~Happy Reading~☆
☆
☆
Author POV.
"GIBRAN pulaaang!" Gibran berseru lantang ketika memasuki rumah. Adara yang digendong Gibran di punggungnnya layaknya anak kecil langsung memukul pundak cowok itu pelan.
"Jangan teriak-teriak, ini bukan hutan!" tegurnya.
"Kebiasaan, hehe." Gibran menyengir lebar.
"Ya ampun ini kenapa bajunya pada basah begini?" tanya Omah, nenek Gibran, begitu melihat Adara dan Gibran yang basah kuyup.
Adara yang kaget, refleks merapatkan tubuhnya pada Gibran. "Gue tau badan gue emang enak dipeluk, tapi biasa aja kali."
Adara yang tersadar pun langsung mejauhkan tubuhnya dan turun dari gendongan Gibran. la yakin sekarang pipinya pasti sudah seperti kepiting rebus. Apalagi dilihat oleh nenek Gibran yang belum dikenalnya. "Ya ampun Gibran, ini anak perempuan basah kuyup begini kamu apain?!"
"Gibran ajak main air di WC umum, Omah," kata Gibran asal.
"GIBRANA ALKEINEVANDRA!" gerarm Omah.
"Hadir, Omah!" serunya lantang.
Adara menahan tawanya melihat perdebatan antara nenek dan cucu, sungguh ia tidak menyangka ternyata begini sikap Gibran ketika bersama neneknya.
"Anak ini benar-benar ya." Omah memijat pangkal hidungnya, lelah dengan sifat menjengkelkan cucunya. "Oh iya, nama kamu siapa, Omah baru liat kayaknya?" tanya Omah lembut kepada Adara.
"Ini Adara, Omah, calon cucu menantu Omah," kata Gibran jahil.
"Omah nggak nanya kamu, Omah nanya gadis cantik ini. Sudah sana kamu ganti baju, biar Adara sama Omah."
"Dar, kalo Omah ngomong aneh-aneh tentang aku jangan didengerin ya, itu hoaks."
"Gibran!"
Gibran langsung berlari menuju kamarnya, menghindari amukan Omah.
"Namamu Adara?" tanya Omah, wajahnya kembali melunak, begitu juga suaranya.
"lya Omah." Adara tersenyum canggung.
"Ayo ganti baju dulu, sepertinya ada beberapa baju Omah yang cukup di tubuhmu." Omah pun membawa adara menuju kamarnya.
♧♧♧
"Adara, nama yang cantik seperti orangnya," kata Omah sambil menyisir rambut Adara.
"Terima kasih, Omah juga cantik, awet muda pula." Adara menatap wajah Omah melalui pantulan kaca meja rias.
"Kamu itu bisa saja," Omah tertawa kecil.
"Hm... Adara, Omah titip Gibran ya. Omah yakin kamu bisa membahagiakan dia."
"Adara yang yakin bisa bahagia bersama Gibran, Omah. Gibran adalah laki-laki paling depan yang selalu melindungi Adara setelah Papah. Dan, Gibran bisa bikin Adara bahagia dengan caranya."
"Kamu gadis baik, sudah pasti Gibran akan menjaga dan melindungi kamu. Kamu harus sabar dengan sikap Gibran, dia tipikal orang yang akan menjaga apa yang menjadi miliknya."
"Adara tau Omah, Adara juga pasti akan menjaga apa yang jadi milik Adara." Safira mengelus tangan Omah yang tersampir di pundaknya. "Kalo boleh tau, orangtua Gibran ke mana Omah?"
Omah mengembuskan napasnya berat. "Sejak kecil Gibran kurang perhatian dari kedua orangtuanya. Dari dulu Omah yang mengurusnya, menemaninya sejak usia lima tahun hingga sekarang. Dan sampai saat Ini, Omah ataupun Gibran tidak tahu di mana keberadaan orangtua Gibran."
"Meski begitu, mereka tetap rutin mengirimkan uang kepada Omah maupun Gibran. Tapi sebenarnya bukan uang yang Gibrab butuhkan, melainkan kasih sayang."
Adara berbalik, kepalanya mendongak menatap wajah Omah yang sendu, sarat akan kesedihan. "Kenapa orangtua Gibran pergi, Omah?"
"Kalau kamu ingin tau, tanyalah pada Gibran langsung. Omah yakin dia pasti akan cerita," Omah mengusap puncak kepala Adara. "Omah minta tolong boleh?" Omah menatap Adara penuh harap.
"Boleh Omah, sebisa mungkin akan Adara bantu."
"Omah tiap hari semakin tua, Sayang, Omah minta tolong sama kamu jangan pernah tinggalkan Gibran apa pun keadaannya. Karena bagi Gibran, ia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Omah, dan tentu saja kamu. Tolong buat Gibran bahagia ya, Sayang." Omah menangkup wajah Adara dengan mata berkaca-kaca.
"Adara akan bahagiakan Gibran sesuai permintaan Omah, Adara nggak akan tinggalin Gibran, dan Adara akan selalu mencintai Gibran."
Omah menarik Adara ke dalam pelukannya. Semakin hari dirinya semakin tua, nanti ada saatnya dia harus pergi meninggalkan Gibran. la takut jika nanti dirinya pergi, Gibran akan sendiri, Gibran akan hancur dan kesepian. Tapi kini terjawab sudah doa-doa atas segala ketakutannya. Kehadiran Adara adalah jawaban dari doa-doanya.
☆
☆
☆
~Bersambung~
Kalau mau lanjut, jangan lupa ramaikan Votenya yaa,
Author tunggu, MAKASIH.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard (GIDARA)
Teen FictionWARNING! DI LARANG MENGKOPY! Bismilah ramee banyak yang baca dan votee secara iklas. GIBRANA ALKEINEVANDRA ia adalah pemimpin dari Geng Xvandra. Geng yang menguasai SMA merdeka. Semua kehidupan Gibran berubah saat ia menginjak kelas 12. Teman masa...