Aku lantas menatap piengfah yang pergi dari tempat duduknya, dan beberapa saat kemudian aku pergi mengikutinya. Sebenarnya aku tidak ingin menuruti permintaannya, tapi sangat sulit untuk menolak gadis yang dulu mengisi hari-hariku. Sesampainya didepan pintu kamar yang ia sebutkan aku hendak menekan bel pintu kamar itu, namun hatiku dipenuhi keraguan. Mengapa aku harus menemuinya, kami sudah berpisah dan dia telah menjadi istri dari tuan chet. Aku menghentikan niatku dan hendak segera pergi dari depan pintu kamar itu, namun baru beberapa langkah pintu kamar itu terbuka dan piengfah keluar dari dalam sana.
"faye".
"piengfah".
"mengapa kau tidak menekan bel?".
"apa yang kau inginkan dariku?".
Bukan menjawab pertanyaannya aku justru bertanya padanya.
"aku ingin berbicara padamu, rasanya sudah lama kita tidak pernah berbicara lagi".
Aku menatap wajahnya dengan tatapan datar, hatiku dipenuhi kerinduan namun aku tidak ingin dia tau seberapa hancurnya diriku saat ini tanpanya.
"tidak ada topik yang menarik untuk dibahas piengfah".
"masuk lah faye, berbicara diluar seperti ini sangat tidak nyaman".
Aku terdiam sesaat, namun piengfah segera menarik tanganku untuk masuk kedalam kamar itu. Aku tidak dapat menahan perasaan ini lagi, dengan keberanian aku memeluk piengfah dengan erat melepaskan semua kerinduan yang membuatku hancur berantakan. Aku menangis dipelukannya, seperti anak kecil yang kehilangan permennya, aku ingin piengfah tau betapa kosongnya hari-hariku, hilangnya warna yang ada dalam hidupku dan betapa frustasinya aku akan dirinya. Namun piengfah melepaskan pelukan itu, lalu menghapus air mataku dengan jarinya yang lembut dan aku sangat merindukan sentuhan ini.
"faye, berhentilah menangis".
Ucapnya sembari tetap menghapus air mataku yang terus bercucuran, aku menarik nafasku dengan berat dan mengaturnya agar kembali normal.
"kau tau seperti apa hancurnya aku saat kita berpisah?".
"faye, kau tidak perlu membahas masa lalu tentang kita, saat ini aku dan kau sudah memiliki jalan masing-masing".
"tapi kenapa kau harus berbuat demikian padaku piengfah?".
Piengfah hanya diam tidak menjawab pertanyaanku.
"kau dan aku berjanji akan melewati semuanya bersama, aku memberikan seluruh hidupku untukmu, apakah 5 tahun tidak berarti apa-apa bagimu?, kau justru mengkhianatiku dengan memberi kabar bahwa kau tengah mengandung anak dari pria lain".
"aku ingin hidup dengan normal faye".
Kata-kata yang keluar dari bibirnya membuatku merasa seperti ditusuk ribuan jarum tepat di hatiku, aku tersenyum kecut menatapnya. Setelah 5 tahun mengapa baru kali ini dia mengatakan kalau dirinya ingin hidup dengan normal apakah selama ini dia merasa tidak normal ketika kami bersama.
"apa kau lupa piengfah, kau sendiri yang menyatakan perasaanmu terlebih dahulu padaku dan saat itu aku belum sepenuhnya mencintaimu, kau yang mengatakan bahwa cinta tidak memandang apapun, lalu sekarang kau mengatakan bahwa kau ingin hidup dengan normal?".
Piengfah diam tidak membalasku, sangat ironi mengetahui bahwa orang yang kucintai ternyata tidak sehangat dulu. Aku menarik nafas dengan perlahan dan mendekatinya.
"kau tau.., yang kau lakukan padaku sangat mengerikan".
Aku berjalan kearah pintu berniat untuk meninggalkan kamar ini, percuma saja berbicara dengannya semakin membuat hatiku terasa sakit dan aku tidak ingin menambah rasa sakit lagi didalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Maid [END]
Romance"Yang hanya bisa kau lakukan adalah menuruti perintah ku" -Faye "Dan yang bisa kulakukan hanyalah menuruti kemauanmu" -Yoko Yoko yang dijual oleh ayahnya sendiri terpaksa harus menjalani hidupnya dengan menjadi pengasuh Faye seorang wanita berusia 3...