13. tamu tak di undang

892 127 14
                                    

Hii aku update lagii nih karna aku lagi semangat semangatnya nulis hehew ga tau kenapa aku kalau sakit tambah semangat nulis ceritanya woyy, tspo gapapa makin cepet update makin rame kan yaa.

Langsung saja masuk ke ceritanya jangan lupa untuk Votee, komen and share yaa guyss.

Outhor POV

ADARA memasuki kamarnya setelah Keivan pergi. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, menerawang kejadian satu tahun lalu.

Semenjak kejadian 'itu', ia sering sekali merasa kesepian, terlebih ayahnya yang sibuk bekerja membuatnya terkadang merasa sendiri. Namun, rasanya ia tak layak mengeluh pada ayahnya, karena ia pun tahu keadaan ayahnya juga terpuruk sehingga di depan ayahnya ia selalu memasang wajah ceria.

Tertawa bukan berarti bahagia dan menangis bukan berarti bersedih, bukan? Kadang memang manusia hanya menilai sesuatu dari cover-nya, tapi tak pernah mencari tahu isinya.

ADARA memang munafik, tapi itu ia lakukan karena tak sanggup melihat ayahnya bersedih, sudah banyak beban yang ayahnya tanggung, terlebih keadaan Adara sekarang tak bisa di katakan normal. la merasa sudah terlalu sering menyusahkan ayahnya, maka apakah masih layak dirinya mengeluh?

Untuk semua yang orangtua lakukan demi kebahagiaan anaknya, tak pantas seorang anak mengeluh hanya karena merasa kurang layak hidupnya. Hidup tak selalu tentang banyaknya harta, yang terpenting mendapat limpahan kasih sayang dan selalu mensyukuri nikmat tuhan.

Terkadang Adara berpikir, kenapa bukan dirinya saja yang mati? Kenapa harus saudaranya? Kenapa harus ibunya? Kenapa ia yang dibiarkan hidup? Sedangkan ia hanya gadis lemah berpenyakitan yang hanya bisa menyusahkan. Adara lelah harus terus memasang topeng. la ingin melepas topengnya, menumpahkan segala keluh kesahnya. la ingin menceritakan segala rasa sakitnya, menceritakan bagaimana sakitnya menjalani pengobatan, menceritakan sakitnya ditinggalkan orang tersayang, dan menceritakan sakitnya dihina oleh orang yang ia anggap sebagai penyembuh luka tapi ternyata la yang menorehkan luka. Tapi, pada siapa? Sudah terlalu banyak orang kesusahan karena dirinya.

Ingin rasanya mengeluh pada Sang Pencipta, tapi Dia begitu balk memberinya kehidupan. Lalu, kenapa ia masih mengeluh? Kenapa dirinya tidak bisa bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan? Sungguh Adara merasa jadi orang yang paling jahat di dunia. Tapi sejahat apa pun manusia, Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya.

Sama seperti yang Tuhan berikan pada dirinya. Terlahir dari keluarga berada, hidup mewah, cantik, banyak diidolakan kaum Adam. Tuhan sudah sebaik itu padanya, tapi kenapa dirinya begitu jahat sampai masih mengeluh? Padahal bisa saja kehidupan yang ia rasakan adalah mimpi orang-orang.

Tanpa Adara sadari, air matanya sudah turun begitu deras. Tangisnya pecah saat itu juga, ia tidak bisa mengeluh tapi bukan berarti tak boleh menangis, kan? Karena hanya dengan air mata ia bisa menumpahan segala apa yang ia rasa.

Adara pun cepat-cepat menghapus air matanya ketika seseorang mengetuk pintu kemarnya.

"Non, Non Adara!" panggil Bi Ana, asisten rumah tangga lainnya yang juga bekerja di rumah itu selain Bi Imah.

My Bodyguard (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang