Pertarungan Babak 1

3.4K 361 22
                                    

Apa mungkin ada yang salah pada wajahku sehingga dia menatapku cukup lama, namun hal yang terjadi berikutnya mengejutkanku. Dia tiba-tiba saja mencekikku dengan kasar menggunakan satu tangannya yang tidak terluka, aku merasa oksigen semakin berkurang dan sesak sekaligus perih dileherku. Wajahnya datar tidak berperasaan dan dia memberikan senyum keangkuhan padaku, namun aku tetap berusaha melepaskan cengkramannya dari leherku. Melihat wajahku yang sudah memerah dia akhirnya melepaskan cengkramannya, ya tuhan rasanya aku hampir mati sia-sia ditangannya. Dalam kondisi dirinya yang saat ini tidak baik-baik saja dia masih mampu untuk melukai orang lain.

"itu sambutan selamat datang dariku".

Aku kemudian mundur dan memilih segera keluar dari kamar itu, dia sangat mengerikan dan aku harus menghadapinya setiap hari.

.

Pagi itu setelah sarapan pagi, salah satu pelayan dirumah ini menghampiriku, seorang wanita berumur dan aku merasa dia adalah pelayan yang paling tua diantara yang lain. Dia kemudian membawakanku nampan yang berisi sarapan pagi, obat serta air putih.

"kau yang diceritakan nyonya Kaekai untuk merawat nona faye kan?".

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan darinya, dia sangat berwibawa namun cukup ramah.

"hal yang pertama yang harus kamu lakukan adalah mengawasi nona faye untuk sarapan pagi, dan pastikan dia meminum obat".

Seketika aku teringat kejadian tadi malam, dimana wanita itu mencekik leherku sampai aku tidak bisa bernafas dan pagi ini aku harus bertemu dengannya.

"siapa namamu?"

"yoko apasra."

"apa kau memiliki darah jepang?"

"ya itu mengalir dari ayahku".

"kau sangat manis dan terlihat muda, mengapa memilih pekerjaan menjadi pengasuh?"

Aku hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan dari pelayan dihadapanku.

"jika kau perlu dan ingin menanyakan sesuatu temui aku".

"terima kasih nyonya?"

"panggil saja aku bibi nim".

"terima kasih bibi nim".

Aku segera membawa nampan menuju kamar nona faye, baru sampai didepan pintu kamarnya jantungku berdegup sangat kencang. Kejadian semalam masih membekas, tapi mau tidak mau aku harus melakukannya karena ini menjadi kewajibanku. Perlahan aku mengetuk pintu kamar nona faye dan tidak berlangsung lama sosok itu keluar dari dalam kamarnya.

"selamat pagi nona faye, aku membawakan sarapan pagi untukmu".

Dia hanya memandangiku dengan bosan kemudian iya kembali masuk kedalam kamarnya, aku mengikutinya kedalam kamar dan ternyata dia sedang sibuk melukis padahal ini masih dipagi hari. Kamarnya terlihat berantakan dengan kuas, palet dan cat yang berserakan dan nona faye melanjutkan lukisannya tanpa memperdulikanku sedikitpun, namun dari pada mengganggu nya aku tetap setia berdiri menunggunya sampai dia menyelesaikan lukisannya. Melihat jam sarapan pagi hampir lewat, aku berinisiatif mengingatkannya karena bibi nim berpesan bahwa dia harus makan dan meminum obat pagi ini.

"nona faye, sebaiknya sarapan dulu karena jam sarapan pagi akan segera lewat".

Dia kemudian berhenti menggerakkan kuas yang berada ditangannya yang masih tertutup dengan perban dan menatapku. Tatapannya seolah-olah ingin memakanku dan tiba-tiba kuas yang berada ditangannya terlempar kesembarang arah. Nona faye dengan aura gelapnya menghampiriku dan meremas bahuku sembari mendekatkan bibirnya disebelah telingaku.

"jangan pernah mengaturku, atau kamu akan berakhir seperti pengasuh-pengasuh yang sebelumnya?".

Aku menelan ludah mendengar ucapannya, dia kembali melanjutkan aktivitas melukis. Entah mengapa aku merasa dia sangat suka mengancam dan aku harus bertekuk lutut dibawahnya, disisi lain ini menjadi tanggung jawabku karena dibanding aku harus dilelang dan hidup bersama pria tua aku sedikit lebih bersyukur disini mengurus wanita yang seperti berjiwa psikopat.

I'm Your Maid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang