~Happy Reading~☆
☆
☆
Author POV.
MENTARI sudah kembali menjalankan tugasnya, menyinari bumi dan segala isinya. Sengatannya memberikan semangat baru bagi tiap insan. Berharap hari ini akan lebih baik dari hari kemarin.
Adara sudah siap dengan seragam sekolahnya, rambut yang biasa tergerai kini ia kuncir kuda. Garis bibirnya tertarik menatap pantulan dirinya dari cermin. Setelah itu, kakinya melangkah menuju pintu kamarnya. Gadis itu tebelalak mendapati seorang pemuda sudah berdiri di depan kamarnya dengan pakaian casual, bukan seragam sekolah.
"Bod, kok di sini? Aku kira kamu pulang, terus kok kamu nggak pake seragam? Mau bolos ya? Mau tawuran? Ish, kalo ditanya itu jawab," cerocos Adara.
"Diam!" Gibran menatap dalam tepat pada mata cokelat Adara, membuat gadis itu membisu seketika.
"Gue tadi subuh udah pulang dan gue di sini mau ngejemput lo. Sekarang lo ganti baju, kita pergi," katanya tanpa bertele-tele.
"Ish, kok gitu? Kita emang mau ke mana? Hari ini kan sekolah, aku nggak mau ya kamu ajak bolos." Adara mencebikkan bibirnya kesal.
Tanpa menjawab ucapan Adara, Gibran langsung mendorong gadis itu kembali masuk ke dalam kamarnya. "Ehh... Bodd, Bod!" Adara berteriak tak terima dirinya didorong- dorong.
"Ganti baju sekarang atau gue gantiin. Sepuluh menit nggak kurang nggak lebih," kata pemuda itu sebelum menutup pintu kamar Adara. "GIBRAN" teriak Adara dari dalam kamar.
Semakin hari sifat Adara yang sebenarnya perlahan muncul. Tidak ada lagi Adara yang kalem seperti pertama kali Gibran bertemu kembali denganya. Sekarang haya eda Adara yang cerewet, yang selalu mengisi hari harinya. Sejujurnya Gibran merasa suka akan perubahan sikap Adara yang manja dan cerewet padanya, karena itu berarti Adara sudah menerima dirinya dalam hidup gadis itu.
Benar perkataan Keivan tempo hari, bahwa Adara tidak seperti apa yang orang lihat. Adara hanya akan menunjukkan sifat aslinya di depan orang-orang yang menurutnya berharga. Itu artinya Gibran berharga bukan dalam hidup gadis itu? Lamunan Gibran buyar, ketika mendengar langkah kaki yang sengaja dihentakkan keras. la hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Adara yang turun dari tangga masih menatapnya kesal. "Nah, aku udah ganti baju, sekarang kamu kasih tau kita mau ke mana?" kata Adara ketika tepat ada di hadapan Gibran.
Gibran memperhatikan penampilan Adara, celana jeans panjang, kemeja berwarna navy, sepatu sneakers putih dan sling bag berwarna senada dengan kemejanya. Benar-benar khas seorang Adara yang tak suka memakai pakaian terbuka. Jangan lupakan rambut yang dikuncir kuda serta make-up tipis yang semakin mengeluarkan aura kecantikannya.
"Gue nggak bilang bakal ngasih tau lo sekalipun lo udah ganti baju," jawab Gibran enteng setelah meneliti penampilan Adara, kemudian berjalan keluar mendahului gadis itu.
Adara menatap pemuda itu tak percaya. Mengapa pagi ini sikapnya teramat menyebalkan?
"Gak usah dipikirin, nanti juga lo bakal tau," kata Gibran sambil tersenyum manis, kemudian memasangkan helm di kepala Adara. Sedangkan gadis itu berkedip bingung, pipinya pun bersemu merah. la tidak tahu harus memberi respons apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard (GIDARA)
Teen FictionWARNING! DI LARANG MENGKOPY! Bismilah ramee banyak yang baca dan votee secara iklas. GIBRANA ALKEINEVANDRA ia adalah pemimpin dari Geng Xvandra. Geng yang menguasai SMA merdeka. Semua kehidupan Gibran berubah saat ia menginjak kelas 12. Teman masa...