu sekolah!"

"Itu bukan urusan saya!"

Tut..

Sambungan diputus sepihak oleh si penelepon yg Zea panggil dgn sebutan mama itu.

Zea hanya mampu menghela nafas, jujur ia lelah menghadapi sikap ibu nya. Ibu nya terlalu egois, bahkan ia rela melenyapkan apapun yg mengganggu ke senangannya.

Setelah selesai melakukan panggilan, ia kembali menghampiri Bastian yg hanya duduk menikmati hembusan angin sore.

"Kak Tian, masuk yuk, udah sore, dingin juga!" ajak Zea saat tiba di dekat Bastian.

Bastian menganggukkan kepalanya, "iya!" ucapnya menyetujui.

Setelah mendengar persetujuan, Zea pun mendorong kursi roda yg di duduki Bastian, keduanya masuk melalui pintu dapur, terlihat beberapa maid tengah mempersiapkan makan malam disana.

Salah satu maid menghampiri kedua remaja itu. "Permisi non, den, tadi nyonya ngabarin kalau bakal pulang telat, mungkin sekitar jam 9 malam, jadi non Zea nginep aja, ya? Ini permintaan nyonya soalnya!" ucap maid tersebut yg tak lain Siti.

"Bunda, pulang telat?" tanya Bastian setelah mendengar penuturan maid di depannya.

"Iya den, katanya masih ada urusan, bibi juga kurang tau, kalau non Zea katanya bisa tidur di sebelah kamar milik den Bastian!" ucap maid menjelaskan.

"Iya bi, makasih!" ucap Zea menunduk hormat, mau bagaimana pun ia juga harus menghormati maid disini, karena mereka juga setara bukan, berasal dari keluarga kurang mampu.

Setelah mengucapkan terima kasih, Zea membawa Bastian ke ruang keluarga, karena tadi sebelum ke taman Bastian sudah memberi tahu nya jika setelah mencari angin ia akan belajar walaupun ia tdk bisa melihat tapi ia harus tetap belajar bukan?

"Kak Tian?!" panggil Zea dgn suara kecil. Entah lah apakah Bastian mendengar nya.

"Kenapa?"

Tak disangka Bastian mendengar panggilan nya, padahal dirinya seperti berbisik, dan jarak keduanya tdk lah dekat. Sungguh pendengaran yg tajam.

"Kakak belum pernah nyari orang yg mau ngedonorin mata nya ke kakak?" tanya Zea sedikit gugup.

Bastian terdiam sejenak, entah apa yg ia pikirkan. "Bunda udah nyuruh temennya yg ada di singapur, nanti kalau ada baru ngabarin!" ucapnya kembali fokus dgn buku yg ia pelajari.

"Jadi nanti kalau udah ada yg cocok kakak bakal ke singapur?" tanya Zea lagi.

"Iya!"

***

"Lo serius mau ke Jakarta?" tanya gadis yg tengah asik menikmati cup cake milik nya.

"Iya! Gua juga harus nyari adek tiri gua, bokap gua udah nyuruh gua sebelum dia gak ada!" Jawab gadis yg ditanya itu. Dirinya hanya fokus menatap wajah adik tirinya di bingkai foto yg ayah nya beri.

"Kalau gitu, gua juga ikut deh, gua gak mau ya sendiri disini!" ucap gadis yg makan cup cake itu, atau biasa di panggil Laura Anisya.

"Terserah lo deh Lau, kalau mau ikut, ikut aja, lo juga punya kaki kan!" ucap gadis yg memegang bingkai foto adiknya. Cinta Auryn Rahima, atau kerap di panggil Auryn itu.

"Eh, btw nama adek lo siapa?" tanya Laura setelah cup cake milik nya habis tak tersisa.

"Kenapa? Suka lo?!" bukan nya menjawab, Auryn justru kembali bertanya dgn alis terangkat sebelah.

"Ehh.. Gua masih waras ya, adek lo cwek gua juga cwek, gua gak mau dosa!!" ucap Laura dgn raut kesal.

"Gak mau dosa, tapi pacaran!" sindir Auryn sambil tersenyum sinis.

"Ahh lo mah, gak asik, kan gua cuman nanya, siapa tau gua kenal gitu!" ucap Laura dgn suara bagaikan anak kecil, tapi justru malah membuat Auryn mau muntah.

"Gak mungkin kenal, kata bokap gua dia nya gak terlalu gaul!" ucap Auryn kembali fokus.

"Wih pasti adek lo polos-polos lucu!" ucap Laura antusias.

"Lo liat aja fotonya nih!" ucap Auryn sambil menyerah kan bingkai foto milik adiknya.

Laura meraih bingkai foto tersebut, seketika matanya membulat sempurna. "GILAAA, INI ADEK LO!!! CANTIK BENER, SAYANG SIH INI KALAU JOMBLO!!!" pekik Laura saat melihat foto Adik nya Auryn.

"Sayang-sayang, lo pikir dia barang, sayang kalau gak ada yg punya!" sinis Auryn langsung merebut bingkai foto adiknya.

Laura hanya memanyunkan bibir nya, sungguh sahabat nya ini gampang sekali tersulut emosi..

——————————————————

Kata: 1042 kt..

Gimana? Lanjut gak nih..


Suka vote, gak suka yaudah..

See you next part..

🌸🌸🌸

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} [𝚃𝚊𝚑𝚊𝚙 𝚁𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang